Ada orang yang karena pujian orang lain
tanpa disadari, timbul kepuasan hati dan merasa bangga. Ada orang yang
demi dapat memanjat lebih tinggi satu tingkat mempergunakan segala akal trik sanjungan
untuk menyanjung, beranggapan dirinya sangat pintar.
Sedangkan orang
bijaksana seperti pohon pinus, dengan tenang memperhatikan, tidak
bergeming, tidak tergerak dan berargumen dengannya, tetapi hanya dengan sifat
tenang dan bijaksana memperhatikannya.
Sebatang pohon willow yang digerogoti oleh ulat di seluruh badannya dan
angin kencang pun mematahkan dahannya. Namun dia masih hidup. Pada musim semi berikutnya, badannya yang cacat mulai bertunas lagi.
Dahan-dahan dan daun-daun mulai tumbuh dengan subur.
Sebatang pohon bunga trompet tumbuh dibawah kakinya, semakin lama semakin merambat ke dahannya. Seraya mengerjitkan dahinya pohon willow berkata kepada bunga trompet, “Kenapa engkau merambat ke badan saya? Sungguh menyebalkan!”
Sebatang pohon bunga trompet tumbuh dibawah kakinya, semakin lama semakin merambat ke dahannya. Seraya mengerjitkan dahinya pohon willow berkata kepada bunga trompet, “Kenapa engkau merambat ke badan saya? Sungguh menyebalkan!”
Bunga trompet mengeluarkan trompet kecilnya, lalu meniupnya, “Pohon
willow yang terhormat, engkau demikian sehat, demikian kokoh, sejak
dahulu saya sangat menghormati kamu !
Pohon willow setelah mendengar perkataan itu, hatinya seperti dielus
oleh bulu angsa demikian lembut. Diwajahnya muncul senyum gembira.
Bunga terompet terus merambat ke atas pohon willow, mengeluarkan bunga
terompetnya yang kedua berkata, “Pohan besar willow yang perkasa,
semangatmu yang gigih ini, membuat saya sangat kagum kepadamu! Saya akan
belajar dari kamu, menghormati dan selamanya akan menjadi murid
kecilmu!”
Rayuan bunga trompet membuat pohon willow termabuk-mabuk sambil
memejamkan matanya, memeluk erat bunga trompet dalam pangkuannya,
seperti seorang ibu dengan sepenuh kasih sayang mengayunkan anaknya.
Bunga trompet melihat kesempatan bagus ini melanjutkan merambat semakin
keatas, sambil merambat mengeluarkan bunga trompet yang ketiga,
“Professor pohon willow, pengetahuanmu yang serba luas ini ! Lihat
rambutmu yang penuh kebijaksanaan ini, lebih keren daripada Einstein !
Engkau yang teguh melewati hujan badai, dari dahulu sampai sekarang
tidak ada yang lebih hebat daripadamu !”
Pohon willow merasa dirinya seperti melayang-layang, seperti sebuah
awan putih, yang terbang semakin lama semakin tinggi ke angkasa. Bunga trompet sambil meniup trompetnya memanjat naik keatas. Tidak
berapa lama kemudian, dia telah berada diatas puncak pohon willow.
Dia lalu berkata kepada sebuah pohon pinus yang berada disamping pohon willow, “Hai teman, coba engkau lihat saya dapat memanjat dengan cepat, memanjat sampai ketempat yang paling tinggi !”
Pohon pinus memandang ke badannya yang digantungi oleh banyak trompet, tetapi dia hanya dengan tersenyum tenang menjawab pertanyaannya.
Dia lalu berkata kepada sebuah pohon pinus yang berada disamping pohon willow, “Hai teman, coba engkau lihat saya dapat memanjat dengan cepat, memanjat sampai ketempat yang paling tinggi !”
Pohon pinus memandang ke badannya yang digantungi oleh banyak trompet, tetapi dia hanya dengan tersenyum tenang menjawab pertanyaannya.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar