Kebajikan ( De 德 ) - Perayaan Tahun Baru Imlek adalah perayaan terbesar di China, dan merupakan liburan yang dinanti-nanti oleh banyak
orang di
mana aktivitas di seluruh negeri berhenti sesaat selama beberapa hari.
Untuk menikmati makanan, pesta kembang api, dan berkumpul bersama
keluarga.
Tahun Baru Imlek tentunya memang terasa lebih meriah jika
kita bisa merayakannya dengan orang yang terkasih. Tapi bagi jutaan orang yang belum memiliki
pasangan atau belum menikah alias jomblo di China, hal ini tentu rasanya
bagai "Siksaan."
Walaupun di zaman sekarang hal tersebut tidak menjadi masalah lagi, karena kini sudah
tersedia jasa penyewaan pacar di China. Tapi bagi orang yang tak mau menggunakan jasa pacar sewaan, tentunya hal ini menjadi masalah dan menyebabkan mereka tidak berani untuk pulang kerumahnya.
Menurut Zhou Xiaopeng, konsultan Baihe.com
-- salah satu situs agen kencan terbesar, tekanan terberat para lajang
adalah di sekitar Imlek. Di China, perempuan berusia 20-an tahun berada di
bawah tekanan, mereka wajib menemukan pasangan hidup sebelum genap
berusia 30 tahun. "Orang China suka makan malam
bersama.
Saat Imlek, semua orang duduk berpasangan, kakak dengan kakak
ipar, ibu dengan ayah, dan sebagainya. Jadi, jika seseorang masih
lajang, bayangkan tekanan dan frustasi yang dirasakannya," kata dia
seperti dimuat BBC. Seperti beberapa kisah dibawah ini.
Ada seorang
wanita tua di China yang memasang iklan sehalamanan penuh di halaman depan koran
populer berbahasa Mandarin di Melbourne, Australia untuk menerbitkan
sepucuk surat. Surat itu memohon putranya yang hilang saat menimba ilmu
di Australia agar menghubungi keluarganya.
Wanita tadi meminta pemuda tersebut, Peng, agar pulang kampung untuk
merayakan Tahun Baru Imlek dan berjanji menghentikan upaya memaksanya
agar kawin. Peng tidak membalas panggilan-panggilan telepon dari kedua
orangtuanya karena mereka terus mendesaknya agar berumahtangga, menurut
laporan media.
Surat kabar The Chinese Melbourne Daily menerbitkan iklan halaman
depan dengan surat enam baris dari ibu kepada putra pada 14 Januari
lalu. Ditulis dengan huruf-huruf tebal, surat itu berbunyi, “Peng, kami
telah mencoba menghubungi kamu berulangkali lewat telepon, namun tidak
ada hasilnya. Jadi mungkin kamu mau mendengar kabar kami di sini. Kami
berharap kamu akan pulang kampung untuk merayakan Tahun Baru Imlek. Ayah
dan Ibu tidak akan pernah lagi menekan kamu agar kawin. Yang menyintai
kamu, Ibu.”
China News Service kemudian melaporkan bahwa sang ibu, yang tinggal
di kota Guangzhou, provinsi Guangdong, menghubungi surat kabar tadi
setelah dia kehilangan kontak dengan putranya.
Kisah tadi dilaporkan beberapa saluran media di China pada keesokan harinya, berikut gambar-gambar iklan tersebut. Kisah itu juga beredar luas di blog-blog mikro, dengan sejumlah
netizen mengisyaratkan iklan tadi berlebihan, sedangkan lainnya
menyatakan simpati pada upaya pencarian ibu tersebut.
Pembahasan selanjutnya bergeser ke observasi bahwa libur tahunan
Festival Musim Semi itu sering disertai berbagai ketegangan saat para
orangtua mendesak keturunan mereka menjalin hubungan cinta.
Kisah yang sama juga terjadi seperti yang dialami oleh Cheng Li, 32, yang tinggal di Sydney,
Australia. Perempuan ini mengaku mengalami problema serupa dengan
keluarganya. Beberapa hari sebelumnya, dia bertengkar dengan ibunya, yang bilang, “Ini betul-betul prioritas bagi kamu untuk kawin sekarang.”
Cheng telah menimba ilmu dan tinggal di Sydney sejak 2009 dan dia terus menjomblo.
“Saya sebetulnya telah mencoba menemukan kisah cinta sejak tiba di
sini,” ucap Cheng. “Tapi menemukan cinta sejati bukanlah hal yang mudah
dan itu sangat sulit bila anda tinggal di luar negeri.”
Cheng tidak pulang ke China untuk menemui keluarganya dalam dua tahun
setengah pertamanya berada di Australia. Dia bertahan di benua Kanguru
itu untuk mendapatkan gelar masternya. Dia baru pulang kampung untuk
pertama kalinya pada 2012 setelah mendapatkan izin tempat tinggal di
Australia.
“Saya dipenuhi bermacam pertanyaan tentang bagaimana hubungan cinta saya. Saya sudah berumur 30 tahun,” ucapnya.
“Jujur saja, saya cukup senang dengan kehidupan single di Sydney dan
pikiran untuk terus menjomblo tak mencemaskan saya. Tapi hal itu
betul-betul sulit bagi saya untuk menghadapi berbagai ekspektasi
keluarga-keluarga saya terkait perkawinan saya dalam beberapa tahun
belakangan.”
Dia menutup pembicaraan dengan orangtuanya dalam beberapa panggilan
telepon ketika mereka terlalu mendesaknya tentang masalah tadi.
Ibu Cheng di China yang menolak disebutkan namanya, menuturkan dia
mencemaskan isu perkawinan utamanya karena dirinya ingin putrinya punya
teman untuk berbagi kehidupan.
“Dia sangat kesepian tinggal di luar negeri selama bertahun-tahun
ini,” ujar sang ibu. “Tapi saya tak berani bilang ini terlalu berat
baginya lewat telepon. Saya kadangkala merasa sedih bila memikirkan hal
itu, lantaran saya tidak bisa berbuat banyak tentang masalah tersebut.”
Dalam Desember lalu, Cheng pulang kampung untuk liburan Natal. Dia
bilang bahwa ketika mengucapkan selamat tinggal kepada kedua orangtuanya
di bandara kota Shanghai, dia memeluk ibu dan ayahnya secara terpisah. “Dan mereka memeluk saya dengan bisikan yang sama, Ajak pacarmu kalau kamu pulang nanti,” ucap Cheng.
Kisah lainnya, Di
ruangan bawah tanah sebuah gedung perkantoran di pusat kota Beijing,
mendung bak menggelayut di atas sekumpulan perempuan muda yang duduk,
menghadapi mangkuk besar berisi mie. Mereka semua tertekan saat ditanya
soal rencana liburan Imlek bersama keluarga.
"Aku sudah cukup tua, hampir 30 tahun, tapi masih single," kata Ding Na, yang berasal dari kawasan timur laut China.
Ia mengaku tertekan saat berkumpul dengan keluarga besar. "Kakak-kakakku, dan semua kerabat selalu bertanya, mengapa aku belum juga menikah. Aku bahkan tak berani mengangkat telepon dari mereka," kata dia. Salam kebajikan
"Aku sudah cukup tua, hampir 30 tahun, tapi masih single," kata Ding Na, yang berasal dari kawasan timur laut China.
Ia mengaku tertekan saat berkumpul dengan keluarga besar. "Kakak-kakakku, dan semua kerabat selalu bertanya, mengapa aku belum juga menikah. Aku bahkan tak berani mengangkat telepon dari mereka," kata dia. Salam kebajikan
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat
kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini; Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar