Pada masa Qianlong, di kota Nanchang ada seorang pria marga Lim
ayahnya adalah seorang pejabat di pemerintah, pada suatu ketika ayahnya
dipindah tugaskan ke ibu kota, dia mengikuti ayahnya pindah ke ibu kota.
Pada suatu hari ketika dia melewati sebuah jalan di dekat sebuah kuil.
Dia melihat ada seorang pemuda penjual lukisan yang sedang menghitung uang dagangannya, kebetulan sebuah koin terjatuh dan tergulir ke tengah jalan, pria marga Lim ini secara diam-diam memijak koin yang bergulir kearahnya.
Dia melihat ada seorang pemuda penjual lukisan yang sedang menghitung uang dagangannya, kebetulan sebuah koin terjatuh dan tergulir ke tengah jalan, pria marga Lim ini secara diam-diam memijak koin yang bergulir kearahnya.
Ketika pemuda penjual lukisan mencari uang koinnya yang
tergulir tidak dapat menemukannya akhirnya pemuda tersebut membalikkan
badan dan berjalan pergi, pria marga Lim ini melihat kepergian pemuda
tersebut lalu membungkukkan badannya mengambil uang koin tersebut
menyimpan ke dalam kantong bajunya.
Kejadian tersebut dilihat oleh seorang kakek yang kebetulan duduk di
dalam kuil, setelah melihat kejadian tersebut, kakek tersebut berjalan
ke arah pemuda marga Lim dan bertanya kepadanya nama serta tempat
tinggalnya, lalu berlalu dari tempat tersebut.
Setelah beberapa bulan kemudian pria marga Lim ini mengikuti ujian
seleksi menjadi pejabat di pemerintahan, akhirnya dia lulus ujian dan
ditugaskan menjadi seorang pembantu penjabat di kota Jiangsu. Setelah
mempersiapkan segalanya dia berangkat ke Jiangsu untuk melapor kepada
atasannya, tetapi setelah sampai di Jiangsu, setelah puluhan kali datang
ke kantor atasannya, tidak dapat menjumpai atasannya.
Beberapa hari kemudian, atasannya dengan perantara pengawalnya
menyampaikan pesan kepada pria marga Lim ini untuk tidak usah melapor
kepadanya lagi, karena namanya telah dihapus menjadi pejabat. Dia
sangat terkejut bertanya kepada pengawal yang menyampaikan pesan
tersebut apa alasan namanya dihapus? Pengawal tersebut menjawab
“tamak”.
Pria marga Lim ini berpikir, saya belum menjadi pejabat mana mungkin
tamak? Pasti ada salah paham. Dia bersikeras akan bertemu dengan
atasannya meminta penjelasan.
Akhirnya atasannya bersedia menemuinya dan berkata kepadanya, “Apakah
engkau masih ingat suatu hari ketika engkau melewati sebuah jalan dekat
sebuah kuil? Apa yang Anda lakukan terhadap pemuda penjual lukisan?
Ketika itu engkau hanya seorang pelajar, tetapi engkau demikian tamak
terhadap uang; jika sekarang saya membiarkan engkau menjadi pejabat,
engkau pasti akan menjadi seorang koruptor yang bakal akan membuat
rakyat sengsara. Maka saya memutuskan sebelum engkau menjadi pejabat
mencopot jabatanmu!
Pria marga Lim ini segera sadar, kakek di dalam kuil yang menanyakan
namanya adalah atasannya sekarang, dia merasa sangat malu, gara-gara
uang satu koin dia menjadi kehilangan kesempatan menjadi pejabat.
(Erabaru)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar