|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Selasa, 24 Februari 2015

Hoki di Tahun Kambing 2566

 


KEBAJIKAN ( De 德 )“Fu, hoki 福” adalah aksara yang paling banyak dibicarakan orang ketika Tahun Baru Imlek, selain disebutkan secara lisan, juga setiap pintu masuk rumah, dinding, bahkan di atas perabot rumah tangga, dengan suasana bergembira ditempeli dengan huruf tunggal “Fu” besar berwarna merah.

Huruf “FU” merujuk pada Fu Yun (hoki, nasib keberuntungan), Fu Qi (keberuntungan), Fu Xing (bintang mujur), Fu Fen (Nasib baik), Fu Zhi (kesejahteraan), Fu Zhi Xin Ling (kebahagiaan tiba di sanubari), Xing Fu (bahagia) dan lain-lain, secara garis besar bermakna semua orang menaruh harapan yang baik dan indah terhadap tahun baru yang menyongsong.

Budaya memohon berkah Fu dalam masyarakat tradisional Tiongkok sudah berjalan sangat lama, yang artinya ialah masyarakat bersujud pada sang Pencipta, khususnya pada saat mengalami malapetaka, berharap mendapatkan perlindungan, menambah nasib keberuntungan, mengurai bahaya menjadi aman dan melewati bencana dengan selamat.

Sejak terciptanya aksara di zaman kuno Tiongkok sudah ada hieroglif dari aksara “FU”, dalam Aksara Orakel Jia Gu (甲骨文) makna yang dimanifestasikan oleh huruf “FU” adalah: “Sepasang tangan membawa makanan dan minuman dipersembahkan ke hadapan Dewata”. Ini merupakan wujud/gambaran ritual sembahyang di zaman prasejarah, bermakna sembahyang dan berdoa serta respek terhadap sang Pencipta. Dengan demikian membawa keselamatan dan kegembiraan tak terbatas serta mendapatkan keberuntungan yang sesungguhnya.

Huruf “FU” dalam aksara Han/mandarin terdiri dari: Di sebelah/paruh kirinya adalah aksara ‘Shi 示’, huruf itu dalam hieroglif adalah altar yang banyak berhubungan dengan sembahyang, Dewata, berdoa dan harapan. Orang dahulu sebelum mendekati altar harus mendapatkan tuntunan Tuhan dan Wahyu Ilahi terlebih dahulu.

Kemudian, arti dari huruf hieroglif tersebut diperluas menjadi ‘pencerahan/inspirasi’, ketika dipergunakan sebagai komponen huruf, ia mewakili Tuhan atau Dewata; huruf di paruh kanan diartikan sebagai: Setiap manusia memiliki sebidang sawah yang dianugerahi oleh Dewa dan jika manusia menemukan kembali sepetak tanah suci dalam sanubari maka keberuntungan segera tiba. Menyatakan bahwa asalkan manusia meyakini Dewata dengan tulus maka akan dianugerahi keberuntungan.

Secara kongkrit “Fu”itu menujuk pada kesimpulan yang dibuat orang zaman dahulu yaitu 5 aspek yang disebut “5 Fu”: kegembiraan, keberuntungan, panjang umur, kebajikan dan kedamaian.

Tahun ke 12 Kangxi (1673), pada saat ulang tahun ke 60 Ibusuri Xiao Zhuang sudah akan tiba, tak terduga dia terjangkit penyakit berat. Dalam situasi tak berdaya, kaisar Kangxi memutuskan untuk mencoba “mengundang Fu” dalam satu tarikan kaligrafi. Sang kaisar lalu menuliskan huruf “Fu”, yang kemudian dikenal sebagai aksara Fu nomor satu di dunia. Sejak itu Ibu suri Xiaozhuang sehat walafiat hingga usia 75 tahun.

Pasca peristiwa itu untuk beberapa kali Kaisar Kangxi mengangkat pena mencoba menulis huruf Fu itu lagi, tetapi mengalami kegagalan dan tulisan-tulisan tersebut sudah tidak bisa mengandung daya tarik romantik seperti yang kali pertama dibuat, maka itu di kalangan rakyat tersebar cerita bahwa Fu yang dituliskan itu adalah “Berkah besar anugerah Ilahi”.

Setiap orang berharap mendapatkan keberuntungan dan berkat serta menyongsong keberuntungan menghindari petaka. Kalau begitu bagaimana baru bisa mendapatkan berkah yang sesungguhnya?

Orang yang bagaimana baru terhitung sebagai orang yang beruntung? Pepatah mengatakan: “Jalan langit/ketuhanan tidak membedakan kerabat sendiri atau orang asing, semua manusia dipandang sama, tetapi perilaku kebaikan itu sesuai dengan jalan langit, maka itu jalan langit selalu menyertai orang baik, membuat orang baik jika melakukan sesuatu bagaikan mendapatkan bantuan Dewa.

Juga berarti manusia harus banyak melakukan kebajikan, hanya dengan melakukan hal-hal yang sesuai dengan jalan langit secara terus-menerus baru bisa mendapatkan bantuan dari sang Pencipta. Karena itu kebahagiaan berkawan dan beriringan dengan ketulusan, kebaikan, tanpa pamrih, ia selalu muncul disamping orang yang bermoral, ia berseteru bagaikan api dengan air terhadap kemunafikan, curang, licik, jahat dan kejam.

Berkah seseorang sebenarnya berhubungan erat sekali dengan tingkatan dan perilaku moral orang tersebut. Hubungan De (dibaca: Te, moral, berkah) dan Fu mencakup isi dari dua sisi. Pertama, apakah kebahagiaan seseorang ditentukan oleh jalan langit atau Tuhan yang berada di luar manusia. Tuhan adalah penegak hukum yang adil, menyiarkan kebaikan menghukum kejahatan. Manusia seharusnya respek dan hormat pada takdir Ilahi, mengerti akan budi, bersyukur, membalas budi, berperilaku moral pada jalur bijak, baru bisa menambah dan memperluas berkah Fu.

Sun Simiao, seorang tabib tersohor pada zaman dinasti Tang yang dalam karya tulinya berjudul “Fu Shou Lun” (teori keberuntungan dan usia) mengatakan, “Fu itu adalah kumpulan atau timbunan perbuatan baik. Sebaliknya Huo (petaka) merupakan akumulasi perbuatan tidak baik” dan “Keberuntungan itu bisa diambil dari kebajikan. Itu sebabnya jika tidak ada De (moral) sama dengan tidak ada Fu (keberuntungan)”. 


Budaya tradisional menyatakan perilaku bajik adalah prasyarat dari Fu (keberuntungan), membina seseorang harus mengasuh akhlak menuju arah kebaikan, seiring dengan meningkatnya moralitas dan pengasuhan diri secara terus-menerus, bisa menambah perolehan kebahagiaan dan bisa menuai berkah serta berimbalan Fu. Salam kebajikan

Tidak ada komentar:
Write komentar