KEBAJIKAN ( De 德 ) - Karakter seseorang tebentuk dari keluarga dan lingkungan yang terbina sejak kecil. Seorang yang pernah merasakan hidup menderita akan tahu bagaimana cara menghargai. Meraka tahu merasakan kerja keras sejak kecil tahu bagaimana bertanggungjawab pada dirinya sendiri dan orang lain.
Seorang pemuda datang ke kota untuk bekerja, tidak lama kemudian, karena rajin, bos menyerahkan sebuah perusahaan kecil untuk dikelola olehnya. Alhasil, perusahaan yang dipercayakan oleh bosnya itu berhasil dikelola dengan baik olehnya dan terus berkembang.
Seorang pedagang asing mendengar hal itu, pedagang itu pun ingin membahas sebuah proyek dan bekerja sama dengannya. Seusai membahas proyek, ia dan bosnya mengundang pedagang asing yang juga berbola mata hitam berkulit kuning langsat itu untuk makan malam bersama.
Menu makan malam pun sederhana, beberapa piring hidangan habis disantap habis tak tersisa, hanya sisa 2 bakpao kecil yang biasanya disuguhkan sebagai makanan pembuka. Dia berkata kepada pelayan restoran, tolong bungkus kedua bakpao ini, saya mau bawa pulang.
Pedagang asing itu lantas berdiri dan berkata bahwa besok akan menandatangani kontrak dengannya. Keesokan harinya, pemuda itu menjadi tuan rumah menjamu pedagang asing itu.
Dalam jamuan tersebut, dengan lembut pedagang asing bertanya kepadanya, "apa pendidikan terakhirmu ?"
Dia berkata, "Saya dari keluarga miskin, orangtua saya buta huruf, mereka mendidik saya dari sebutir beras, setiap sen uang. Setelah ayah meninggal, dengan susah payah ibu menyekolahkan saya. Ibu saya bilang tidak berharap saya menjadi orang yang hebat, yang penting saya bisa melaksanakan dengan baik dan bertanggungjawab dengan apa yang saya lakukan.
Mendengar cerita itu, mata sang bos yang ada di sampingnya itu tampak berkaca-kaca, lalu mengangkat gelas minuman dan dengan terharu mengatakan, "Minuman ini sebagai rasa hormat saya untuk orang tuamu, kamu mendapatkan pendidikan yang terbaik dalam hidupmu!"
Seseorang yang pernah merasakan hidup dalam penderitaan, akan tahu bagaimana menghargai ; mereka yang hidup dalam kemiskinan, pasti tahu akan pentingnya hidup hemat dan tekun ; mereka yang tahu bagaimana bekerja keras sejak kecil pasti tahu bagaimana bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
Hidup miskin itu tidaklah menakutkan, yang ditakutkan adalah tidak memetik pelajaran apa pun dalam kemiskinan itu, sehingga tidak punya rasa harga diri sebagai manusia seutuhnya.
Seorang gadis dengan wajah biasa-biasa saja, mengecap pendidikannya di sebuah sekolah menengah biasa, hasilnya juga biasa-biasa saja. Setelah dia mengetahui ibunya mengidap penyakit yang tak tersembuhkan, dia pun berusaha meringankan beban ekonomi keluarga di rumah. Dengan memanfaatkan 2 bulan liburan sekolahnya itu ia berusaha mendapatkan sedikit uang.
Dia pergi ke sebuah perusahaan mencoba melamar pekerjaan, setelah melihat-lihat surat lamaran kerjanya, tanpa ekspresi apa pun, manager berkebangsaan Korea itu langsung menolaknya.
Gadis itu mengambil kembali berkasnya, lalu sambil memegang sanggahan kursi gadis itu hendak berdiri, namun, tiba-tiba ia merasa tangannya nyeri tertancap sesuatu, ia melihat telapak tangannya mengalirkan setetes darah segar, ternyata di atas kursi itu ada sebuah paku yang ujungnya mencuat ke luar.
Dia melihat ada sebuah penindih kertas di atas meja, lalu diambilnya kemudian memaku paku yang mencuat keluar itu hingga rata, lalu pergi. Namun, beberapa menit kemudian, manajer Korea itu menyuruh salah satu karyawan untuk mengejarnya kembali, dan gadis itu pun dipekerjakan.
Mereka yang hidup dalam lingkungan yang dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang, balasan terbaiknya juga berupa cinta dan kasih sayang. Ketika cinta meminta seseorang untuk melakukan sesuatu yang sulit dikerjakannya, maka hal ini cukup untuk membuktikan akan kekuatan cinta!
Dalam suatu hal yang sangat sepele dan tidak ada hubungannya dengan individu juga dapat mencerminkan perhatian dan kepedulian terhadap orang lain, dan pendidikan atas dasar cinta kasih yang diterimanya itu tak diragukan lagi pasti berupa kesuksesan.
Ada sebuah lowongan di perusahaan yang sedang membutuhkan karyawan, setelah itu berturut-turut datanglah empat calon karyawan. Salah satu syarat dalam lowongan itu adalah harus memiliki pengalaman kerja di atas 2 tahun.
Tiga dari empat calon karyawan tersebut mengklaim punya pengalaman kerja seperti yang disebutkan. Namun, saat wawancara lebih lanjut, segera diketahui mereka tidak paham sama sekali dengan bidang pekerjaannya.
Hingga pada akhirnya, datanglah calon lain, lalu dengan terus terang ia mengaku tidak punya pengalaman kerja dalam bidang tersebut, tapi sangat tertarik dengan pekerjaan itu, dan yakin setelah praktek kerja dalam beberapa waktu, akan dapat memikul tanggungjawab pekerjaan itu.
Tidak lama kemudian, dan tanpa ragu lagi perekrut menerima lamaran kerjanya. Perekrut itu mengatakan, banyak pelamar yang tidak jujur saat memperkenalkan dirinya, tapi kenapa kamu bisa secara terus terang dan jujur mengatakannya ?
Orang itu lalu bercerita bahwa suatu hari ia mengambil uang, saat ditanya oleh neneknya, dia berbohong. Neneknya kemudian memukul pantatnya, lalu memperingatkannya, "Miskin itu tidak menakutkan, selama kamu jujur, maka kamu akan tertolong!" Selamanya akan selalu saya ingat dengan pesan nenek.
Coba renungkan sejenak, seseorang yang tidak berani mengakui kekurangannya sendiri, hanya bisa mengandalkan kebohongan untuk mendapatkan kepercayaan sementara, apakah orang itu dapat melangkah lebih jauh ?
Seseorang yang jujur, yang dibutuhkan sebenarnya adalah keberanian. Ia harus berani menghadapi kenyataan dan kebenaran itu, katakan dengan jujur hal yang sebenarnya ketika orang lain dalam kebingungan antara berkata jujur atau berbohong.
Kejujuran lebih baik daripada kecerdasan, lagipula ia merupakan dasar dari kecerdasan itu sendiri.
Sobat, Menyekolahkan anak hanya untuk mempelajari beberapa pengetahuan, sementara hal yang paling mendasar sebagai manusia belum tentu dapat dipelajari di kelas, para orangtua diharapkan jangan sampai lupa untuk memberikan sejumlah hal di luar buku pelajaran, dan saat mendidiknya harus menjadikan diri Anda itu sebagai teladannya. Salam kebajikan (Sumber)
Tidak ada komentar:
Write komentar