|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 16 Oktober 2014

Status Sosial Pengaruhi Perkembangan Potensi Akademik Siswa

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya berhubungan dengan intelektual, tetapi juga dipengaruhi oleh latar belakang sosial.

Menurut sebuah studi jangka panjang di Universitas Oxford, Inggris, bahwa penelitian yang ditujukan terhadap orang dewasa usia 40 – 60 tahun, ditemukan bahwasannya pendidikannya tidak hanya erat kaitannya dengan kecerdasan, tetapi juga dipengaruhi oleh latar belakang sosial.

Hasil studi diitemukan bahwa anak-anak dengan kemampuan yang sama dapat mencapai tingkat yang sangat berbeda dalam suatu hasil ujian.

Untuk penelitian ini, para akademisi melacak pengalaman sebanyak 5.000 orang di Inggris, Skotlandia, dan Irlandia Utara.

Program ini dicanangkan oleh Department of Social Policy and Intervention dari Universitas Oxford, dengan subyek penelitian pada mereka yang lahir tahun 1940-an dan 1970-an.

Peneliti kemudian membandingkan hasil akademis mereka semasa sebagai orang dewasa muda dengan tes kemampuan kognitif yang diambil ketika mereka berusia antara 10 dan 13 tahun.

Potensi terbuang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari keluarga berada atau tingkat pendidikan orangtua mereka yang lebih tinggi, umumnya akan jauh lebih menonjol dalam ujian dibandingkan anak-anak dari keluarga kurang mampu meski tingkat kecerdasan mereka sama.

Para peneliti mengatakan hal itu berarti bahwa pada tahun 1960-an hingga 1980-an, ada banyak siswa miskin tapi pintar tidak sepenuhnya mengembangkan potensi mereka.

Di antara kelompok tertua yang meninggalkan (lulus) sekolah pada awal tahun 1970, hanya sekitar 5% yang mencapai tingkat sarjana.

Namun, yang mengejutkan para peneliti Universitas Oxford, bahwa studi paralel di Swedia, pada dekade yang sama, juga menunjukkan hubungan yang kuat antara latar belakang ekonomi dan prestasi akademik .

Penulis utama studi tersebut, Erzsebet Bukodi mengatakan bahwa mereka sebelumnya memperkirakan situasi di Swedia akan membuka kesempatan yang relatif sama, tetapi hasilnya menunjukkan anak-anak dari keluarga miskin masih berada pada posisi yang kurang menguntungkan.

Kurangnya mobilitas sosial

Dr Bukodi juga menyoroti bagaimana tahun 1950 hingga 1970-an adalah dekade perubahan sosial yang besar, dengan persepsi peningkatan mobilitas sosial, tetapi hasil ini menunjukkan bahwa kesenjangan masih ada antara lapisan masyarakat yang berbeda.

Lebiha lanjut Bukodi mengemukakan, bahwa selama 30 tahun terakhir, hubungan yang kuat antara latar belakang sosial dan pendidikan masih melekat.

Meskipun kurangnya lingkungan kompetitif yang benar-benar adil, anak yang berkualitas tapi miskin masih memiliki kesempatan mengungguli anak-anak yang jahu lebih kaya tapi kurang cerdas, namun, bagi mereka, ini tetap merupakan perjuangan yang berat.

Dr Bukodi mengatakan, "Kami melihat sistem pendidikan di Inggris dan Swedia, dimana jika latar belakangnya dari keluarga miskin, maka meski siswa itu tergolong jenius sekalipun juga akan mengalami kendala dalam proses menggenyam pendidikan."

Tentu saja mereka yang pintar berkemungkinan memilih cara untuk hidup di luar pendidikan, namun pada kenyataannya, ada banyak anak-anak sekolah di Inggris dan Swedia tidak dapat mengembangkan secara maksimal potensi akademik mereka.

Dan penelitian di Inggris, Skotlandia, Irlandia Utara, dan Swedia menunjukkan kesenjangan sosial terus berlanjut. Salam kebajikan (bbc.co.uk)

Tidak ada komentar:
Write komentar