Seorang Sarjana bertanya kepada Master Zen, "Apa kunci kebahagiaan itu?"
Master Menjawab :
Saat tersenyum, tersenyumlah.
Saat tertawa, tertawalah.
Saat tidur, tidurlah.
Saat makan, makanlah.
Saat sedih, menangislah.
Saat bersama dengan yang dicinta, sayangilah.
Saat bertemu musuhmu, maafkan dan maklumilah.
Saat berpisah, lepaskan dan relakanlah.
Saat emosi datang, menjauhlah dari siapapun.
Inilah kunci kebahagiaan.
Sarjana itu kembali bertanya, "Semudah itu?"
Master menjawab, "Siapa yang bilang mudah?
Banyak yang senyum, tetapi penuh kepedihan.
Banyak yang tertawa, tetapi tertawa penuh keangkuhan.
Banyak yang makan, tetapi tidak merasakan apa yang dimakan, penuh kesibukan, sibuk bicara, dan lainnya.
Banyak yang bersama dengan yang disayang, tetapi tidak pernah mengutarakan rasa sayangnya.
Sebaliknya banyak intrik dan permaianan kata-kata yang menyebabkan pertikaian. Baik antar sesama suami isteri, orang tua dan anak, bahkan sesama saudara.
Saat bertemu musuh, semakin penuh rasa benci, dan ada keinginan untuk menghabiskannya, emosi yang tidak terkendali.
Saat berpisah, melekati dan memikirkan setiap saat, tak bisa melihat dunia lain yang penuh harapan untuknya. Matanya tertutup oleh kemelekatan yang hanya menghancurkan diri dan orang sekitarnya.
Saat emosi, hancurlah semua peluang untuk mendapatkan kebahagiaan. Kebahagiaan dan rejeki yang ada pun segera menjauh.
Sarjana berkata, " Hmmmmmm..... Sederhana yang tidak sederhana, asal berlatih pasti bisa."
Master berkata, "sadhu...sadhu...sadhu..."
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Master Menjawab :
Saat tersenyum, tersenyumlah.
Saat tertawa, tertawalah.
Saat tidur, tidurlah.
Saat makan, makanlah.
Saat sedih, menangislah.
Saat bersama dengan yang dicinta, sayangilah.
Saat bertemu musuhmu, maafkan dan maklumilah.
Saat berpisah, lepaskan dan relakanlah.
Saat emosi datang, menjauhlah dari siapapun.
Inilah kunci kebahagiaan.
Sarjana itu kembali bertanya, "Semudah itu?"
Master menjawab, "Siapa yang bilang mudah?
Banyak yang senyum, tetapi penuh kepedihan.
Banyak yang tertawa, tetapi tertawa penuh keangkuhan.
Banyak yang makan, tetapi tidak merasakan apa yang dimakan, penuh kesibukan, sibuk bicara, dan lainnya.
Banyak yang bersama dengan yang disayang, tetapi tidak pernah mengutarakan rasa sayangnya.
Sebaliknya banyak intrik dan permaianan kata-kata yang menyebabkan pertikaian. Baik antar sesama suami isteri, orang tua dan anak, bahkan sesama saudara.
Saat bertemu musuh, semakin penuh rasa benci, dan ada keinginan untuk menghabiskannya, emosi yang tidak terkendali.
Saat berpisah, melekati dan memikirkan setiap saat, tak bisa melihat dunia lain yang penuh harapan untuknya. Matanya tertutup oleh kemelekatan yang hanya menghancurkan diri dan orang sekitarnya.
Saat emosi, hancurlah semua peluang untuk mendapatkan kebahagiaan. Kebahagiaan dan rejeki yang ada pun segera menjauh.
Sarjana berkata, " Hmmmmmm..... Sederhana yang tidak sederhana, asal berlatih pasti bisa."
Master berkata, "sadhu...sadhu...sadhu..."
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar