Suatu ketika di sebuah sabana, berkumpullah kelompok harimau. Ada seekor harimau muda yang terlihat menjauh dari kelompok itu. Dia ingin mencari tantangan.
Matanya terlihat waspada mengawasi sekitarnya. Tanpa disadari, kakinya menuju sebuah telaga yang menjorok ke dalam. Airnya begitu bening, memantulkan apa saja yang terlihat di atasnya. Sang harimau muda terkejut, ketika dilihatnya ada seekor harimau lain di sana.
"Hei... ada harimau lain yang tinggal di dalam air.
Sesaat kemudian, harimau itu menyembulkan kepalanya, oh, ternyata harimau telaga itu masih ada. Dipasangnya senyum persahabatan dan ada balasan senyum dari arah telaga.
Akan kuberitahu yang lain. Ada seekor harimau baik hati yang tinggal di tempat ini. Kabar tentang harimau dalam telaga segera diberitahukannya.
Ada seekor harimau lain yang tertarik dan ingin membuktikannya. Sampailah ia di telaga itu.
Ups.. kakinya hampir terperosok. Dia terlihat mengaum, seraya menyembulkan kepalanya ke arah lubang telaga.
"Hei... ada harimau yang sedang marah di dalam sana," begitu pikirnya dalam hati.
Harimau itu kembali menyeringai, memamerkan seluruh taring miliknya. Dia menunjukkan muka marah.
Ohh, ternyata harimau dalam telaga pun tak kalah dan melakukan tindakan serupa.
"Ah, temanku tadi pasti berbohong.
" Tak ada harimau baik dalam telaga itu.
Aku hampir saja dimakannya. Aku tak mau berteman dengan harimau dalam telaga itu.
Ia tidak menyadari bahwa harimau dalam telaga itu, sesungguhnya adalah pantulan dari dirinya.
Pandangan orang lain, sama halnya dengan cermin dan telaga, adalah pantulan dari sikap kita terhadap mereka. Dugaan dan sangkaan yang kerap muncul, bias jadi adalah refleksi dari perlakuan kita terhadap mereka.
Baik dan buruknya suatu tanggapan, tak lain merupakan balasan dari diri kita sendiri. Layaknya cermin dan air telaga, semuanya akan memantulkan bayangan yang serupa. Tak kurang dan tak lebih.
Teman, cobalah menatap wajah kita dalam-dalam, "Sudahkah kutemukan wajah yang bersahabat di dalamnya.
Matanya terlihat waspada mengawasi sekitarnya. Tanpa disadari, kakinya menuju sebuah telaga yang menjorok ke dalam. Airnya begitu bening, memantulkan apa saja yang terlihat di atasnya. Sang harimau muda terkejut, ketika dilihatnya ada seekor harimau lain di sana.
"Hei... ada harimau lain yang tinggal di dalam air.
Sesaat kemudian, harimau itu menyembulkan kepalanya, oh, ternyata harimau telaga itu masih ada. Dipasangnya senyum persahabatan dan ada balasan senyum dari arah telaga.
Akan kuberitahu yang lain. Ada seekor harimau baik hati yang tinggal di tempat ini. Kabar tentang harimau dalam telaga segera diberitahukannya.
Ada seekor harimau lain yang tertarik dan ingin membuktikannya. Sampailah ia di telaga itu.
Ups.. kakinya hampir terperosok. Dia terlihat mengaum, seraya menyembulkan kepalanya ke arah lubang telaga.
"Hei... ada harimau yang sedang marah di dalam sana," begitu pikirnya dalam hati.
Harimau itu kembali menyeringai, memamerkan seluruh taring miliknya. Dia menunjukkan muka marah.
Ohh, ternyata harimau dalam telaga pun tak kalah dan melakukan tindakan serupa.
"Ah, temanku tadi pasti berbohong.
" Tak ada harimau baik dalam telaga itu.
Aku hampir saja dimakannya. Aku tak mau berteman dengan harimau dalam telaga itu.
Ia tidak menyadari bahwa harimau dalam telaga itu, sesungguhnya adalah pantulan dari dirinya.
Pandangan orang lain, sama halnya dengan cermin dan telaga, adalah pantulan dari sikap kita terhadap mereka. Dugaan dan sangkaan yang kerap muncul, bias jadi adalah refleksi dari perlakuan kita terhadap mereka.
Baik dan buruknya suatu tanggapan, tak lain merupakan balasan dari diri kita sendiri. Layaknya cermin dan air telaga, semuanya akan memantulkan bayangan yang serupa. Tak kurang dan tak lebih.
Teman, cobalah menatap wajah kita dalam-dalam, "Sudahkah kutemukan wajah yang bersahabat di dalamnya.
Tidak ada komentar:
Write komentar