KEBAJIKAN ( De 德 ) - Saat menikmati santapan malam, isteri Emon yang bernama Dora hendak mengutarakan maksud hatinya yang sudah lama dipendam.
Dora : "Abang kok ganteng kali yah… Saya bangga punya suami seperti abang..."
Emon : "Wah...wah... Kayaknya lagi ada maunya tuh... Tidak biasanya kamu memuji diriku seperti ini. Padahal saat bertengkar, kamu pernah ngomong, terpaksa menikah dengan saya...."
Dora : "Itukan lagi emosi bang... sekarang kalau lagi normal, tampang abang jauh di atas seleb, jauh lebih macho..."
Emon : "Makasih atas pujiannya. Nah... Kamu lagi pengen apa...?"
Dora : "Begini bang... Bolehkah saya minta dibelikan mesin cuci..."
Emon sedikit mengernyitkan dahinya. Tidak biasanya Dora meminta sesuatu barang untuk keperluan rumah, apalagi sebuah mesin cuci.
Emon : "Pengen juga sich membelikan mesin cuci untuk kamu. Tapi kamu kan tahu, pendapatan saya masih pas-pasan, masih banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi."
Seketika wajah Dora berubah menjadi sedih. Dora menyadari keuangan keluarga masih belum berlebih. Namun karena pengaruh cerita tetangga yang berlebihan tentang kecantikan seorang isteri yang tidak dijaga menyebabkan suaminya selingkuh dan menikah lagi.
Emon : "Jangan bersedih dong. Ntar cantiknya hilang. Sebenarnya mengapa kamu ngotot untuk membeli mesin cuci? Apakah selama ini pekerjaan rumah sudah sangat memberatkan dirimu...?"
Dora : "Bukan bang... Bukan karena capek..."
Emon : "Kalau bukan karena capek, terus masalah apa? Gengsi sama tetangga..?"
Dora : "Bukan karena gengsi juga... Namun saya takut menjadi jelek..."
Emon tidak sepenuhnya mengerti apa yang dimaksud oleh Dora : "Apa hubungan antara mesin cuci dengan kecantikan wanita..?"
Dora : "Abang lihat saja tangan saya...."
Emon : "Hah..? Ada apa dengan tangan kamu? Apakah sakit atau terluka?"
Dora : "Coba abang lihat baik-baik..."
Emon : "Jumlahnya masih dua. Jarinya masih utuh berjumlah sepuluh. Kukunya masih lentik. Mana ada yang berubah..?"
Dora : "Ihhh, abang bercanda aja. Noh lihat, tangan saya tidak mulus lagi. Sudah berubah menjadi kasar dan kapalan. Ini semua karena mencuci dengan tangan. Detergen yang tajam sudah mengubah kemulusan tanganku menjadi kasar seperti tangan buruh bangunan. Abang pegang aja kalau tidak percaya. Saya malu bang, kulit tangan teman-teman tetangga sebelah yang mulus dan halus..."
Emon : "Oh... Itu toh masalahnya... Tapi buat abang, tidak menjadi persoalan. Kamu tetap cantik dan menarik..."
Emon merengut : "Tapi kulit tangan saya tidak halus dan mulus lagi..."
Emon : "Okelah kalau begitu. Mau tidak abang belikan sesuatu yang lebih baik dari mesin cuci...?"
Seketika raut wajah Dora menjadi berseri-seri. Dia membayangkan akan mendapatkan sesuatu yang membuatnya tidak perlu lagi mencuci.
Dora : "Mau bang... Apakah seorang pembantu..?"
Emon : "Lebih baik dari seorang pembantu ..."
Dora : "Saya jadi penasaran nih. Apa itu bang...?"
Emon : "Diriku... Mulai besok kamu tidak usah mencuci baju maupun piring lagi. Tidak perlu menyapu, mengepel dan membersihkan perabotan. Semuanya akan saya lakukan sendiri..."
Dora : "Berarti abang tidak bekerja lagi...?"
Emon : "Ya nggak lah. Saya masih tetap bekerja. Jika saya tidak bekerja, siapa nanti yang mencari nafkah...?"
Dora terdiam, pikirannya melayang membayangkan kemudahan yang akan diperolehnya kelak. Dia tidak perlu bercapek-capek lagi mengurus rumah dan akan memiliki waktu luang untuk mengurus diri menjadi cantik.
Tiba-tiba Dora terpikir akan sesuatu : "Darimana abang punya waktu untuk melakukan semua pekerjaan rumah ini? Seharian abang pergi bekerja..."
Emon : "Tentu saja bisa... Biasanya saya bangun jam 6 pagi, kali ini saya harus bangun lebih awal lagi untuk menyapu, mengepel dan membersihkan perabot rumah. Sepulang dari kerja, biasanya saya pergi mengobrol dengan teman-teman di warung atau bersantai di rumah sambil menonton televisi, namun kali ini, saya harus meninggalkan kebiasaan itu. Saya akan mencuci baju, mengeringkan dan menyeterika semua pakaian kita...."
Sebenarnya Dora merasa tidak tega, namun keinginan hatinya untuk mempercantik diri telah mengalahkan ketidaktegaannya melihat pengorbanan Emon
Setelah sebulan berlalu, ibunda Dora datang berkunjung ke rumah. Beliau merasa heran, mengapa Dora selalu berpakaian rapi dan tidak melakukan pekerjaan rumah seperti biasanya.
Setelah Dora menceritakan semuanya kepada sang bunda, akhirnya ibu Dora berkata : "Kamu telah melakukan kesalahan besar, anakku. Emon adalah suami yang luar biasa. Dia mau mengorbankan waktunya untuk melakukan pekerjaan rumah. Kamu tidak sepantasnya memperlakukan suamimu seperti itu..."
Dora diam tertunduk dalam kebisuan. Dia merasa diinterogasi seperti seorang tersangka yang melakukan tindakan kriminal.
Dora menjawab lirih : "Sejujurnya saya ingin terlihat cantik di mata suamiku. Saya takut dia selingkuh jika saya tidak menarik lagi. Tetangga sebelah harus kehilangan suami karena suaminya tergiur mendapatkan gadis muda yang lebih cantik dari dirinya..."
Ibunda Dora : "Pernahkah kamu bayangkan jika suatu saat suamimu mengalami sakit karena bekerja melebihi batas kemampuannya hanya karena dia terlalu sayang kepadamu? Relakah kamu jika Emon menderita dalam sakit berkepanjangan? Siapa nantinya yang akan mencari nafkah buat keluargamu?"
Dora semakin merasa bersalah. Dia tidak menyangka semua ulahnya dapat mengakibatkan sesuatu keburukan di kemudian hari.
Dora berkata lirih : "Saya cuma ingin terlihat cantik di mata suamiku. Saya takut Emon berpaling dari sisiku..."
Ibunda Dora : "Niat kamu tidak salah, namun cara kamu tidak benar. Jika suamimu sakit dan tidak mampu melakukan aktivitas apapun, bersediakah kamu menjadi tulang punggung keluarga? Rumah kamu akan menjadi berantakan seperti kapal pecah. Lagipula bagi seorang sakit, apapun yang enak akan terasa pahit. Sesuatu yang indah akan terlihat jelek. Kecantikan yang kamu perjuangkan selama ini akan menjadi sia-sia belaka..."
Dora memeluk ibunda tercintanya sambil berkata : "Maafkan saya ibu..."
Ibunda Dora : "Minta maaflah kepada suamimu. Yang perlu kamu camkan, kecantikan wanita itu bukan semata-mata terletak dari paras wajah dan kemolekan tubuh. Jauh lebih penting dari itu adalah kecantikan hatinya. Mampu menghadirkan perasaan cinta di tengah-tengah keluarga. Percayalah, suamimu pasti akan betah dan makin sayang kepadamu..."
Setelah ibunya pulang, Dora merenungkan semua yang dikatakan wanita yang pernah mengandung dirinya selama sembilan bulan di dalam rahimnya.
Saat Emon pulang ke rumah setelah seharian bekerja, Dora segera menyambut kepulangan sang suami dengan pelukan dan ciuman mesra.
Emon : "Wah, sayangku... Surprise banget nih. Pasti ada maunya lagi..."
Dora : "Tentu ada maunya abangku sayang..."
Emon : "Kalau boleh tahu apa permintaan kamu kali ini...?"
Dora : "Saya ingin abang selalu menyayangi dan mencintaiku dengan tulus seumur hayatku. Itu saja..."
Emon : "Oke... Saya berjanji akan memenuhi keinginan kamu untuk memanjakan, menyayangi dan mencintaimu setulus hatiku.... Hanya itu saja...?"
Dora : "Nggg.... Jika tangan saya kasar dan tidak halus lagi, saya khawatir cinta abang akan berkurang..."
Emon : "Justru itu kamu tidak perlu khawatir. Saat ini kamu sudah laku, sudah menjadi isteri abang tersayang. Kalau belum laku, tentu kamu boleh khawatir. Sejujurnya saya bertambah sayang kepada dirimu, bukannya malah berkurang karena kulit tanganmu yang kasar. Inilah menjadi bukti bahwa kamu sudah menunaikan kewajibanmu sebagai ibu rumah tangga yang baik dan bertanggungjawab... Sekarang kamu sudah paham...?"
Mata Dora berkaca-kaca menahan haru. Selama ini pikirannya telah diracuni oleh pendengaran dan penglihatannya tentang suami yang berselingkuh.
Dora : "Satu lagi permintaanku. Abang harus janji..."
Emon : "Janji apa sayangku...?"
Dora : "Walaupun abang tidak membelikan mesin cuci buat saya, namun abang harus berjanji untuk tidak berpoligami..."
Emon : "Hahaha... Tentu saja... Abang masih belum dapat berlaku adil jika harus memiliki lebih dari satu isteri. Namun, kamu juga harus berjanji satu hal juga...."
Dora : "Apa itu bang...?"
Emon : "Kamu tidak boleh berpoliandri...."
Dora : "Ahhh....Abangggg... Tentu saja tidak mungkin... Cintaku selamanya hanya buat abang seorang..."
Sobatku yang budiman...
Berbahagialah kita yang telah dikaruniai pasangan yang benar-benar sayang dan mencintai kita dengan sepenuh hati. Jagalah cinta suci itu dengan sebaik-baiknya. Jangan nodai dengan perbuatan dan perilaku yang dapat menghambarkan suasana.
Berusahalah menjadi manusia yang selalu menghargai dan menghormati pasangan dalam segala situasi, baik dalam senang maupun susah.
Jauhkan sifat egois dan mau menang sendiri. Berikanlah segala sesuatu yang terbaik demi keutuhan dan keharmonisan keluarga. Niscaya hidup kita akan selalu dipenuhi bunga-bunga kebahagiaan.
Salam kebajikan #firmanbossini
Tidak ada komentar:
Write komentar