Pada masa Dinasti Qing, Kaisar Kangxi (康熙 ) pergi ke Changshanyu daerah
Luanping (saat ini terletak di Hebei) dengan pelayannya.
Mereka tersesat dalam perjalanan pulang. Hari mulai gelap dan Kaisar Kangxi merasa lapar.
Ia menunggangi kuda mendahului pelayannya dan kemudian tiba di rumah seorang petani.
Kaisar Kangxi menambatkan kudanya, masuk ke dalam rumah dan melihat seorang lelaki tua bersiap-siap untuk makan malam bersama anak-anaknya. Meja makan telah siap dengan sepiring roti dadar kuning yang terbuat dari jagung, semangkuk bubur jagung, semangkuk jamur liar rebus, dan semangkuk sayuran.
Kaisar Kangxi bertanya, " Saya adalah orang yang kebetulan lewat. Hari semakin larut dan saya kelaparan. Apakah boleh jika saya bergabung dengan Anda untuk makan malam? Saya akan membayar untuk makanan yang saya makan." Keluarga ini sangat ramah, mereka mengundang kaisar untuk makan malam dan memperlakukan kaisar sebagai seorang tamu.
Setelah makan malam Kaisar Kangxi berkata,”Makanannya sangat lezat. Yang bisa memasak makanan selezat ini pastilah seorang wanita yang sangat berkemampuan. Lelaki tua kemudian menjawab sambil tersenyum, Tidak ada wanita di keluarga kami. Saya punya tiga anak laki-laki. Anak tertua saya berburu di gunung, anak saya yang kedua bertugas memotong kayu, dan anak bungsu saya memasak untuk keluarga.
Pelayan Kaisar Kangxi berjalan lewat dan melihat kuda kaisar. Pelayan kemudian masuk ke dalam rumah untuk memberi hormat kepada Kaisar. Keluarga itu kemudian tahu bahwa sebenarnya tamu mereka adalah Kaisar Dinasti Qing, dan mereka segera berlutut.
Kaisar Kangxi berkata, saya sangat senang melihat keluarga kalian hidup dengan harmonis seperti itu. Sebelum menaiki kuda, ia memerintahkan pelayannya untuk memberi petani sejumlah uang.
Beberapa hari kemudian, Kaisar Kangxi memesan makanan yang ia makan di rumah petani. Ia kemudian mengirimkan salah seorang pelayannya untuk mencari anak ketiga dari orang tua itu untuk memasakkan beliau bubur jagung. Sejak itu, bubur jagung menjadi salah satu resep Dapur Istana.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Mereka tersesat dalam perjalanan pulang. Hari mulai gelap dan Kaisar Kangxi merasa lapar.
Ia menunggangi kuda mendahului pelayannya dan kemudian tiba di rumah seorang petani.
Kaisar Kangxi menambatkan kudanya, masuk ke dalam rumah dan melihat seorang lelaki tua bersiap-siap untuk makan malam bersama anak-anaknya. Meja makan telah siap dengan sepiring roti dadar kuning yang terbuat dari jagung, semangkuk bubur jagung, semangkuk jamur liar rebus, dan semangkuk sayuran.
Kaisar Kangxi bertanya, " Saya adalah orang yang kebetulan lewat. Hari semakin larut dan saya kelaparan. Apakah boleh jika saya bergabung dengan Anda untuk makan malam? Saya akan membayar untuk makanan yang saya makan." Keluarga ini sangat ramah, mereka mengundang kaisar untuk makan malam dan memperlakukan kaisar sebagai seorang tamu.
Setelah makan malam Kaisar Kangxi berkata,”Makanannya sangat lezat. Yang bisa memasak makanan selezat ini pastilah seorang wanita yang sangat berkemampuan. Lelaki tua kemudian menjawab sambil tersenyum, Tidak ada wanita di keluarga kami. Saya punya tiga anak laki-laki. Anak tertua saya berburu di gunung, anak saya yang kedua bertugas memotong kayu, dan anak bungsu saya memasak untuk keluarga.
Pelayan Kaisar Kangxi berjalan lewat dan melihat kuda kaisar. Pelayan kemudian masuk ke dalam rumah untuk memberi hormat kepada Kaisar. Keluarga itu kemudian tahu bahwa sebenarnya tamu mereka adalah Kaisar Dinasti Qing, dan mereka segera berlutut.
Kaisar Kangxi berkata, saya sangat senang melihat keluarga kalian hidup dengan harmonis seperti itu. Sebelum menaiki kuda, ia memerintahkan pelayannya untuk memberi petani sejumlah uang.
Beberapa hari kemudian, Kaisar Kangxi memesan makanan yang ia makan di rumah petani. Ia kemudian mengirimkan salah seorang pelayannya untuk mencari anak ketiga dari orang tua itu untuk memasakkan beliau bubur jagung. Sejak itu, bubur jagung menjadi salah satu resep Dapur Istana.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar