Kebajikan ( De 德 ) - Setelah mengurusi keperluan rumah tangga dari pagi-pagi buta, biasanya
Ibu masih harus menghadapi tingkah konyol anak-anak mereka dari siang
hingga malam. Misalnya, melihat anak-anak menghabiskan waktu bertengkar
dengan saudaranya, kamar anak yang berantakan, makanan yang tidak
dihabiskan, dan masih banyak lagi. Bisa dibilang, seharian penuh Ibu
tidak pernah berhenti bekerja.
Kondisi ini memungkinkan semua Ibu merasa kesal dan “berteriak” saat berbicara pada anak-anak mereka. Salah satunya Yvonne Condes, seorang penulis dan pendiri MomsLA.com.
Yang mengejutkan, saat ia berteriak pada anak bungsunya yang berusia 5 tahun, Si Anak menatapnya dengan mata besar cokelatnya dan bertanya sopan, “Bolehkah Ibu tidak berteriak seperti itu lagi kepada kami?”
“Hati saya hancur mendengarnya. Aku mengerti mengapa ia mengatakan itu kepada saya. Pasti hatinya sangat sakit ketika saya meneriakinya,” kata Condes.
Saat itu Condes hanya diam dan tidak membela diri dengan mengatakan bahwa ia melakukan itu karena anaknya bermain tanpa aturan dan hanya itulah satu-satunya yang bisa ia lakukan untuk membuat mereka diam.
Setelahnya, bukannya mudah, justru sebaliknya. Tidak berteriak atau marah ketika mereka tidak bisa diatur sangatlah sulit untuk dilakukan. Setiap kali anak-anak bertengkar, Condes bertanya-tanya dalam hati, apakah saya bisa bersabar. Usai anaknya mengucapkan keinginannya (untuk tidak meneriakkinya, Red. ) apakah ia tiba-tiba jadi anak yang penurut?
“Masalahnya adalah efek kumulatif,” kata Dr Carl Alasko, psikoterapis dan penulis buku Say This, Not That: A Foolproof Guide to Interpersonal Communication . “Jika itu dilakukan sekali sehari, itu masalah. Jika dua kali seminggu, itu tetap bukan hal yang baik,” terang Alasko.
"Saya berbicara dengannya minggu lalu tentang dampak berteriak pada anak yangdapat memengaruhi hidup mereka dan apa yang bisa dilakukan orangtua untuk mengontrol ‘teriakan’,” kata Condes.
Alasko menjelaskan, jika Anda berteriak pada anak dua kali seminggu itu bisa mempengaruhi pengalaman hidupnya tentang Anda 100 tahun ke depan. Dan apabila itu Anda lakukan lebih dari lima tahun makan pengalaman itu akan diperpanjang hingga 500 tahun selanjutnya. “Artinya, teriakan dan kebiasan ibu berteriak akan tumbuh dan menyerap dalam hidupnya.”
Jumlah itu benar-benar menegur Condes bahwa anak-anaknya bisa menyimpan memori atau mengingatnya sebagai ibu yang dingin dan senang berteriak.
Alasko merekomendasikan solusi sederhana dan klasik untuk menghentikankebiasan berteriak pada anak. Ketika Anda sedang kesal dan bersiap memarahi anak, tarik napas dalam-dalam sebanyak tiga kali.
Kondisi ini memungkinkan semua Ibu merasa kesal dan “berteriak” saat berbicara pada anak-anak mereka. Salah satunya Yvonne Condes, seorang penulis dan pendiri MomsLA.com.
Yang mengejutkan, saat ia berteriak pada anak bungsunya yang berusia 5 tahun, Si Anak menatapnya dengan mata besar cokelatnya dan bertanya sopan, “Bolehkah Ibu tidak berteriak seperti itu lagi kepada kami?”
“Hati saya hancur mendengarnya. Aku mengerti mengapa ia mengatakan itu kepada saya. Pasti hatinya sangat sakit ketika saya meneriakinya,” kata Condes.
Saat itu Condes hanya diam dan tidak membela diri dengan mengatakan bahwa ia melakukan itu karena anaknya bermain tanpa aturan dan hanya itulah satu-satunya yang bisa ia lakukan untuk membuat mereka diam.
Setelahnya, bukannya mudah, justru sebaliknya. Tidak berteriak atau marah ketika mereka tidak bisa diatur sangatlah sulit untuk dilakukan. Setiap kali anak-anak bertengkar, Condes bertanya-tanya dalam hati, apakah saya bisa bersabar. Usai anaknya mengucapkan keinginannya (untuk tidak meneriakkinya, Red. ) apakah ia tiba-tiba jadi anak yang penurut?
“Masalahnya adalah efek kumulatif,” kata Dr Carl Alasko, psikoterapis dan penulis buku Say This, Not That: A Foolproof Guide to Interpersonal Communication . “Jika itu dilakukan sekali sehari, itu masalah. Jika dua kali seminggu, itu tetap bukan hal yang baik,” terang Alasko.
"Saya berbicara dengannya minggu lalu tentang dampak berteriak pada anak yangdapat memengaruhi hidup mereka dan apa yang bisa dilakukan orangtua untuk mengontrol ‘teriakan’,” kata Condes.
Alasko menjelaskan, jika Anda berteriak pada anak dua kali seminggu itu bisa mempengaruhi pengalaman hidupnya tentang Anda 100 tahun ke depan. Dan apabila itu Anda lakukan lebih dari lima tahun makan pengalaman itu akan diperpanjang hingga 500 tahun selanjutnya. “Artinya, teriakan dan kebiasan ibu berteriak akan tumbuh dan menyerap dalam hidupnya.”
Jumlah itu benar-benar menegur Condes bahwa anak-anaknya bisa menyimpan memori atau mengingatnya sebagai ibu yang dingin dan senang berteriak.
Alasko merekomendasikan solusi sederhana dan klasik untuk menghentikankebiasan berteriak pada anak. Ketika Anda sedang kesal dan bersiap memarahi anak, tarik napas dalam-dalam sebanyak tiga kali.
Kemudian bertanya pada diri sendiri, “Apa tujuan saya berteriak?” Dengan
memikirkan hal itu, Anda tidak hanyamemperlambat proses reaktif, tapi
juga memikirkan harapan Anda pada mereka dan juga Anda sendiri.
Apakah Anda ingin mereka berhenti berkelahi dan menjadi anak yang saling menghargai? Apakah Anda ingin anak Anda menjadikan Anda sebagai ibu yang bijak dan lemah lembut?
Akan lebih baik jika Anda mengajak mereka diam sejenak dan mengatakan bahwa perilaku mereka sudah di luar batas. Jelaskan juga dampak negatif yang bisa mereka timbulkan jika mereka terus melakukan “keributan”. Juga, berikan pilihan kepada mereka, apa yang sebaiknya Anda lakukan jika mereka melakukan keributan atau tidak mau diatur.
Percayalah, jika Anda langsung memutuskan untuk marah dan berteriak, anak-anak tidak akan peduli dan mendengarkan Anda. Bukan itu model komunikasi yangmereka butuhkan
Salam kebajikan (Sumber)
Apakah Anda ingin mereka berhenti berkelahi dan menjadi anak yang saling menghargai? Apakah Anda ingin anak Anda menjadikan Anda sebagai ibu yang bijak dan lemah lembut?
Akan lebih baik jika Anda mengajak mereka diam sejenak dan mengatakan bahwa perilaku mereka sudah di luar batas. Jelaskan juga dampak negatif yang bisa mereka timbulkan jika mereka terus melakukan “keributan”. Juga, berikan pilihan kepada mereka, apa yang sebaiknya Anda lakukan jika mereka melakukan keributan atau tidak mau diatur.
Percayalah, jika Anda langsung memutuskan untuk marah dan berteriak, anak-anak tidak akan peduli dan mendengarkan Anda. Bukan itu model komunikasi yangmereka butuhkan
Salam kebajikan (Sumber)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat
kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini; Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar