KEBAJIKAN ( De 德 ) - Harta termahal yang masih dimiliki negeri ini adalah keharmonisan dalam keberagaman. Pancasila sebagai dasar negara, sokoguru dan falsafah hidup bangsa. Bhinneka Tunggal Ika sebagai tiang perekat dari semua perbedaan, baik itu suku, agama dan ras.
Janganlah mudah kita diadu domba jika masih menginginkan Bendera Merah Putih berkibar membelah angkasa. Menyaksikan lambaiannya yang mengajak kita, sesama anak negeri, bersama-sama menjaga keutuhan negeri yang telah dibangun oleh pendahulu kita melalui darah dan air mata.
Jika masih menginginkan bangsa ini diakui sebagai bangsa yang besar dan beradab diantara-bangsa-bangsa di dunia, hindari semua permusuhan dan pertikaian yang ada. Tidak ada yang mampu bekerja sendiri dalam membangun negeri tercinta ini. Semua harus bahu membahu, menyingsingkan lengan baju dan bekerja keras demi kejayaan bangsa.
Gerbang lokomotif sudah bergerak di lintasan yang benar yang akan membawa para penumpang sampai ke tujuan. Namun ternyata, banyak juga "musuh dalam selimut" yang menyaru dan berlagak layaknya penumpang kereta dengan menggenggam tiket palsu, sedang mengincar stir kemudi yang sedang dikuasai oleh masinis.
Berusaha mengadu domba para penumpang agar berkelahi, menimbulkan kebencian satu sama lain, menebarkan fitnah dan memercikkan api permusuhan, agar tercipta suasana chaos atau kekacauan. Lantas mereka akan dengan mudah dapat mengambil alih semua peranan petugas kereta.
Karena merasa beban terlalu berat dan dapat memperlambat laju kereta, mereka akan melepaskan rantai penghubung gerbong yang satu dengan lainnya. Meninggalkan satu persatu gerbong kereta beserta penumpang yang berada di dalamnya di suatu tempat. Tempat yang asing dan tidak jelas, tanpa kehidupan. Membiarkan penumpang dalam kondisi kelaparan, kehausan dan akhirnya berseteru merebut sisa makanan yang masih ada. Tidak tertutup kemungkinan bakal munculnya kanibalisme.
Saat berhasil mengambil alih posisi masinis, mereka akan melajukan kereta ke tempat yang mereka sebut sebagai surganya dunia, dimana semua penumpang akan dipaksa mengikuti semua perintah mereka. Tidak ada lagi kebebasan berpendapat dan tidak ada lagi yang namanya demokrasi. Semua akan dibungkam dengan dalih keyakinan.
Sementara itu masinis kereta bersantai ria bersama para petugas kereta (pengikutnya), di dalam gerbong mewah yang berlimpah makanan dan minuman, berkaraoke ria bersama beberapa "penumpang" yang dipilihnya dan menikmati tidur yang nikmat di atas ranjang berselimutkan emas permata.
Di lain pihak, para penumpang lainnya didoktrin dan dicekokin dalil, bahwa mereka harus berjuang, bekerja keras bahkan tidak menjadi masalah jika harus mengorbankan nyawanya. Semua orang juga dipaksa harus bersabar atas segala penderitaan yang dialami.
Mereka adalah Tuhan yang berkuasa. Aturan dan peraturan adalah mutlak milik mereka sendiri. Tidak ada yang boleh membantah. Yang melawan akan "dihabisi" dengan alasan pembangkangan.
Kehidupan seperti inilah yang kita maui...? Pola pikir seperti inikah yang ingin kita ikuti...?
Hidup dalam keterkungkungan dan belenggu yang merantai kebebasan kita sebagai manusia yang tercipta sebagai makhluk yang paling mulia di antara ciptaan Tuhan lainnya. Yang tidak mentoleransi adanya perbedaan. Semua harus sama. Semua harus patuh. Yang berbeda harus disingkirkan.
Padahal sesungguhnya...
Semakin dekat manusia dengan Tuhannya, maka manusia itu harus semakin memanusiakan manusia lainnya. Bukannya membinasakan nalar berpikir mereka yang berbeda atau bahkan sekaligus memusnahkan jiwa mereka yang tidak sealiran.
Jika kita tidak dapat menyayangi manusia lain karena perbedaan, paling tidak cintailah mereka karena kita semua adalah sama-sama ciptaan Tuhan yang paling mulia.
Jika rujukan hidup manusia adalah adalah ketuhanan, maka sejatinya tidak ada lagi yang perlu dipermasalahkan mengenai perbedaan yang ada. Salam kebajikan #firmanbossini
Tidak ada komentar:
Write komentar