KEBAJIKAN ( De 德 ) - Na Cha (哪吒 / Ne Zha) merupakan salah satu Dewa Pelindung dalam budaya Tionghoa. Na Cha / Lo Cia seringkali tampak sebagai pengawal Pao Sen Ta Ti (Dewa Obat) atau Poo Thay Te.
Kelenteng pemujaan Dewa Chong Tan Yuan Shwei (Tiong Tan Goan Sui) biasanya disebut Dai Ce Miao atau Kelenteng pemujaan sang Pangeran, hal ini tidak aneh sebab Dewa Na Cha sering disebut San De Dai Ce (Sam Thay Cu) atau Sang Pangeran ke Tiga, sebab beliau adalah putera ke 3 dari Li Jing atau Dewa Li Dien Hwang (Li Thian Ong) seorang jendral jaman dinasti Shang, yang selanjutnya bergelar "Raja Langit Pembawa Pagoda."
Kelenteng pemujaan Dewa Chong Tan Yuan Shwei (Tiong Tan Goan Sui) biasanya disebut Dai Ce Miao atau Kelenteng pemujaan sang Pangeran, hal ini tidak aneh sebab Dewa Na Cha sering disebut San De Dai Ce (Sam Thay Cu) atau Sang Pangeran ke Tiga, sebab beliau adalah putera ke 3 dari Li Jing atau Dewa Li Dien Hwang (Li Thian Ong) seorang jendral jaman dinasti Shang, yang selanjutnya bergelar "Raja Langit Pembawa Pagoda."
Na Cha sering digambarkan sebagai seorang remaja, bukan orang dewasa. Ia sering ditampilkan terbang di langit naik Roda Api Angin (风火轮, memiliki senjata Cincin (乾坤 圈 sekitar tubuhnya (kadang-kadang di tangan kiri), dan Tombak Api (火 尖 枪 di tangan kanannya. Kadang-kadang, ia ditampilkan dalam wujud 3 kepala dan 6 tangan (三头六臂).
Fengshen Yanyi mengisahkan Na Cha lahir pada masa Dinasti Shang pada sebuah benteng militer di Jalur Chentang. Suatu hari, Jenderal Li Jing, Komandan Garnesun Kota Chen Tang Kwan sedang gelisah karena istrinya telah mengandung selama 36 bulan, tetapi belum juga melahirkan putranya yang ke 3.
Sebelumnya, Nyonya Yin telah memiliki dua putra bernama Jinzha (金咤) atau Kim Cha, murid Wenshu Guangfa Tianzun, dan Muzha (木咤) atau Bok Cha. Ketika itu kedua puteranya sedang berguru kepada Petapa Sakti digunung.
Malam itu Nyonya Li bermimpi kedatangan Dai Sang law Cin ( Thay Shang Lao Cun / Tai Sang Lo Kun) yang menyamar sebagai pendeta Tao yang membawa “Bola Merah” yang dilemparkan ke perutnya sambil bersabda :”Inilah Puteramu, Terimalah”.
Bola Merah itu lalu masuk ke pusarnya. Nyonya Li lalu tersadar dan merasakan perutnya sakit sekali. Para Nelayan panik dan segera memberi tahu Jendral Li Jing. Ternyata dari kandungan Sang Nyonya yang lahir bukanlah Bayi, tetapi hanya “Sebuah Bola Daging” yang bergulir kian kemari.
Jendral Li Jing (李靖) terperanjat, dia mengira siluman yang akan lahir dari kandungan istrinya. Dia mengambil pedang saktinya, lalu langsung membelah “Bola Daging” tersebut.. Suatu keanehan terjadi, Na Cha melompat keluar dari belahan daging dalam wujud seorang bocah yang berpakaian Oto Merah dan tangan kanannya memakai gelang emas, langsung dapat berbicara dan berjalan memanggil ayahnya.
Jendral Li Jing sangat sayang sekali dengan puteranya ke 3 ini, sehingga diberi nama Li Na Cha / Lo Chia.
Sebelumnya, Nyonya Yin telah memiliki dua putra bernama Jinzha (金咤) atau Kim Cha, murid Wenshu Guangfa Tianzun, dan Muzha (木咤) atau Bok Cha. Ketika itu kedua puteranya sedang berguru kepada Petapa Sakti digunung.
Malam itu Nyonya Li bermimpi kedatangan Dai Sang law Cin ( Thay Shang Lao Cun / Tai Sang Lo Kun) yang menyamar sebagai pendeta Tao yang membawa “Bola Merah” yang dilemparkan ke perutnya sambil bersabda :”Inilah Puteramu, Terimalah”.
Bola Merah itu lalu masuk ke pusarnya. Nyonya Li lalu tersadar dan merasakan perutnya sakit sekali. Para Nelayan panik dan segera memberi tahu Jendral Li Jing. Ternyata dari kandungan Sang Nyonya yang lahir bukanlah Bayi, tetapi hanya “Sebuah Bola Daging” yang bergulir kian kemari.
Jendral Li Jing (李靖) terperanjat, dia mengira siluman yang akan lahir dari kandungan istrinya. Dia mengambil pedang saktinya, lalu langsung membelah “Bola Daging” tersebut.. Suatu keanehan terjadi, Na Cha melompat keluar dari belahan daging dalam wujud seorang bocah yang berpakaian Oto Merah dan tangan kanannya memakai gelang emas, langsung dapat berbicara dan berjalan memanggil ayahnya.
Jendral Li Jing sangat sayang sekali dengan puteranya ke 3 ini, sehingga diberi nama Li Na Cha / Lo Chia.
Pada usia 7 Tahun Na Cha mengajak pelayannya untuk mandi di sungai Jiu Wan Ho, karena hari sangat panas. Disungai itu Na Cha berendam sepuasnya. Pakaian Na Cha yang bernama Oto adalah selembar kain merah yang berfungsi sebagai penutup dada dan perut yang dibawanya sejak lahir itu kemudian dilepas lalu dicuci.
Namun Na Cha tidak menyadari bahwa hal ini akan mengundang bencana karena Oto itu adalah ”Pusaka Dewa yang Sakti." Begitu dimasukkan ke dalam air sungai seketika itu juga akan berubah menjadi merah dan mendidih.
Dia tidak tahu bahwa sungai Jiu Wan Ho itu adalah “Pintu Masuk” ke laut timur tempat Tong Hai Long Hwang atau Istana Raja Naga Laut Timur yang menempatinya. Melihat lautan goncang dan mendidih banyak satwa lautan yang mati hal ini membuat Hai Long Hwang murka, lalu memerintahkan punggawa laut untuk memeriksa keadaan di atas laut.
Punggawa ini melihat seorang bocah kecil yang berendam dengan Oto yang menimbulkan bencana, tanpa banyak bicara langsung menyerangnya. Na Cha yang melihat seekor makhluk yang menakutkan menyerang dirinya, tanpa berpikir panjang lagi segera melemparkan Gelang Saktinya, yang menimpa punggawa laut sehingga seketika itu mati.
Gelang Sakti Na Cha adalah gelang yang dapat terbang dan kembali kepadanya. Gelang tersebut dibawahnya sejak beliau dalam kandungan yang merupakan pemberian dari Maha Dewa Dai Sang Law Cin.
Sang Hai Long Hwang semakin murka, sehingga beliau memerintahkan Puteranya yang bernama Ao Ping untuk menangkap dan menghukum Na Cha. Namun, Ao Phing Pangeran Naga inipun tewas oleh Na Cha dan otot – ototnya “Dicabuti”.
Lalu seperti tidak ada kejadian apa apa, Na Cha pulang menemui Ayahandanya dan menceritakan kejadian tersebut kepada ayahnya. Sang Ayah marah sekali karena peristiwa ini pasti akan berbuntut panjang. Dan… benar juga tidak lama kemudian, Hai Long Hwang datang menemui Jendral Li Jing untuk meminta pertanggung jawaban atas kelakuan anaknya.
Namun Na Cha tidak menyadari bahwa hal ini akan mengundang bencana karena Oto itu adalah ”Pusaka Dewa yang Sakti." Begitu dimasukkan ke dalam air sungai seketika itu juga akan berubah menjadi merah dan mendidih.
Dia tidak tahu bahwa sungai Jiu Wan Ho itu adalah “Pintu Masuk” ke laut timur tempat Tong Hai Long Hwang atau Istana Raja Naga Laut Timur yang menempatinya. Melihat lautan goncang dan mendidih banyak satwa lautan yang mati hal ini membuat Hai Long Hwang murka, lalu memerintahkan punggawa laut untuk memeriksa keadaan di atas laut.
Punggawa ini melihat seorang bocah kecil yang berendam dengan Oto yang menimbulkan bencana, tanpa banyak bicara langsung menyerangnya. Na Cha yang melihat seekor makhluk yang menakutkan menyerang dirinya, tanpa berpikir panjang lagi segera melemparkan Gelang Saktinya, yang menimpa punggawa laut sehingga seketika itu mati.
Gelang Sakti Na Cha adalah gelang yang dapat terbang dan kembali kepadanya. Gelang tersebut dibawahnya sejak beliau dalam kandungan yang merupakan pemberian dari Maha Dewa Dai Sang Law Cin.
Sang Hai Long Hwang semakin murka, sehingga beliau memerintahkan Puteranya yang bernama Ao Ping untuk menangkap dan menghukum Na Cha. Namun, Ao Phing Pangeran Naga inipun tewas oleh Na Cha dan otot – ototnya “Dicabuti”.
Lalu seperti tidak ada kejadian apa apa, Na Cha pulang menemui Ayahandanya dan menceritakan kejadian tersebut kepada ayahnya. Sang Ayah marah sekali karena peristiwa ini pasti akan berbuntut panjang. Dan… benar juga tidak lama kemudian, Hai Long Hwang datang menemui Jendral Li Jing untuk meminta pertanggung jawaban atas kelakuan anaknya.
Akhirnya Na Cha rela menerima hukuman, asalkan orang tuanya jangan diganggu lagi. Dihadapan Sang Raja Naga, Na Cha bunuh diri sebagai tebusan atas perbuatannya membunuh Putera Raja Naga itu. Lalu Arwah Na Cha pergi melayang menemui gurunya yaitu : “Dai Ik Chen Ren (Thay It Chin Jin)."
Suatu malam Na Cha muncul dalam mimpi ibunya dan memohon untuk membangun sebuah kuil untuk memperingati dirinya serta agar jiwanya memiliki tempat untuk beristirahat sementara dikuil tersebut.
Suatu malam Na Cha muncul dalam mimpi ibunya dan memohon untuk membangun sebuah kuil untuk memperingati dirinya serta agar jiwanya memiliki tempat untuk beristirahat sementara dikuil tersebut.
Apa yang terjadi sungguh diluar dugaan. Kelenteng peringatan Na Cha ramai didatangi orang orang, yang datang dengan berbagai permohonan yang selalu terkabul bila sembahyang di kelenteng tersebut.
Jendral Li Jing ketika mendengar tentang Kelenteng Na Cha tersebut menjadi gusar, dianggapnya Na Cha membuat huru hara lagi, sehingga beliau memerintahkan agar kelenteng itu dibongkar dan melarang orang orang sembahyang disana lagi.
Melihat hal ini arwah Na Cha menjadi gusar bukan main dan mendendam kepada ayahnya. Menurut anggapan Na Cha, raga yang sudah diberikan oleh ayahnya itu sudah dikembalikan dengan cara bunuh diri, maka sekarang antara Arwah Na Cha dengan ayahnya sudah tidak ada hubungan darah keturunan lagi, jadi apabila ada kesempatan untuk membalas dendam, maka Na Cha tidak dianggap sebagai “Anak yang tidak berbakti lagi (Put Hauw)”.
Tibalah saatnya untuk Na Cha menjelma lagi, gurunya Dai Ik Chen Ren dengan kesaktiannya merancang badan raga Na Cha dari daun daun, bunga bunga teratai, yang disusun seperti tubuh manusia lalu dengan “Kesaktiannya yang Tertinggi” Dewa Dai Ik Chen Ren berhasil menciptakan tubuh baru bagi Na Cha, dan…Na Cha pun hidup kembali sebagai Dewa Na Cha, dengan demikian sempurnalah sudah proses Na Cha menjadi Dewa yang harus mengalami “Kehidupan Baru”.
Sang guru lalu melatihnya ilmu silat, ilmu tombak dan menganugerahkan “Roda Sakti yang dapat terbang”, serta ilmu ilmu sakti kepada Dewa Na Cha. Lalu dengan menggenggam tombak, dan gelang sakti, dan naik roda sakti Dewa Na Cha lalu terbang mencari bekas ayahnya Li Jing untuk membalas sakit hatinya. Jendral Li Jing setelah bertempur dengan Na Cha kalah sakti sehingga melarikan diri.
Lalu Dewa Wen Chu Kwang Fak Dien Cin (Bun Cu Kong Hwat Dian Dian Cun) menolong Li Jing dengan memberikan pusaka PAGODA SAKTI untuk mengurung Dewa Na Cha. Setelah Dewa Na Cha tidak berdaya, atas permintaan Dewa Dai Ik Chen Ren, Dewa Na Cha pun dibebaskan dengan syarat tidak memusuhi ayahnya lagi.
Dan untuk menjaga agar kelak dikemudian hari Na Cha tidak memusuhi ayahnya lagi, maka pusaka Pagoda Wasiat itu dianugerahkan kepada Li Jing untuk menaklukkan Dewa Na Cha. Selanjutnya Li Jing tidak pernah lepas dari Pagoda Saktinya, sampai pada suatu saat beliau diangkat menjadi Dewa Tuo Ta Dien Hwang atau Dewa Penjaga Antara Surga dan Dunia Semesta.
Dalam novel Fong Sen diceritakan selanjutnya Dewa Na Cha dan Dewa Tuo Ta Dien Hwang (Ayahnya) membantu panglima Chiang Ce Ya mendirikan Dinasty Chou. Setelah selesai peperangan Dewa Na Cha diangkat menjadi Dewa Chong Tan Yuan Shwei atau Panglima Penjaga Surga.
Hari kebesaran Dewa Na Cha : Tanggal 9 bulan 9 Lunar Tionghoa.
Tidak ada komentar:
Write komentar