Benih telah matang, terjatuh ditanah, muncul tunas baru, mulai tumbuh,
hal ini adalah hal yang alamiah, tetapi suatu ketika benih terjatuh
diatas batu.
Batu ini adalah sebuah batu purbakala, yang sangat mencintai ketenangan, dia telah hidup selama berabad-abad, walau bagaimanapun terjadi perubahan di dunia ini, dia tetap tenang tidak bergerak.
Batu ini adalah sebuah batu purbakala, yang sangat mencintai ketenangan, dia telah hidup selama berabad-abad, walau bagaimanapun terjadi perubahan di dunia ini, dia tetap tenang tidak bergerak.
Untuk mempertahankan gagasan untuk tidak bergerak, dia selalu
mengganggap dirinya seorang yang pengertian dan terpelajar. Oleh sebab
itu dia bermaksud menulis sebuah buku filsasat, didalamnya berisi makna
yang penting dan mendalam seperti, “membicarakan hukum alam semesta yang
tidak berubah, keabadian dan keindahan dari gelap; teori batu yang
tenang, ketenangan dan ketenteraman adalah sebuah kebahagiaan dan lain
sebagainya.
Pada suatu hari, ketika dia sedang berpikir mengenai rencana
penulisan filsafat untuk bukunya, tiba-tiba sebutir benih, tanpa
permisi, dan tanpa persetujuannya menyerbu ke dunianya, mulai saat itu
berada disana tidak ingin pergi, sehingga membuat dia menjadi emosi.
Bukan saja ketenangannya sudah terganggu, tetapi yang lebih parah lagi
adalah rencana filsafatnya telah terganggu.
Batu bertekad mengubah situasi ini, tetapi tidak gampang, karena dia
tidak mungkin mengabaikan keberadaan benih tersebut, juga tidak
mempunyai kemampuan menyepak benih keluar dari dunianya. Dia berpikir
terus, akhirnya dia mendapat sebuah akal. Dia ingin mengabadikan hal ini
di filsafat hidupnya.
Judulnya adalah sebagai berikut, “Membahas
keberadaan benih bunga matahari yang membuat ketenangan dialam semesta
ini terganggu, dengan segera harus dimusnahkan dan lain sebagainya.”
‘Tunggu saja!” batu dengan sopan berkata kepada dirinya sendiri,
“walaupun engkau merupakan sebuah kehidupan, tetapi engkau baru beberapa
hari dilahirkan, perawakanmu kecil, tidak kokoh, engkau bisa hidup
berapa lama sih?”
Benih matahari tidak memperdulikan perkataan batu, dia tidak saja tetap
disana, malahan semakin lama semakin menjadi, dia bahkan sudah bisa
bernafas, bernyanyi, dia suka menyanyi lagu tentang pertumbuhan. Lirik
lagu selalu mengandung kehangatan, musim semi, semua suka cita dan
percaya diri.
Batu yang terpelajar ini menjadi sangat emosional.
“Tunggu saja! badai topan segera tiba.”
Oleh sebab itu batu yang suka ketenangan ini setiap hari mengharapkan
badai topan segera tiba, dia beranggapan badai akan membekukan benih
bunga matahari yang lemah, sedangkan dirinya sendiri sama sekali tidak
takut dingin dan panas.
Badai segera tiba, badai ini sangat kuat, angin berhembus sangat
kencang. Yang pertama-tama adalah angin yang dingin, disusul dengan
angin panas. Atau dapat dikatakan angin dingin ini yang menghembus angin
panas, didalam keadaan kedinginan mengandung kehangatan, musim dingin
membawa musim semi, musim semi yang dibawa angin segera tiba.
Benih bunga matahari tidak saja tidak mati, malahan bertunas, tumbuh
akar. Akarnya menembus ke bawah batu, tunasnya keluar dari samping batu,
muncul dipermukaan tanah.
“Jangan gembira dulu, tunggu saja” batu masih tidak mau mengalah.
Batu mulai berharap datang hujan deras. Walaupun dia tidak suka kepada
kejadian ini. Tetapi dia merasa air hujan bisa membuat benih mati,
sedangkan dirinya sendiri tidak takut kepada kelembaban dan kekeringan.
Tidak berapa lama kemudian, benar saja turun hujan deras. Guntur
menyambar kesegala arah, membuat bumi seolah tergetar. Keadaan ini
membuat batu yang mengharapkan hujan menjadi tergetar. Tetapi, tunas
bunga matahari malahan dengan gembira menyambut kedatangan hujan, dengan
subur dia tumbuh, setelah beberapa kali turun hujan, tunas tumbuh
dengan subur menjadi sebatang pohon yang subur.
“Tunggu saja!” batu yang masih tidak mau mengalah mengatakan. Dia lalu berpikir, mungkin bunga matahari yang kecil ini tidak dapat
tumbuh, tidak dapat membesar, jika tumbuh tinggi lagi, maka dahannya
tidak bisa menampung berat badannya, akan segera patah.
Bunga matahari kecil tidak karena dikutuk lalu tidak bisa tumbuh,
malahan akarnya semakin hari tumbuh semakin kukuh, dahannya semakin hari
semakin besar. Daun-daunnya semakian hari semakin besar dan hijau.
Akhirnya suatu hari bunga matahari kecil berubah menjadi bunga matahari
besar, mulai berbunga kuning keemasan, bunganya menghadap ke matahari,
tidak takut letih bergerak sesuai dengan perputaran matahari. Lalu
berbuah yang banyak. Akhirnya benih semakin hari semakin matang, akan
terjatuh ke tanah dan mulai bertumbuh, demikianlah bunga matahari setiap
hari bertambah banyak.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar