Kebajikan ( De 德 ) - Menjelang perayaan Imlek adalah hari yang sibuk bagi pembuat kue asal Singapura, Olivia Lim.
Dua hari lalu, dia berharap bisa tidur sejenak. Tapi dia rela
menghabiskan malam-malamnya berada di dapur toko kue miliknya demi memenuhi ribuan pesanan.
Waktu terpanjang dia lalui tanpa tidur adalah tiga hari berturut-turut, seperti dilansir situs asiaone.com, Selasa (28/1).
"Ini adalah Tahun Baru Imlek. Saya tidak pulang ke rumah selama tiga hari. Sebaliknya, saya hanya tidur siang selama 10 menit di sana-sini," kata Lim, seraya tertawa.
Perempuan 37 tahun itu, yang memiliki toko roti sendiri bernama 'My Lovebites' di Jalan Joo Chiat, Singapura, menggunakan rata-rata 75 kilogram sampai 100 kilogram mentega setiap bulannya. Satu adonan buat 12 nampan biasanya membutuhkan 1,5 kilogram mentega.
Namun, semua itu akan dia gandakan ketika musim perayaan Natal dan Tahun Baru Imlek. Selain dari ibunya, yang membantu dia secara penuh waktu, Lim mempekerjakan sekelompok pembantu paruh waktu yang bekerja secara bergiliran.
Tapi banyaknya pesanan berarti bahwa beban kerja masih saja berat.
Orang-orang yang dapat melakukan pekerjaan seperti itu dan tidak keberatan dengan lamanya waktu bekerja hanya sedikit.
"Tampaknya masih kurangnya masa magang dalam budaya di sini," dia menyesalkan. Lim menjelaskan banyak orang hanya melihat sisi glamor dari membuat kue, tetapi bukan pekerjaan kasar yang merupakan tahap persiapan.
Banyak dari mereka yang melamar pekerjaan tertarik resep, tapi tidak tahu bagaimana untuk benar-benar menguasainya dan memahami prinsip-prinsip di balik itu.
"Ini membutuhkan latihan. Bahkan sesuatu yang tampaknya mudah seperti memberikan kream mentega justru memerlukan teknik yang tepat," ucap dia.
Lim bersikeras bahwa standarnya tidak ketat. Tetapi mengakui dia telah melalui sebuah proses panjang dari melakukan percobaan dan kesalahan, sebelum dia menyempurnakan 24 rasa kue-kuenya.
Lim, yang belajar secara otodidak, pertama kali mengenal cara membuat kue adalah ketika dia berada di Melbourne, Australia, di mana dia belajar untuk gelar diploma di bidang jurnalisme 13 tahun yang lalu.
Sebelum dia membuka tokonya sendiri, dia membuka sebuah perusahaan konsultasi pemasaran bersama suaminya. Dia mulai membuat kue dari rumahnya pada 2008, sebelum akhirnya mendirikan tokonya sendiri pada Desember 2011.
Sakit dan nyeri kerap dirasakan tubuhnya lantaran dia bisa berdiri selama 18 jam per hari saat membuat kue. Belum lagi dengan tangannya yang kering. Tapi dia tidak keberatan dengan semua pengorbanan itu.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini; Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Waktu terpanjang dia lalui tanpa tidur adalah tiga hari berturut-turut, seperti dilansir situs asiaone.com, Selasa (28/1).
"Ini adalah Tahun Baru Imlek. Saya tidak pulang ke rumah selama tiga hari. Sebaliknya, saya hanya tidur siang selama 10 menit di sana-sini," kata Lim, seraya tertawa.
Perempuan 37 tahun itu, yang memiliki toko roti sendiri bernama 'My Lovebites' di Jalan Joo Chiat, Singapura, menggunakan rata-rata 75 kilogram sampai 100 kilogram mentega setiap bulannya. Satu adonan buat 12 nampan biasanya membutuhkan 1,5 kilogram mentega.
Namun, semua itu akan dia gandakan ketika musim perayaan Natal dan Tahun Baru Imlek. Selain dari ibunya, yang membantu dia secara penuh waktu, Lim mempekerjakan sekelompok pembantu paruh waktu yang bekerja secara bergiliran.
Tapi banyaknya pesanan berarti bahwa beban kerja masih saja berat.
Orang-orang yang dapat melakukan pekerjaan seperti itu dan tidak keberatan dengan lamanya waktu bekerja hanya sedikit.
"Tampaknya masih kurangnya masa magang dalam budaya di sini," dia menyesalkan. Lim menjelaskan banyak orang hanya melihat sisi glamor dari membuat kue, tetapi bukan pekerjaan kasar yang merupakan tahap persiapan.
Banyak dari mereka yang melamar pekerjaan tertarik resep, tapi tidak tahu bagaimana untuk benar-benar menguasainya dan memahami prinsip-prinsip di balik itu.
"Ini membutuhkan latihan. Bahkan sesuatu yang tampaknya mudah seperti memberikan kream mentega justru memerlukan teknik yang tepat," ucap dia.
Lim bersikeras bahwa standarnya tidak ketat. Tetapi mengakui dia telah melalui sebuah proses panjang dari melakukan percobaan dan kesalahan, sebelum dia menyempurnakan 24 rasa kue-kuenya.
Lim, yang belajar secara otodidak, pertama kali mengenal cara membuat kue adalah ketika dia berada di Melbourne, Australia, di mana dia belajar untuk gelar diploma di bidang jurnalisme 13 tahun yang lalu.
Sebelum dia membuka tokonya sendiri, dia membuka sebuah perusahaan konsultasi pemasaran bersama suaminya. Dia mulai membuat kue dari rumahnya pada 2008, sebelum akhirnya mendirikan tokonya sendiri pada Desember 2011.
Sakit dan nyeri kerap dirasakan tubuhnya lantaran dia bisa berdiri selama 18 jam per hari saat membuat kue. Belum lagi dengan tangannya yang kering. Tapi dia tidak keberatan dengan semua pengorbanan itu.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini; Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar