Konon dahulu kala, ada sebuah gunung
terbang kecil di Propinsi Sichuan. Kadang-kadang gunung ini terbang ke
arah timur dan kadang-kadang terbang ke arah barat. Namun di mana pun ia
turun, banyak rumah menjadi hancur dan banyak orang akan tewas.
'Biksu gila'
Pada saat itu, ada seorang biksu bernama Biksu Jigong (baca: Cikung) di
Kuil Lingyin di tepi Danau Barat di Provinsi Zhejiang. Dia bertingkah
seperti orang gila, sehingga orang menyebutnya "biksu gila".
Suatu hari,
biksu gila meramalkan bahwa pada suatu siang, gunung aneh akan terbang
ke desa dan berhenti di depan Kuil Lingyin. Dia bangun pada pagi hari
itu dan bergegas ke desa. Dia menyampaikan berita dari pintu ke pintu.
Dia berteriak, "Hari ini, sebuah gunung akan terbang ke desa. Kita harus
memindahkan penduduk desa sesegera mungkin, jika tidak, kita akan
terlambat!" Dia berteriak hingga mulut kering dan bibir pecah, tapi
tidak ada yang percaya padanya.
Biksu gila menculik pengantin
Biksu Gila
itu berlari secepat kilat menyeruak kerumunan lalu menculik pengantin
dan memanggulnya di bahu sambil berlari keluar dari desa. Biksu Gila
menculik pengantin! Penduduk seluruh desa segera bertindak. Setiap pria
dan wanita, baik muda dan tua, semuanya lari desa mengejar biksu itu.
Sambil membawa pengantin, Biksu Gila terus berlari. Penduduk desa
mengejarnya hingga sejauh 12 kilometer, tapi tak bisa menyusulnya.
Ketika matahari tepat di atas kepala mereka, biksu berhenti. Dia
meletakkan pengantin dan duduk di tanah. Penduduk desa bergegas
mendekati, ingin memukulinya.
Tepat pada saat itu, langit berubah
menjadi gelap. Para penduduk desa mendengar suara "bum" besar dan
melihat gunung jatuh di atas desa mereka. Orang-orang kemudian mengerti
mengapa biksu gila menculik pengantin wanita. Itu dilakukan untuk
menyelamatkan nyawa semua orang!
Penduduk desa menahan 'Gunung Terbang'
Lalu biksu berkata, "Gunung itu mampu terbang ke desa ini, tentu ia
juga bisa terbang pergi dari sini. Jika terbang ke tempat lain, mungkin
ia akan membunuh banyak orang. Kita harus mengukir 500 patung Buddha
batu di atas gunung. Itu bisa menahan gunung sehingga gunung tidak
terbang dan menyakiti orang lain."
Semua penduduk desa segera bergegas. Beberapa dari mereka menggunakan
palu dan beberapa lainnya menggunakan pahat. Mereka sibuk sepanjang
malam. Pada pagi hari, 500 Arhat dari batu telah selesai, tetapi mereka
menyadari ukiran Buddha tidak memiliki mata ataupun alis.
Biksu kemudian
mengatakan, "Aku tahu apa yang harus dilakukan, biar aku coba." Dengan menggunakan kukunya yang panjang, ia mengukir wajah patung. Segera
setelah itu, mata dan alis dari 500 Arhat batu semua selesai.
Sejak saat itu, gunung kecil ini tidak lagi terbang ke tempat lain,
tapi selalu diam di depan Kuil Lingyin. Karena gunung itu pernah
terbang, orang menyebutnya "gunung terbang".
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar