Menyadari Dalam Keheningan

Ketika aku bernafas di keheningan. Jelas ku dengar hembusan napas yang ada. Hening bukanlah sepi. Hening bukanlah sunyi. Hening terasa indah dan damai dihati ini.

Dalam keheningan ini tiba-tiba aku menyadari, sesesungguhnya dalam dunia ini aku ini berjalan sendiri. 

Mungkin aku punya keluarga, mungkin aku punya saudara Dan aku pun punya sahabat. Tapi, dalam keheningan ini aku ketahui bahwa mereka juga punya jalannya sendiri.
 
Anakku sesungguhnya bukanlah “anakku”. Istri/suamiku sesungguhnya bukanlah “istri/suami” ku. Mereka adalah individu yang berbeda yang memiliki kehidupan serta kesulitannya sendiri. Mereka tidak lebih dari “teman seperjalanan” dalam mengarungi samsara ini.

Menyadari hal ini aku mulai sekarang bertekad untuk tidak mengganggap mereka adalah “milikku” karena mereka memiliki “kehidupan” sendiri. Dan tugasku adalah berbagi dengan mereka sehingga minimal aku bisa membagi “kebahagiaan” yang ku dapat walaupun itu sedikit dan sulit serta tidak menyusahkan kehidupan orang terdekatku ini.

Aku dan kamu bisa bertemu hanyalah karena ikatan karma yang taut menaut seperti potongan pacel, kita semua adalah sebuah gambar besar yang terpotong-potong seperti sebuah lukisan yang terdiri dari berbagai elemen didalam membuatnya. Seperti kertas, tinta maupun kuas. Itulah kehidupan. Janganlah merusak tatanan yang ada karena itu seperti sebuah lukisan yang tidak jadi ataupun pacel yang kurang bagiannya.

Marilah kita saling menjaga karena kita semua adalah saudara, walaupun kita berbeda namun tujuan kita semua adalah sama yaitu ingin melepas dari penderitaan dan ingin bahagia. Semoga semua mahluk berbahagia. Sadhu Sadhu Sadhu. (Wiwi)




Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.