|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Jumat, 19 September 2014

Beban Hidup

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Suatu hari, seorang pemuda yang gagah namun penampilannya dekil dan bajunya compang-camping mendatangi guru Zen Wu Ji. Katanya, "guru, saya datang dari jauh dan telah menempuh perjalanan yang sangat jauh dan berat. Saya kesepian, menderita dan sangat letih. Sepatu saya sudah sobek dan badan saya penuh luka. Ini semua saya lakukan demi mencari jawaban atas penderitaan saya. Kenapa saya belum menemukan cahaya petunjuk sedikit pun?."

Sang guru Zen melihat pemuda ini membawa sebuah buntelan besar, "Apa isi buntelanmu itu?", tanya si guru.

Jawab si pemuda, "Isinya sangat penting bagi saya. Di dalamnya ada barang-barang yang mengingatkan saya pada setiap tangisan, ratapan, dan air mata saya. Benda-benda ini menjadi penyemangat saya dalam menempuh perjalanan berat mencari jawaban ini."

"Baik, sekarang ikutlah denganku," kata si guru Zen.

Mereka berjalan sebentar dan tiba di tepi sebuah sungai kecil. Di tepi sungai itu ada sebuah perahu sampan kecil. Si guru naik ke atas sampan tersebut, "naiklah," ajak si guru pada pemuda itu.

Si pemuda itu pun naik ke atas sampan, dan mereka menyeberangi sungai tersebut. Ketika sampai di seberang, mereka berdua turun dari sampan ke tepian. Kata si guru Zen, "kita sudah sampai. Sekarang pikullah sampan ini, dan kita akan melanjutkan perjalanan kita."

Pemuda itu kaget dan protes, "tapi sampan ini begitu berat, mana kuat saya memikulnya?".

"Benar sekali katamu itu. Ketika kita menyeberangi sungai, sampan ini sangat berguna dan besar artinya bagi kita. Namun ketika sudah siap meneruskan perjalanan kita berikutnya, sampan ini hanya akan menjadi beban saja. Kita harus meninggalkannya di tepi sungai, kalau tidak sampan ini hanya akan memberatkan langkah kita."

"Begitu juga dengan kehidupan kita. Penderitaan, kesepian, kegagalan, tangisan, air mata, dan bencana, semuanya sangat berguna dalam kehidupan kita. Semua itu membuat kita tabah dan kuat menghadapi tantangan hidup di masa depan. Namun pada saat kita ingin melangkah maju, kalau kita tidak melepaskan hal-hal tersebut, maka hal-hal tersebut hanya akan menjadi beban langkah kita. Letakkanlah beban itu! Kehidupan akan menjadi lebih ringan."


"Sekarang letakkan tas mu di sini, dan mari kita melanjutkan perjalanan."

Si pemuda mengikuti perintah si guru, dan melanjutkan perjalanan. Beberapa jauh kemudian si guru menanyakan perasaan si pemuda ini. Jawab si pemuda, "kini rasanya langkahku begitu ringan dan cepat. Aku baru sadar bahwa kehidupan sebenarnya bisa dijalani dengan begitu sederhana....."

Masa lalu tidak sama dengan masa kini dan masa depan. Masa lalu tidak terlalu penting. Yang penting adalah masa kini dan masa yang akan datang. Orang berhasil pasti pernah jatuh dan gagal dalam hidupnya, tetapi mereka tidak terus-terusan membawa beban itu di pundaknya. Jadikan masa lalu yang baik sebagai teladan, dan masa lalu yang buruk sebagai pelajaran. Namun jangan membawa-bawa masa lalu itu sendiri.

Dalam wajah yang berbeda, orang-orang yang menggunakan pengetahuannya, pengalamannya, tradisinya, agamanya untuk menghakimi dan menyakiti orang, sejujurnya bernasib serupa dengan penggendong perahu tadi, berjalan kelelahan menggendong perahu keyakinan.

Untuk itulah, orang-orang bijaksana selalu menyediakan diri untuk belajar dan
mendengar. Dengan belajar, manusia berhenti menjadi kura-kura yang menganggap rumah kecilnya adalah satu-satunya rumah yang layak huni. Dengan mendengar, manusia menyatu bersama samudera pengertian yang maha luas.

Bila ada sesuatu yang terlihat aneh dan susah untuk dimengerti, kemungkinan terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan tingkat kemampuan pemahaman sekarang. Salam kebajikan

Tidak ada komentar:
Write komentar