|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Jumat, 02 September 2016

Rutinitas dan Rasa Bosan

 


KEBAJIKAN ( De 德 )Seorang temanku, sebut saja namanya Zuki. Berasal dari keluarga kurang mampu. Ayah dan ibunya seorang buruh tani di kampung. Untuk menghidupi dirinya sendiri, Zuki bekerja sebagai office boy di sebuah perusahaan perbankan.

Suatu ketika, saat kami sedang menikmati makan malam di warung soto kegemarannya, Zuki bertanya kepadaku : "Bang, saya sebenarnya sudah bosan dengan kehidupan ini. Harus bangun pagi-pagi untuk persiapan masuk kerja. Di kantor, kerja saya hanya disuruh-suruh tanpa boleh membantah. Sepulangnya dari kantor, saya hanya menghabiskan waktu di rumah sambil menonton televisi. Sesekali keluar bersama teman, itupun kalau ada yang mengajak..."

Saya tersenyum mendengar celotehannya, lalu menjawab : "Lah, apa bedanya dengan saya, pagi hari setelah mengantar isteri pergi bekerja, saya menjaga dan mengurus puteri tunggalku. Siangnya mengantar anak ke sekolah. Setelah itu, mulai bekerja sampai malam. Menjelang tidur barulah saya dapat menikmati istirahat dengan tenang. Itupun jika si kecil tidak rewel. Hampir setiap hari, saat tengah malam, saya harus bangun untuk mengganti popok yang sudah penuh. Sobatku, bukankah, hidup saya terlihat lebih melelahkan...?"

Zuki : "Iya sich bang. Tapi kok abang tidak kelihatan jenuh atau capek menghadapi rutinitas ini...?"

Saya : "Jujur saja, kadang kala rasa jemu itu menyeruak dalam batinku. Namun, saya berusaha untuk mengalahkannya. Manusia yang memiliki aktivitas adalah manusia yang normal. Coba bayangkan, berapa banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan, setiap hari memikirkan apa yang akan dilakukan untuk membunuh waktu. Sebaliknya banyak orang berharta banyak terjebak dalam kebosanan hidup. Itu karena mereka membiarkan dirinya larut dalam pikiran yang aneh-aneh..."

Zuki : "Orang kaya bisa bosan? Bukankan hidup mereka pasti bahagia. Mau apapun bisa. Mau kemanapun gampang..."

Saya : "Itu menurut pendapat kita, orang biasa yang kegiatannya sangat dibatasi oleh kemampuan ekonomi masing-masing. Bagi orang kaya, semua hal sudah pernah dilakukan atau dikunjungi. Hingga suatu saat, mereka akan sampai pada titik jenuh. Mereka akan terus mencari sesuatu yang baru untuk dirasakan. Jika tidak ada lagi dapat dinikmati, banyak di antara mereka akan masuk dalam pusaran lingkungan negatif, misalnya narkoba, perjudian atau prostitusi...."

Zuki : "Sampai segitunya...?"

Saya : "Banyak fakta yang menunjukkan bukti seperti itu...."

Zuki : "Berarti kita tidak boleh menjadi orang kaya...?"

Saya : "Tidak demikian bro... Kita harus berusaha menjadi orang kaya, bukan hanya kaya harta saja, namun juga harus kaya batin. Dengan memiliki harta berlebih, kita dapat membantu mereka yang kekurangan sehingga tabungan akhirat kita semakin bertambah..."

Zuki : "Tabungan akhirat...?"

Saya : "Saat kita melakukan perbuatan baik, maka tabungan akhirat kita akan bertambah. Semua tabungan akhirat ini akan diperiksa oleh Tuhan, apakah ada uang palsunya? Lantas dihitung, jika mencukupi, maka kita diperkenankan untuk masuk tinggal bersama-Nya..."

Zuki : "Saya mulai mengerti. Padahal semua ini berawal dari rutinitas hidup yang menimbulkan kebosanan...."

Saya : "Rasa bosan itu bukan berasal dari rutinitas. Rasa bosan itu bersumber dari pikiran kita. Jika kita tidak dapat mengalahkan rasa bosan maka rasa bosan itu akan bertransformasi menjadi rasa tidak suka, lalu menjadi kebencian dan ujung-ujungnya akan menghancurkan kehidupan kita..."

Zuki : "Bang, bagaimana cara mengalahkan rasa bosan...?"

Saya : "Bekerjalah dengan hati. Bersenandung dan tersenyumlah dalam kondisi apapun. Berusahalah untuk melontarkan candaan segar. Semua orang pasti akan senang melihat keramahan kita. Situasi menyenangkan akan selalu tercipta. Saat liburan, pergilah rekreasi untuk menyegarkan pikiran..."

Zuki : "Setuju bang... Apalagi kalau urusan rekreasi..."

Saya : "Kamu sukanya pergi ke mana? Hutan, gunung, sungai, pantai, kebun atau mengunjungi situs kebudayaan?"

Zuki : "Dulunya saya suka mendaki gunung..."

Saya : "Ayoooo... Sabtu ini kita pergi mendaki. Kali ini saya yang mentraktir semua biaya akomodasi dan konsumsi..."

Zuki : "Asyikkk... Mendaki gunung apa bang...?"

Saya : "Saya pernah beberapa kali mendaki Gunung Sibayak waktu muda dulu. Bagaimana kalau kita ke Gunung Sinabung...?"

Zuki memonyongkan mulutnya sambil berkata : "Wew..? Abang becanda aja... Sinabung kan lagi meletus?"

Saya tersenyum melihat tingkah pola sahabatku. Kami berbeda suku, agama, ras, kebiasaan dan mungkin status ekonomi namun kami merasa sangat nyaman ketika bercengkerama bersama.

Sobatku yang budiman...

Jangan berpikiran aneh-aneh dalam hidup ini. Apa yang ada dalam pikiran akan menentukan masa depan kita. Rasa bosan itu muncul saat kita mulai membiarkan pikiran berkeliaran kemana-mana.

Buanglah semua pikiran negatif mengenai pekerjaan yang sedang kita tekuni. Banyak orang merasa bosan bekerja sebagai pegawai karena menganggap dirinya adalah budak atau pesuruh. Namun, sebenarnya mereka tidak mampu berbuat apa-apa, sebab mereka adalah tulang punggung keluarga. Padahal, alangkah lebih baik, jika mereka bekerja dengan muka tersenyum daripada muka cemberut.

Jangan menutup diri karena kejenuhan sering dipicu oleh kegiatan rutin yang monoton. Bersenda gurau dengan teman, bercengkerama dengan keluarga dan menghabiskan sebagian waktu untuk menyenangkan diri merupakan beberapa cara untuk mengubur rasa bosan.

Kita harus mampu mengalahkan rasa bosan, sebelum rasa bosan itu menjelma menjadi rasa tidak suka dan akhirnya berubah menjadi kebencian. Salam kebajikan #firmanbossini

Tidak ada komentar:
Write komentar