|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Rabu, 05 Oktober 2016

Memuji Diri Sendiri

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Seorang pemuda bernama Sinchan berguru kepada Opung Toba. Setelah lima tahun menimba ilmu, Sinchan merasa dirinya sudah sempurna. Lantas meminta izin kepada sang guru untuk berkelana ke negeri seberang.

Sesampainya di sana, Sinchan membanggakan semua ilmu yang diperoleh selama berguru dengan Opung Toba kepada orang-orang yang dijumpainya. Ada yang mengaguminya dan sebagian lagi mencibirnya.

Suatu ketika, Sinchan mengirimkan sepucuk surat kepada sang guru : "Guru, kini saya sudah mencapai tingkat spiritual tertinggi. Tidak goyah dan tidak akan terpengaruh oleh guncangan dari delapan penjuru angin. Saat ini jiwa saya sangat tenang, tegar dan lebih berkualitas. Dipuji dan dihina. Suka dan Duka. Mengalah dan keras kepala. Keberuntungan dan kerugian. Kedelapan penjuru angin ini tidak akan lagi menggoyahkan keyakinanku menjadi manusia yang mulia..."

Setelah membaca surat dari Sinchan, sang guru segera membalasnya. Saat surat balasan dari guru tiba, dengan penuh percaya diri Sinchan cepat-cepat membukanya. Dia mengharapkan pujian dan sanjungan dari Opung Toba.

Setelah dibuka, ternyata di dalamnya terdapat sehelai kertas putih, hanya bertuliskan sebuah kalimat : "Kamu sudah berbohong...!!!"

Membaca surat yang bertuliskan kalimat yang dianggapnya keterlaluan, Sinchan langsung terpancing emosinya : "Guru sungguh keterlaluan, masih saja menganggapku tidak baik dan selalu berprasangka buruk. Aku yang telah berguru begitu lama, masih saja dianggap berbohong. Berarti selama ini, aku telah menyia-nyiakan waktu bersama beliau. Aku harus segera menemui guru. Akan kubuktikan jika aku tidak berbohong!"

Dengan masih memendam amarah, Sinchan segera pulang kampung untuk menjumpai sang guru. Bergegas menuju rumah Opung Toba, seorang guru spiritual berusia lanjut yang terkenal kebijaksanaannya.

Saat hendak mengetuk pintu, tiba-tiba tangannya berhenti seperti ada yang menahan. Muka Sinchan menjadi merah padam, tidak berapa lama berubah menjadi pucat pasi.

Sepucuk kertas menempel di daun pintu, bertuliskan : "Jika engkau sudah menjadi manusia yang baik dan sempurna, pasti engkau tidak akan menjumpaiku. Engkau akan mengoreksi dirimu sendiri. Namun kenyataannya, saat ini engkau berniat menjumpaiku dan ingin memarahiku hanya karena kalimat yang tertera di dalam surat balasanku yang menyatakan kamu sudah berbohong. Katanya kamu tidak akan goyah oleh hembusan dan goncangan dari delapan penjuru angin. Ternyata kamu gagal... Kamu masih harus banyak belajar, wahai muridku..."

Kesombongan dan keangkuhan yang selama ini dibangga-banggakan oleh Sinchan, seketika memudar oleh kalimat menohok dari sang guru. Saat ini, dia merasa malu, menganggap dirinya sudah baik dan sempurna, padahal sejatinya jiwa Sinchan masih jauh dari nilai kesempurnaan.

Sobatku yang budiman...

Banyak diantara kita merasa sudah menjadi orang baik dan patut menjadi teladan bagi orang lain. Padahal itu merupakan persepsi pribadi dan tidak dapat menjadi acuan penilaian terhadap diri kita.

Kita tidak dapat menilai diri kita sendiri. Kebenaran yang dihasilkan oleh pemikiran kita belum tentu sama dengan kebenaran yang dihasilkan oleh pemikiran orang lain.

Jauhkan diri dari keangkuhan dan kesombongan yang dapat menenggelamkan kita ke jurang penderitaan. Benar menurut kita, belum tentu benar bagi orang lain. Benar menurut kita dan orang lain, belum tentu benar di mata Tuhan.

Jadi, apa gunanya mengagung-agungkan kebenaran menurut pikiran kita dan memamerkan perbuatan baik yang telah kita lakukan kepada orang lain?  Salam kebajikan #firmanbossini

Tidak ada komentar:
Write komentar