|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Sabtu, 17 Agustus 2013

Asal Festival Ullambana / Yu Lan Jie ( 盂兰盆 )

 

Asal-usul Festival Ullambana dapat ditelusuri kembali ke cerita yang aslinya berasal dari India, tetapi kemudian mengambil alih arti budaya Cina seperti motif yang muncul dalam sebuah cerita dalam kitab Sutra Ullambana.  

15 Juli kalender lunar disebut sebagai Festival Ullambana / Yu Lan Jie ( 盂兰盆 ) disebut juga Chao Du Fa Hui ( 超渡法会 ) untuk umat yang percaya Buddha Mahayana.
 
Kata "Ullambana" adalah transliterasi dari bahasa Sanskerta. "Ullam" berarti tergantung oleh kaki, yang mengacu berada di selat sakit, sedangkan "bana" adalah kapal yang digunakan untuk menahan korban.

Kisah ini terkandung dalam koleksi kanonik sutra pendek yang diterjemahkan ke dalam bahasa Cina oleh Gautama Samghadeva antara tahun 397 dan 398. Kita menemukan penjelasan tentang bagaimana Buddha mengajarkan Monggalana membantu ibunya yang menderita di alam bawah Hantu Lapar.yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Cina pada akhir abad keempat.

Yu Lan Pen  ( 盂兰盆 ) konon disusun untuk mendorong umat Buddha agar menjadi lebih berbakti, dengan mengikuti adat Cina dalam memperingati leluhur mereka sehingga menjadi populer di berbagai daerah Cina.

Dalam Sutra Ullambana, Monggalana awalnya adalah seorang pemuda Brahmana yang kemudian ditahbiskan dan kemudian menjadi salah satu murid utama Buddha. Monggalana  juga dikenal memiliki kekuatan sihir yang besar, suatu sifat umum di antara para bhikkhu.


Setelah ia mencapai arahat, ia mulai berpikir secara mendalam tentang orang tuanya dan bertanya-tanya apa yang terjadi pada mereka. Dia menggunakan kesaktiannya untuk melihat di mana orang tuanya terlahir kembali dan dia menemukan ayahnya di surga yaitu di tempat para Dewa dan melihat bahwa ibundanya tumimbal lahir di alam Neraka Avicci, sebagai akibat akusala karma (karma buruk) yang telah dilakukannya semasa ia masih hidup.

Sebagai seorang anak yang berbakti dan sangat menyayangi orangtuanya, Maha Moggalana merasa berkewajiban untuk menolong ibundanya yang sedang menderita. Dia berusaha memberikan makanan dan minuman kepada ibundanya. Tetapi segala makanan dan minuman tersebut seketika berubah menjadi bara api begitu disentuh dan dimakan oleh ibundanya. Maha Moggalana mengerahkan seluruh kemampuan dan kesaktiannya, namun semua usahanya itu sia-sia belaka.

Merasa tak berdaya, Maha Moggalana kembali ke dunia manusia. Kemudian dengan penuh sujud ia memohon petunjuk gurunya, Buddha Sakyamuni, untuk menolong ibundanya agar terbebas dari penderitaan di alam Neraka Avicci.

Melihat usaha Maha Moggalana yang bersungguh hati ingin berbakti dan membalas budi orang tuanya, maka dengan penuh Maha Maitri Karuna (Welas Asih) dan Maha Prajna (Bijaksana), Buddha Sakyamuni memberikan petunjuk kepada siswanya agar ia memberikan dana paramita kepada Para Arya Sangha dan setelah itu memohon Arya Sangha mengadakan suatu upacara guna menolong meringankan penderitaan ibundanya.

Maha Moggalana merasa amat gembira dan dengan penuh rasa bakti segera melaksanakan petunjuk Gurunya. Ia mempersembahkan dana paramita dari hasil Pindapatta-nya kepada para Sangha, dan kemudian memohon para Arya Sangha mengadakan suatu upacara penyaluran jasa untuk menolong ibundanya.

Setelah menerima dana paramita dari Arahat Moggalana, para Arya Sangha kemudian mengadakan upacara dengan membaca mantra, dharani dan ayat-ayat kitab suci, yang mana semua jasa dan pahala dari upacara ini disalurkan kepada ibunda Arahat Moggalana dan juga kepada makhluk-makhluk lain di tiga alam sengsara.

Sewaktu upacara dilaksanakan, terjadilah berbagai keajaiban, api neraka menjadi padam, segala penderitaan berubah menjadi kegembiraan dan kedamaian, makhluk-makhluk di alam Neraka setelah menerima getaran suci hasil pembacaan dharani tersebut, terbebaslah mereka dari penderitaannya.

Ibunda Maha Moggalana segera tertolong dan tumimbal lahir di alam yang lebih baik, begitu pula makhluk-makhluk di tiga alam sengsara lainnya, ikut menikmati hasil jasa dan pahala dari diadakannya upacara ini, sehingga merekapun dapat tumimbal lahir ke alam lain sesuai dengan kondisi karmanya. Semua makhluk turut bersuka cita atas peristiwa ini. 


Karena demikian besar manfaatnya tersebut, maka sampai sekarang upacara tersebut masih terus diselenggarakan setiap setahun sekali. Tradisi dari penyelenggaraan upacara ini merupakan salah satu cara melestarikan ajaran Hyang Buddha membalas budi dan menolong para makhluk di alam Samsara, yaitu Alam Neraka dan Alam setan gentayangan.

Oleh karena itu semangat dari Ulambana adalah menolong para makhluk yang sengsara, maka dikemudian hari dikembangkan dengan menganjurkan para umat yang mampu untuk memberikan sedekah (Dana Paramita) kepada fakir miskin. 

Sehingga, sampai saat sekarang terlihatnya saat tiba bulan 7 para umat menyisihkan uangnya yang ada untuk memberikan sumbangan beras, sandang pangan lainnya yang kemudian disalurkan oleh para pengurus Vihara kepada fakir miskin dan yatim piatu.

Hyang Buddha Sakyamuni menamakan upacara ini dengan nama Upacara Ullambana, yaitu suatu upacara untuk menolong makhluk-makhluk yang karena karma buruknya tumimbal lahir dan menderita di 3 alam sengsara. 

Selanjutnya upacara ini dilakukan tiap tahun sampai sekarang. Demikianlah asal mula diadakannya Upacara Ullambana yang tetap diperingati setiap tahun sampai sekarang,

Upacara ulambana biasanya diadakan mulai tanggal 15 bulan 7 sistem penanggalan lunar sampai akhir bulan 7 tersebut. Puncak penutupan upacara jatuh pada tanggal 29 atau 30 bulan ke 7, yang merupakan pula Hari Kebesaran Ksitigarbha Bodhisattva (Ti Cang Wang Pho sat). 

Festival Ullambana ( Chao Du Fa Hui / 超渡法会 ) maknanya adalah Pelimpahan jasa pahala kepada leluhur, yang dalam Buddhisme mencakup dua makna yaitu satu adalah untuk mengajak orang agar mendermakan makanan bagi para biarawan Buddha, yang lainnya adalah untuk mengingatkan orang untuk melakukan perbuatan amal sehingga dapat melepaskan jiwa leluhur yang berdosa dan juga sebagai wujud bakti.

Untuk Buddha Mahayana, bulan lunar kedelapan adalah bulan sukacita. Hal ini karena hari kelima belas bulan ke tujuh sering dikenal sebagai hari yang menyenangkan Buddha dan hari bergembira bagi para bhikkhu. Asal-usul hari menyenangkan Buddha dapat ditemukan di berbagai kitab suci. 

Ketika Sang Buddha masih hidup, murid-muridnya bermeditasi di hutan India selama musim hujan dan musim panas. Tiga bulan kemudian, pada lima belas hari bulan yang ketujuh, mereka akan muncul dari hutan untuk merayakan selesainya meditasi mereka dan melaporkan kemajuan mereka kepada Sang Buddha. 





Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.

Tidak ada komentar:
Write komentar