Qipao/Cheongsam (旗袍) adalah pakaian tradisional China yang elegan.
Pakaian berasal dari Pakaian Kebangsaan Manchu China. Ada sebuah
legenda yang menyatakan bahwa terdapat seorang wanita muda tinggal di
Danau Jingbo.
Dia tidak hanya cantik, tetapi juga pintar dan memiliki keahlian sebagai nelayan. Tetapi ketika dia sedang memancing, dia sering kali terganggu dengan pakaiannya yang panjang.
Dia tidak hanya cantik, tetapi juga pintar dan memiliki keahlian sebagai nelayan. Tetapi ketika dia sedang memancing, dia sering kali terganggu dengan pakaiannya yang panjang.
Kemudian muncullah idenya, mengapa tidak membuat pakaian yang lebih praktis untuk bekerja? Dia kemudian pergi ke penjahit dan membuat sebuah gaun panjang dengan kancing berjejer untuk belahan gaun, yang memungkinkan dirinya untuk mengangkat bagian depan dari gaunnya, sehingga mempermudah dia ketika sedang bekerja. Sebagai seorang nelayan, dia tidak pernah menyangka akan mendapatkan keberuntungan.
Kaisar muda yang memerintah China pada suatu hari bermimpi. Dalam
mimpinya, mendiang ayahnya mengatakan bahwa seorang nelayan wanita dalam
pakaian Qipao (Cheongsam) di Danau Jingbo akan menjadi permaisurinya.
Setelah terbangun dari tidurnya, kaisar mengirim utusan untuk mencari
wanita tersebut. Dan mereka menemukannya! Sehingga nelayan wanita
tersebut akhirnya menjadi permaisuri, dan membawa trend baju Qipao
bersamanya. Semua wanita Manchu mengikuti trend ini dan akhirnya Qipao
menjadi sangat popular.
Kita tidak tahu apakah cerita ini benar apa tidak. Tetapi satu hal yang
pasti. Cheongsam berasal dari Manchu yang berkembang dari Suku Nuzhen
kuno. Pada awal abad ke-17, Nurhachi, seorang potitisi besar dan ahli
strategi militer, menyatukan berbagai suku Nuzhen dan mendirikan Sistem
Delapan Spanduk. Bertahun-tahun, baju tanpa kerah, berbentuk tabung
dikembangkan, yang dipakai oleh pria dan wanita. Inilah yang menjadi
cikal bakal dari Qipao. Pakaian ini dinamakan Qipao yang dalam bahasa
China dapat diartikan sebagai “Gaun Spanduk”, yaitu pakaian yang dipakai
oleh masyarakat yang tinggal di bawah Sistem Spanduk.
Pakaian China Qipao menjadi popular diantara para wanita dan keluarga
kerajaan pada masa Dinasti Qing. Pada masa itu, Qipao dibuat longgar dan
sangat panjang hingga menyentuh lantai. Biasanya, Qipao dibuat dari
sutera dan keseluruhan dari baju disulam, dengan renda lebar dipangkas
di kerah, lengan dan tepi baju.
Pada tahun 1920-an, Qipao/Cheongsam menjadi popular di seluruh China.
Terpengaruh oleh gaya busana Barat, Cheongsam mengalami perubahan.
Lengan baju menjadi lebih sempit dan dijahit dengan renda halus.
Pada tahun 1930-an, memakai Qipao/Cheongsam menjadi trend busana
dikalangan wanita di China. Berbagai gaya ditampilkan pada periode ini.
Ada yang pendek, ada yang panjang, dengan kerah tinggi atau rendah atau
bahkan tanpa kerah sama sekali.
Sejak tahun 1940-an, Cheongsam menjadi lebih pas ke tubuh dan lebih
praktis. Pada musim panas, wanita memakai baju tanpa lengan. Qipao pada
periode ini jarang dihiasi dengan pola.
Saat ini, dengan berbagai gaya, gaya pakaian China Qipao/Cheongsam
menunjukkan kharismanya di banyak pasar. Semakin banyak wanita di China
yang menghargai kecantikannya. Sebagai contohnya, ketika isteri dari
diplomat China menghadiri berbagai kegiatan sosial penting, Qipao
menjadi pilihan dari segala jenis baju. Juga banyak pengantin China yang
memilih Qipao sebagai gaun pengantinnya. Kenyataannya, banyak orang
berpengaruh yang menyarankan Qipao/Cheongsam menjadi pakaian kenegaraaan
bagi wanita China. Ini menunjukkan Cheongsam tetap menjadi focus dari
bagian kebudayaan China.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar