|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 08 Mei 2014

Repotnya Menderita Penyakit ‘Iri Hati’

 

   
Kebajikan (De 德) -  Malam itu langit ditaburi bintang dan bulan yang bersinar indah. Senang sekali rasanya melihat keindahan malam dari ketinggian. Alam di bawah tampak sunyi, hampir di setiap beranda rumah, tampak orang duduk-duduk, mereka memandang ke langit.

Bulan merasa senang, lalu katanya kepada bintang-bintang, "Lihat, teman-teman. mereka mengagumiku."

"Mengagumimu? Belum tentu. Mungkin mereka mengagumi kami," kata sebuah bintang.

"Tapi dari bawah, aku kelihatan lebih besar dan indah!" sahut Bulan.

"Huh, sombong!" sungut sebuah bintang pada teman-temannya.

"Dia boleh saja sombong. Tapi, dia tak kan dapat mengalahkan Matahari," kata bintang yang lain.

"Apa?" sahut bulan terkejut.

"Ya, kau tak bisa mengalahkan matahari. Karena Matahari lebih banyak penggemarnya. Pagi hari, saat matahari terbit, orang-orang ingin menyaksikannya. Waktu matahari naik, orang-orang berjemur untuk kesehatan. Selain disukai, matahari pun disegani. 


Walaupun ia bersinar terik, orang-orang tidak mengumpat, mereka hanya mencari tempat yang teduh. Matahari mempunyai jasa yang besar, mengeringkan jutaan pakaian yang dicuci orang. Terus terang, kami pun lebih menyukai Matahari karena ia hebat," kata sebuah bintang.

"Tidak sombong lagi!" sahut bintang yang lain.

Bulan diam. Ia sangat kesal. Betulkah matahari sehebat itu? Sepanjang malam ia tak bisa tenang. Ia terus berpikir bagaimana mengalahkan matahari. Akhirnya bulan mendapat akal.

Saat pagi telang datang, matahari segera menghampiri bulan dan berkata, "Selamat pagi bulan. Sudah saatnya aku bekerja. Sekarang kau boleh beristirahat."

"Tidak!" jawab bulan.

"Lho, kenapa?" tanya matahari heran.

"Aku pun ingin bekerja pada siang hari," sahut bulan.

"Bulan, siang hari akulah yang bertugas. Kau harus beristirahat supaya bisa tampil segara nanti malam," kata matahari.

"Tidak! Sebenarnya aku ingin bertarung denganmu," kata bulan.

"Bertarung? Bertarung bagaimana?" Matahari makin bingung.

"Bintang-bintang mengatakan kau lebih hebat dariku. Aku ingin lihat, apa benar kau lebih hebat?" kata bulan dengan ketus.

"Bagaimana caranya?" tanya matahari.

"Aku akan tetap tinggal di sini bersamamu. Lalu kita lihat, siapa yang lebih disukai orang-orang," kata bulan.

"Ha ha ha," matahari tertawa geli.

"Bulan, di pagi hari kau tak kan terlihat. Sinarku lebih kuat dari sinarmu. Jadi apa gunanya?" tanya matahari.

Bulan tidak perduli. Ia ingin tetap tinggal bersama Matahari. Tetapi, kemudian ia kecewa. Sepanjang hari ia di sana, tak seorang pun menyapanya. Mereka hanya menyapa Matahari.

"Hu hu, tak seorang pun menyukaiku. Bintang-bintang benar, matahari lebih hebat dariku," bulan menangis sedih.

"Benar 'kan matahari lebih hebat?," kata bintang-bintang yang mengelilinginya.

"Sekarang beristirahatlah, bulan. Malam segera tiba," kata salah satu bintang.

"Tidak, aku tidak mau! Tak seorang pun menyukaiku. Apa gunanya aku ada di sana?" sahut bulan sedih.

"Bulan, dengarlah! Matahari itu tak sehebat yang kau kira. Tapi, kami senang pada matahari karena ia tidak sombong. Kami pun senang padamu, asalkan kau tidak sombong. Sebenarnya kau dan matahari tak bisa dibandingkan, masing-masing punya kelebihan. Sudahlah, jangan menangis lagi," hibur sebuah bintang pada bulan.

Bulan berhenti menangis. Benar apa yang dikatakan bintang. Ia tak boleh sombong.

"Bulan, coba lihat!" kata sebuah bintang. Di bawah, sekelompok anak melambai-lambaikan tangan. Mereka menginginkan kau menerangi tempat itu.

"Tapi uaaaah...." bulan menguap.

"Bulan mengantuk karena sepanjang siang tidak tidur. Biarlah untuk malam ini ia istirahat," kata bintang-bintang.


Malam itu bulan tidak bekerja. Ia tertidur dengan nyenyak. Biarlah malam itu langit tidak dihiasi bulan. Yang penting, bulan telah menyadari kesalahannya. Ia tak lagi sombong dan tetap hadir setiap malam. Salam kebajikan

Tidak ada komentar:
Write komentar