|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Jumat, 09 Mei 2014

Kesombongan : Kendala Terbesar Mencapai Kesempurnaan

 



KEBAJIKAN (De 德) -  Kesombongan adalah sifat yang paling dijauhi Tuhan. Dalam agama Katolik disebutkan tujuh dosa manusia, yaitu meliputi; sombong, iri hati, amarah, malas, serakah, rakus dan nafsu birahi. Semua dosa manusia berasal dari tujuh dosa ini dan sombong adalah dosa yang pertama.

Disebutkan bahwa Malaikat yang jatuh tingkat dan menjadi manusia, diakibatkan karena hi­langnya kerendahan hati, menjadi puas diri dan sombong, sulit diatur dan tidak taat kepada Tuhan.

Dalam kitab aliran Buddha Avatamsaka Sutra juga berbicara tentang tiga penghalang besar untuk mencapai kesempurnaan, yaitu; sombong, iri hati dan serakah. Sementara arogan dan 'megalomania' (nafsu terhadap kekuasaan dan kebesaran diri) adalah kendala terbesar seorang manusia tidak dapat men­capai kesempurnaan.

Sombong dianggap sumber dari segala kejahatan. Teolog Agustinus menyatakan, "Kesombongan adalah motivasi paling mendasar dari manusia untuk berbuat jahat."

Seorang sas­trawan kristiani Inggris, C.S. Lewis (1898-1963) menyatakan, "Som­bong adalah dosa manusia paling mendasar dan kejahatan terbesar. Kejahatan seperti amarah, keserakahan, alkoholisme masih tidak sebanding dengan sombong. 


Itulah sebabnya mengapa iblis berubah menjadi iblis, penyebabnya adalah sombong. Sombong menyebab­kan dosa-dosa lain, adalah seje­nis kondisi psikologis yang benar-benar berlawanan dengan Allah."

Sombong adalah sifat keiblisan. Setan sebelumnya adalah malaikat bersayap enam yang berada di hadapan tahta Tuhan, yang bertang­gung jawab atas godaan di dunia, dan akhirnya ia malah berubah menjadi iblis.

Sebelum setan jatuh menjadi Iblis, ia adalah malaikat tertinggi, yang disebut sebagai Lu­cifer (bermakna 'Planet Venus' di saat terbit pagi hari) dan putra fa­jar. Ia dikelilingi oleh benda-benda indah di surga dan memiliki kehor­matan tertinggi.

Setan jatuh kare­na kesombongan, karena merasa dirinya indah lantas menjadi tinggi hati. Karena aura kebijakannya ia lantas menjadi sombong. Karena narsisme ekstrim ia malah mem­berontak kepada Yehowa. Dari malaikat, ia terjatuh menjadi iblis.

Terlihat, salah satu pembatas antara Tuhan dengan iblis, surga dengan neraka, adalah kesombongan.

Sombong merupakan penye­bab dari kebodohan dan kegagalan. Orang sombong biasanya sangat egosentris, merasa diri sendiri benar, merasa diri sendiri sangat hebat, hasilnya adalah jiwa yang terbutakan dan pikiran terkacau­kan.

Penampilan yang bodoh dan kasar menjadi bahan tertawaan orang. Meremehkan musuh di medan perang menghalanginya untuk mengenali diri sendiri dan lawan, sehingga mudah kehilangan kecerdasan, kehilangan kemampuan un­tuk membedakan benar dan salah, kehilangan pendorong motivasi un­tuk bergerak maju.

Pasukan yang congkak pasti ka­lah. Itulah alasan mengapa Xiang Yu kehilangan tahtanya (項羽, di­baca syang yü), tahun 232-202 SM. Panglima perang yang berhasil merun­tuhkan Dinasti Qin dalam Perang Julu. Ia mengangkat dirinya menjadi raja di Chu Barat yang mengua­sai wilayah hilir Sungai Kuning dan Sungai Yangtse.

Dalam Perang Chu Han ia dikalahkan oleh sang rival Liu Bang, bertempur sam­pai titik darah penghabisan ketika akhirnya terpojok di tepi Sungai Wu.

Guan Yu (dibaca: kwan yü), tahun 162-220, jenderal legendaris dari kerajaan Shu-Han, kehilangan Provinsi Jingzhou dalam Perang Fancheng, salah satu pertempuran penting di zaman Samkok. Dalam pertempuran itu, Guan Yu ditangkap oleh pihak Dongwu dan dihukum mati karena pantang menyerah.

Sombong adalah produk ke­bodohan. Ketika memandang re­meh orang, bagai gajah di pelupuk mata tak tampak. Mata tidak bisa melihat langit yang luas dan laut yang dalam. Pikiran tidak dapat memahami sepandai-pandainya diri sendiri masih ada orang lain yang lebih pandai, dan setinggi-tingginya langit masih ada yang lebih tinggi.

Kesombongan tidak dapat merasakan bah­wa di alam semesta ini diri sendiri hanyalah setetes air di lautan. Orang yang sombong sangat egois, narsistis, dibutakan oleh sedikit ke­cerdasan diri sendiri dan dibutakan oleh sedikit prestasi.

Sebenarnya orang sombong seperti katak dalam tempurung, sehingga berpuas diri. Membohongi diri sendiri, menipu orang lain yang akhirnya mencelakakan diri sendiri.

Nampaknya, dari surga ke neraka, setiap pelanggaran terkait dengan kesombongan. Selama ada sedikit saja kesombongan, akan melahirkan banyak perilaku negatif seperti: congkak, kasar, tidak tahu berterima kasih, nafsu serakah, kebencian dan prasangka akan timbul. Oleh sebab itu orang tidak boleh menjadi sombong.

Sombong adalah iblis yang dapat menyebabkan jiwa menjadi cacat, adalah iblis yang meruntuhkan jiwa.

Devadatta adalah orang klan Sakya, sepupu Buddha Sakyamuni, yang memiliki sifat arogan. Pada awal menjadi biarawan, ia masih serius berkultivasi, namun karena iri hati pada Buddha maka timbul hati memberontak.

Devadatta meminta Buddha mengajarinya kekuatan supranatural dan setelah ditolak, ia pergi ke tempat lain untuk belajar supranatural. Devadatta semakin sombong dan ingin menggantikan posisi Buddha. 


Setelah ditolak oleh Buddha, ia membuat keributan be­sar, bhiksuni Uppalavannā dipu­kuli hingga mati. Dengan demikian ia telah melakukan kejahatan besar karena membunuh Arhat.

Devadatta kembali berulah dengan me­nyewa seorang pendekar untuk melakukan percobaan pembunuhan terhadap Buddha. Namun Buddha berusaha membuatnya sadar dan menjadikannya sebagai murid.

Belum puas, Ia melepaskan gajah gila di jalanan, merencanakan kawanan gajah menginjak-injak Bud­dha sampai mati. Ia juga nekad meng­gelindingkan batu besar menuruni bukit agar menindih mati Buddha, tapi hanya kaki Buddha yang berda­rah terkena pecahan batu kecil.

Walaupun Devadatta telah menjadi biarawan dan menjadi pengikut Buddha selama 12 tahun, namun karena tidak dapat mengha­pus kesombongan dan kekejaman dalam hatinya, telah menyebabkan kerusakan di Sangha (perkumpulan orang-orang suci yang berlatih kul­tivasi).

Devadatta juga telah banyak mencelakakan Buddha dan melakukan karma buruk lainnya. Akhirnya, selain tidak mendapatkan buah status (hasil kultivasi yang ter­akumulasi selama hidup), Devadatta bahkan terjatuh ke neraka.

Terlihat, sekali bibit api som­bong menyala di dalam hati, melakukan tindakan yang mem­bahayakan Buddha dan menga­caukan komunitas, merusak Sang­ha, malah membuat diri sendiri ter­bakar musnah.

Buddha dalam bahasa San­sekerta, berarti orang yang telah mencapai kesadaran sempurna. Salam kebajikan (Sumber)

Tidak ada komentar:
Write komentar