|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Rabu, 24 Juli 2013

Sabar Dalam Mendidik

 

Seorang ayah punya tugas untuk memandikan putri kesayangannya setiap pagi karena sang anak yang masih berusia tiga tahun itu tidak suka mandi! 

Berbagai cara sudah dicoba untuk membuat sang anak mandi. 

Dari cara terhalus berbentuk bujukan sampai cara kasar,... paksaan dan pukulan. Tetapi semuanya gagal. Putronya bukan saja tidak mau mandi, tapi jadi membencinya, menangis dan mulai membalas pukulan. 

Dua hal yang sudah dianggap nggak apa-apa oleh sang ayah. Apalagi ia harus mengejar waktu untuk bisa masuk kerja tepat waktu. Rutinitas yang membuat sang ayah kesal, marah dan hampir putus asa. Tapi ia tidak mau melepaskan tugas tersebut. Gengsi menghalanginya. ”Masa mandiin anak kecil aja nggak bisa”, begitu pikirnya.

Sampai suatu pagi, prosesi paksaan mandi kembali dilakukan, tentu dengan bentakan dan pukulan. Sambil menangis pilu, sang anak berkata pada ayahnya, ”Ayah galak,... Ayah jahat...”. Kata-kata itu benar-benar menusuk hatinya.

Selama ini, ia juga kena pukul anaknya. Tapi sakitnya tidak sesakit kata-kata, ”Ayah galak, ayah jahat” tadi. Seharian ia tidak bisa bekerja dengan baik. Kata-kata anaknya benar-benar menyentaknya. Tak terasa, matanya berkaca-kaca. 


Sang ayah menangis. Ia benar-benar menyesal telah memperlakukan anak kesayangannya demikian buruk. Sejak hari itu, ia tidak lagi memaksa anaknya mandi. Sang anak memang tidak mandi. Paling ganti baju saja. Tapi,... tidak ada tangisan dan teriakan setiap hari.

Sang ayah kembali berpikir bagaimana caranya untuk membuat anaknya senang mandi tanpa paksaan, teriakan apalagi pukulan. Berbagai alternatif muncul. Beberapa dicoba. Gagal total. Tapi sang ayah tidak menyerah. Ia kembali mencari cara yang lebih baik.

Sampai suatu ketika, suatu kesadaran baru timbul. Sang ayah sadar, membuat anaknya senang mandi adalah sudut pandang yang keliru. Bagi anak usia tiga tahun, tidak ada aktivitas yang disenanginya, kecuali bermain. 


Jadi pertanyaannya bukan bagaimana membuat anaknya senang mandi, tapi bagaimana bersenang-senang dengan anaknya, termasuk ketika mandi. Pemikiran ini menggeser fokus dan pendekatannya. Dari fokus pada anaknya menjadi fokus pada dirinya sendiri.

Kesadaran ini membuat sang ayah merubah perintah mandi, ”Nak, mandi sana!” menjadi ajakan untuk bermain, ”Nak, main air yuk...”. Selain itu, mandi justru menjadi aktivitas sampingan. Aktivitas utamanya adalah main. Dari mencuci bola anaknya, membuat gelembung sabun, main robot-robotan di air, mengisi air ke botol, dan sebagainya. Mandi pun menjadi aktivitas yang menyenangkan.

Beberapa kali, sang anak memang masih tidak mau mandi. Tapi, hal ini bukan lagi suatu masalah besar. Sang ayah menjadi sangat kreatif dan sabar mencari permainan yang akhirnya membawa mereka ke kamar mandi, main air dan mandi. Makin lama, proses main dan mandi ini menjadi makin cepat. 


Dan akhirnya, suatu pagi sang anak berkata pada ayahnya, ”Yah, mandi yuk...” Sang ayah pun langsung memeluk dan menggendong anak tercintanya. Dengan mata berkaca-kaca, sang ayah berkata, ”Ayuk...”

Dalam mendidik anak, membutuhkan kesabaran bukan kemarahan. Kreatifitas menjadi penting dalam proses menumbuhkan kesabaran ini. Anda tidak akan jadi orang tua yang sabar bila anda tidak kreatif. Kekerasan dalam memperlakukan anak tidak akan mendidik apapun selain dendam.

Dalam kasus di atas, diperlukan banyak waktu untuk menjalin cinta dan keakraban antara sang ayah dengan anaknya. Tidak efisien. Tapi memang bukan efisiensi ( hemat sumber daya) yang menjadi fokus utama dalam mendidik anak. 


Efektifitas (tujuan tercapai dengan baik) adalah fokusnya. Jadi, asalkan terjalin cinta tulus antara orang tua dengan anaknya, masalah diperlukan banyak waktu, tenaga, pikiran, dana, dan sebagainya tidak lah menjadi masalah.

Nah saudara, jangan salah fokus. Jangan ingin cepat-cepat mendidik anak. Tenang saja. Anda punya waktu yang berlebih untuk mendidik anak dan terutama mendidik diri anda sendiri untuk menumbuhkan cinta tulus diantara anda dan buah hati anda. (Sida Yang)




Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.

Tidak ada komentar:
Write komentar