|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Rabu, 08 Juli 2015

Jenis Aditif yang Perlu Anda Pahami

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) Daripada merasa was- was setiap kali menjatuhkan pilihan, lebih baik memahami apa sebenarnya aditif itu. Aditif dapat dikata sebagai bahan dasar dari komposisi makanan dan minuman. Dan bahan aditif ada ribuan jenis, sehingga kita akan sulit untuk menghindari terbebas dari bahan aditif itu sendiri. Pemahaman tentang bahan aditif yang bisa berbahaya dan aman untuk dikonsumsi para ahli juga masih berbeda pendapat.

Berikut ini penjelasan sejenak apa itu aditif makanan atau zat yang ditambahkan ke dalam makanan.

Tidak terkecuali rempah-rempah, zat aditif makanan yang digunakan dewasa ini mencapai lebih dari 3000 jenis mcam, dan di antara jumlah zat aditif yang dilabeli dengan aturan penggunaan yang ditetapkan Food and Drug Administration (BPOM-nya AS) dengan bahan aditif yang distandarkan, terdapat 435 jenis sintesis kimia, 211 jenis bahan tambahan alami, 7 jenis formula campuran, total 627 jenis (standar Juni 2012).

Secara garis besar zat aditif makanan dapat dibagi menjadi tiga jenis :
Pertama adalah sintesis kimia, dari namanya dapat kita ketahui kalau itu adalah zat yang diolah secara kimiawi. Meskipun terdapat regulasi standar yang ketat, tetapi karena makna “kimia” secara harfiah ini, sehingga sedikit banyak akan memberi kesan tidak aman pada konsumen. Namun, setelah dikaji lebih mendalam, sebenarnya cukup banyak juga hasil alami di antara sintesis kimia tersebut, begitu juga dengan asam sorbat (hexadienic acid) dan asam benzoate yang dikarenakan berbahaya dan kontroversial. Asam sorbat dapat ditemukan dalam buah-buahan seperti buah blueberry, sedangkan asam benzoat akan berproduksi secara alami dalam proses fermentasi keju.

Kedua adalah aditif alami, karena bahan alami yang diekstrak keluar, hanya memisahkan dan mengekstrak bahan aktif dan zat yang dibuat. Ada yang mengira, bahwa aditif alami itu berasal dari alam, karena itu lebih aman daripada bahan kimia sintetis. Namun, dikarenakan pengetahuan yang “semestinya lebih aman daripada senyawa kimia”, justru membuat zat aditif alami dikecualikan dari percobaan toksisitas, sehingga memicu celah dari sisi keamanan.

Contoh paling representatif adalah fructus gardeniae atau gardenia (tanaman untuk aroma manis), di zaman kuno telah digunakan sebagai aditif pewarna kuning makanan, tetapi dalam daftar evaluasi aditif makanan di Jepang, diklasifikasikan sebagai aditif berbahaya level III. Karena pigmen dari gardenia yang diekstrak secara kimiawi, maka justru ini merupakan sebuah contoh terbaik jangan dikarenakan zat aditif alami lantas benar-benar merasa aman.

Ketiga adalah formula campuran, dari namanya dapat diketahui, kalau ini adalah zat aditif campuran. Baking powder yang digunakan ketika membuat roti adalah formula campuran yang representatif, terbuat dari campuran garam netral dan sodium bikarbonat. Sedangkan bahan pengawet yang sering digunakan pada minuman yakni “ekstrak biji anggur”juga merupakan formula campuran yang terbuat dari gliserin campuran.

Sejarah aditif pada makanan dapat dikatakan sebagai sejarah umat manusia, sejarah yang sangat panjang. Sebenarnya, garam dan gula juga merupakan zat tambahan pada makanan. Aditif makanan bukan racun, manfaatnya juga merupakan fakta yang sebenarnya, jika tidak ada zat tambahan makanan, maka mustahil ada industri makanan.

Jika tidak ada bahan pengawet untuk mempertahankan kesegaran dan gizi makanan, maka tidak akan dapat mencegah perkembangbiakan bakteri dan jamur. Alasan mengapa tidak keracunan makanan pada produk olahan makanan, sebagian karena berkat adanya bahan pengawet.

Antioksidan juga merupakan aditif makanan yang tak kalah pentingnya, ia dapat mencegah perubahan pigmen dan hilangnya nutrisi karena oksidasi dan (rancidity) minyak (kerusakan minyak/lemak yang memicu bau tengik), mencegah produk makanan olahan menjadi hitam atau bau tak sedap.

Pemanis juga merupakan aditif yang digunakan untuk memaniskan makanan, dengan tingkat kemanisan ratusan kali dari sukrosa, tapi hampir tidak ada kalori ; selain itu, karena pemanis tidak akan dicerna oleh tubuh, tetapi langsung dikeluarkan dari tubuh, sehingga tidak akan berdampak pada konsentrasi glukosa dalam darah. Dan atas dasar ini juga, ada kalanya dianjurkan pada penderita diabetes menggunakan pemanis buatan.

Jika tidak ada aditif makanan, maka manusia tidak mungkin memiliki budaya makanannya saat ini. Meskipun pengujian dan penelitian terkait keamanannya sangat gencar dilakukan, tapi masih terus meningkatkan kontroversi tentang keamanan zat aditif, berbagai alasan keberatan juga terus diusulkan.

Pemerintah dan perusahaan makanan yang berpandangan aman terkait aditif, serta tim ahli lainnya yang berpandangan sebaliknya (bahaya aditif), membuat konsumen bingung dan tidak tahu harus percaya pada siapa.

Zat aditif makanan yang diakui, sebenarnya aman atau tidak ? Namun, suka atau tidak, sedikit banyak kita setiap hari pasti akan menyerap zat aditif dalam makanan yang kita konsumsi. Namun, ,meskipun zat aditif yang telah diizinkan melalui sertifikasi, tetapi bagaimanapun juga itu adalah zat kimia sintetis, sehingga tak terelakkan akan membuat kita ragu dan bertanya-tanya. Benarkah zat aditif makanan yang diakui itu benar-benar aman yang cukup membuat kita untuk mengonsumsinya dengan nyaman.

Sebenarnya zat aditif makanan itu aman atau sebaliknya berbahaya ? Konsumen sangat penasaran, bahkan para ahli juga berbeda pendapat, jadi siapa yang harus dipercaya, benar-benar membuat kita mengernyitkan dahi dan bingung.

Jika dicermati dari kesimpulan, masing-masing pihak memang benar. Di bawah persetujuan secara teknologi dan ilmu pengetahuan, sudah dipastikan semaksimal mungkin operasional pengelolaan tentang keamanan zat aditif ; Zat aditif pada makanan akan melalui berbagai percobaan, untuk memastikan apakah ia (aditif) akan menyebabkan keracunan akut atau toksisitas kronis, kemudian melalui percobaan pada hewan, memberikan pengakuan atas zat aditif makanan yang keamanannya telah dikonfirmasi. Salam kebajikan (Sumber)

Tidak ada komentar:
Write komentar