Pada periode antara musim gugur sampai musim semi, di negara Lu ada
seorang pengawal yang mempunyai seorang putri yang bernama Lu Ying, dia
dilahirkan sangat pintar, hatinya sangat baik selalu memikirkan keadaan
orang lain, selalu bersimpati kepada orang lain. Pada suatu malam di
musim semi, Lu Ying bersembunyi di sebuah tempat menangis.
Ketika temannya mengetahui dia menangis, temannya menyangka telah
terjadi sesuatu, lalu segera datang kehadapannya dan bertanya kepadanya,
“Kenapa engkau menangis sampai demikian sedih?”
Lu Ying membuka matanya yang penuh air mata, memandang kepada
sahabatnya lalu berkata, “Pada siang hari saya mendengar cerita orang,
pangeran dari negara Wei mempunyai karakter yang tidak baik, suka
berperang, tidak ada belas kasih, ketika mendengar perkataan itu hati
saya sangat tidak nyaman. Ketika tadi kita sedang mengobrol, tiba-tiba
saya teringat kepada hal tersebut, oleh sebab itu saya menjadi sedih,
tanpa sadar saya menangis.”
Pada saat itu, teman-temannya yang lain juga sudah datang mengelilinginya
dan mereka semua membujuknya, “Pangeran dari negara Wei mempunyai
karakter yang tidak baik, apakah ada hubungannya dengan negara Lu kita?
Walaupun perang, itu adalah perebutan kekuasaan antara negara, engkau
ini hanyalah seorang putri dari rakyat biasa. Buat apa engkau khawatir
dengan hal-hal yang tidak relevan dengan kita?”
Lu Ying setelah mendengar kata-kata temannya, menjadi semakin gelisah
dan berkata, “Pemahaman saya berbeda dengan kalian. Sampai sekarang saya
masih ingat dengan jelas, beberapa tahun yang lalu, ada seorang utusan
dari negara Song yang kalah berperang, mengungsi ke negara kita, kudanya
menghancurkan kebun sayur di kebun kami, membuat keluarga kami
mengalami kerugian besar.
Tahun yang lalu, Raja Ye demi membalas dendam
lalu menyerang negara Wu, raja negara Lu untuk mengambil hati raja Ye,
memilih gadis-gadis cantik rakyat jelata dipersembahkan kepada raja Ye,
kakak saya terpilih. Abang saya karena rindu kepada kakak saya pergi ke
negara Ye menjenguknya, ditengah perjalanan bertemu dengan
prajurit-prajurit yang sedang bertempur sehingga dia terbunuh....”
Bercerita sampai disini, Lu Ying tidak dapat lagi melanjutkan ceritanya
dia menangis dengan sedih, teman-teman yang mengelilingi dia setelah
mendengar ceritanya hanya bisa menundukkan kepalanya.
Setelah beberapa
saat Lu Ying baru berhenti menangis dan melanjutkan perkataannya, “Dari
dua hal tersebut saya menjadi mengerti, jika terjadi peperangan tidak
ada lagi batasan negara, dan yang menderita adalah rakyat jelata seperti
kita ini.
Sekarang, pangeran negara Wei sangat suka berperang,
sedangkan sekarang saya hanya memiliki seorang adik lelaki, mungkin pada
suatu hari malapetaka ini akan segera menimpa kami berdua. Oleh sebab
itu saya menjadi sangat takut dan khawatir.”
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar