Di daratan Tiongkok, terdapat mata air yang tak terhitung banyaknya,
di antaranya ada yang sangat istimewa sekali dan terkenal, dan yang
paling melegenda adalah “Mata air yang tamak."
Mata air ini meninggalkan sebuah legenda turun temurun yang membuat orang perlu mengkajinya dengan lebih seksama lagi.
Di Kuang Tong pada kawasan Fang Yi sekitar 15 km jauhnya ada terdapat
sebuah sungai kecil bernama Pei Ciang, dengan sebuah kali yang
bergabungan, dan pada dua ujungnya terjepit sebuah dinding batu yang
kelihatannya bagaikan sebuah pintu yang disebut pintu batu.Tempat ini merupakan salah satu tempat rekeasi, disana juga terdapat sebuah mata air yang mengalir deras, kabarnya bagi orang yang meminum air tersebut akan terbesit ketamakan yang tiada taranya. Oleh sebab itu, penduduk sekitarnya menyebut mata air itu sebagai “Mata air yang tamak”.
Setiap orang yang melewatinya, apalagi seeorang pejabat negara, maka demi untuk menunjukkan kebersihan jiwa diri pribadinya, walaupun sangat kehausan, maka tak akan mau meminum air dari mata air tersebut. Hal ini sebenarnya untuk menghindari diri agar namanya nanti tak menjadi bahan pengunjingan orang.
Sampai pada dinasti Tung Chin, pantangan ini barulah dipecahkan oleh pejabat yang datang dari Kuang Co, yang bernama Wu Yin Ce (Alias Chu Mo, berasal dari San Tung). Penjabat Wu merupakan seorang pejabat yang bersih jiwanya.
Pada suatu hari, ketika pejabat Wu sedang
melewati tempat tersebut, dia pernah mendengar tentang legenda mengenai
mata air tersebut, sehingga dia mengambil segelas airnya, lalu
meneguknya sampai habis.
Orang – orang yang berada disampingnya semua pada terkejut, tapi dia malahan seolah tak terjadi apa – apa, dan membuat sebuah syair yang maksudnya adalah, “Peribahasa kuno berkata, mata air ini akan bisa membuat orang timbul niat tamak untuk memiliki ribuan emas, tetapi kalaulah Po Yi dan Su Chi (orang yang sangat bersih jiwanya dan sangat jujur dari zaman dulu) datang meminum air tersebut, maka tak akan bisa merubah hati mereka yang sedemikian bersih dan jujurnya.”
Benar saja, sewaktu Wu Yin Ce menjabat tidak pernah merubah sifatnya yang begitu bersih jiwanya dan jujur. Setiap hari dia hanya makan sayur dan ikan kering saja, kelakuannya sangatlah hemat sekali, sehingga menjadi suri tauladan.
Benda – benda yang mewah tak pernah dipakainya, malahan dia tak pernah mengambil secuilpun barang yang bukan miliknya. Bawahannya yang melihat, menjadi kagum dan menghormatinya sekaligus segan terhadapnya.
Masing – masing tak berani bertindak sembarangan dan
memeras rakyat lagi. Lama kelamaan kebiasaan buruk yang suka
korupsi juga tak ada lagi terlihat, sehingga kaisar Chin An Ti secara
khusus datang untuk memujinya.
Kelakuan Wu Yin Ce yang
sedemikian nyata, telah merubah legenda ribuan tahun dari “Mata air yang
tamak,” dan telah mendapatkan pujian sepanjang masa pada awal dinasti
Tang.
Salah seorang dari 4 orang yang paling handal yang bernama Wang Po pernah memujinya dengan mengatakan, “Meminum air dari mata air ketamakan, tetap saja tersadarkan, dan tetap saja bersih jiwanya”, kata – kata tersebut untuk menandakan kekagumannya.
Pada zaman dinasti Ming, ada orang yang mengukir syair yang diucapkan Wu Yin Ce di samping huruf “Mata Air Ketamakan.” Hal ini untuk menandakan seseorang yang sedemikian bersih jiwa dan kejujurannya, maka selamanya tetap diceritakan oleh orang, sehingga membuat “Mata Air Ketamakan” yang mengalir dengan “Aliran Yang Jernih”.
Ketamakan dan kebersihan jiwa sesungguhnya erat sekali hubungannya dengan niatan hati orang, mana mungkin hanya sebuah mata air bisa mempengaruhinya ? Malam semuanya
Salah seorang dari 4 orang yang paling handal yang bernama Wang Po pernah memujinya dengan mengatakan, “Meminum air dari mata air ketamakan, tetap saja tersadarkan, dan tetap saja bersih jiwanya”, kata – kata tersebut untuk menandakan kekagumannya.
Pada zaman dinasti Ming, ada orang yang mengukir syair yang diucapkan Wu Yin Ce di samping huruf “Mata Air Ketamakan.” Hal ini untuk menandakan seseorang yang sedemikian bersih jiwa dan kejujurannya, maka selamanya tetap diceritakan oleh orang, sehingga membuat “Mata Air Ketamakan” yang mengalir dengan “Aliran Yang Jernih”.
Ketamakan dan kebersihan jiwa sesungguhnya erat sekali hubungannya dengan niatan hati orang, mana mungkin hanya sebuah mata air bisa mempengaruhinya ? Malam semuanya
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar