Asal usul nama "Luoyang" adalah lokasi kota ke sisi utara ( "Yang" ) dari Sungai Luo.
Sungai Luo mengalir dari barat ke timur dan matahari berada di selatan
sungai, sehingga matahari bersinar selalu di sisi utara sungai.
Luoyang memiliki beberapa nama selama berabad-abad, termasuk "Luoyi" (洛 邑) dan "Luozhou (洛州)", meskipun Luoyang adalah nama utamanya.
Hal ini telah disebut, selama berbagai periode, "Dongdu" (东都, yang berarti Capital Timur, selama Dinasti Tang ), "Xijing" (西京, berarti Capital Barat, selama Dinasti Song), atau "Jingluo" (京洛, berarti modal umum untuk Cina).
Ibu kota kekaisaran tua di Louyang, dengan bunga peoni dan pusi dari Dinasti Tang adalah sebuah ekspresi dari kedamaian, kemakmuran dan keharmonisan juga sesuatu yang sangat mengesankan.
Luoyang memiliki beberapa nama selama berabad-abad, termasuk "Luoyi" (洛 邑) dan "Luozhou (洛州)", meskipun Luoyang adalah nama utamanya.
Hal ini telah disebut, selama berbagai periode, "Dongdu" (东都, yang berarti Capital Timur, selama Dinasti Tang ), "Xijing" (西京, berarti Capital Barat, selama Dinasti Song), atau "Jingluo" (京洛, berarti modal umum untuk Cina).
Ibu kota kekaisaran tua di Louyang, dengan bunga peoni dan pusi dari Dinasti Tang adalah sebuah ekspresi dari kedamaian, kemakmuran dan keharmonisan juga sesuatu yang sangat mengesankan.
Luoyang telah menjadi sebuah kota metropolitan yang maju selama masa Dinasti Tang (618-907), dengan jumlah penduduk lebih dari satu juta jiwa.
Mungkin karena Luoyang tua dan memori keindahan dari kebudayaan China
yang akhirnya telah menginspirasi sekelompok masyarakat China pada 2 Mei
2007 untuk menghibur penduduk di sepanjang jalan kota tersebut dan juga
di lokasi turis dengan memakai pakaian tradisional Dinasti Han (206 SM –
220 M). Mereka datang dari berbagai kota seperti Shanghai, Changzhou,
Shijiazhuang, dan dari ibukota kekaisaran tua Xi’an. Mereka ingin
menciptakan sebuah kesadaran akan kebudayaan China kuno yang berharga
yang telah hilang.
Luoyang juga memilih 13 penduduknya menjadi kaisar daerah, dan ini
dipandang sebagai tempat lahirnya kebudayaan China. Terletak di sebelah
selatan dari Sungai Kuning, jantung China, kota tersebut selalu
memainkan peranan penting, mungkin bukan sebagai pusat pemerintahan,
tetapi sebagai pusat penting dari kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Banyak sekali legenda mengenai terbentuknya kebudayaan China yang
berhubungan dengan Sungai Kuning, seperti dewi-dewi yang muncul dari
gelombang sungai dan membawa kebudayaan kepada manusia. Diantara para
dewi-dewi yang muncul dari air, terdapat seekor kuda dengan kepala naga,
yang membawa lukisan di punggungnya yang akhirnya menjadi cikal bakal
munculnya Delapan Trigram. Legenda juga menyebutkan ada seekor kura-kura
yang muncul dari Sungai Luo mengacu kepada nama kota yang dibawa di
punggungnya tentang gambaran mengenai manusia di masa depan.
Seluruh China tahu mengenai kalimat ini, ”Kertas tulis di Luoyang menjadi cukup mahal,” dan ini menyinggung hasil kreasi sastra yang terkenal di kota ini. Perkataan ini ditujukan kepada pujangga dan penulis Zuo Si dari Dinasti Jing (265 – 420M) yang mana tulisan-tulisannya begitu berharga sehingga banyak sekali salinan yang tak terhitung jumlahnya telah dibuat dan didistribusikan, sehingga menghabiskan stok kertas tulis. Salah satu tulisan yang terkenal berjudul,”Syair lirik untuk ibukota tiga kerjaaan dari Wei, Shu dan Wu.”
Menurut catatan sejarah, diperlukan waktu sepuluh tahun untuk menyelesaikan tulisan ini. Sejarah syair lirik termasuk adat istiadat, kebiasaan, dan kehidupan sehari hari dari tiga kota; judul dari buku tersebut saja telah menunjukkan satu dari gayanya yang tertentu, dan subjek dari tulisannya. Semoga Rakyat China dapat kembali kepada akal sehat, dan percaya akan nilai nilai kebudayaan kuno dari bangsanya.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Seluruh China tahu mengenai kalimat ini, ”Kertas tulis di Luoyang menjadi cukup mahal,” dan ini menyinggung hasil kreasi sastra yang terkenal di kota ini. Perkataan ini ditujukan kepada pujangga dan penulis Zuo Si dari Dinasti Jing (265 – 420M) yang mana tulisan-tulisannya begitu berharga sehingga banyak sekali salinan yang tak terhitung jumlahnya telah dibuat dan didistribusikan, sehingga menghabiskan stok kertas tulis. Salah satu tulisan yang terkenal berjudul,”Syair lirik untuk ibukota tiga kerjaaan dari Wei, Shu dan Wu.”
Menurut catatan sejarah, diperlukan waktu sepuluh tahun untuk menyelesaikan tulisan ini. Sejarah syair lirik termasuk adat istiadat, kebiasaan, dan kehidupan sehari hari dari tiga kota; judul dari buku tersebut saja telah menunjukkan satu dari gayanya yang tertentu, dan subjek dari tulisannya. Semoga Rakyat China dapat kembali kepada akal sehat, dan percaya akan nilai nilai kebudayaan kuno dari bangsanya.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar