|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Senin, 19 Desember 2016

Mengamalkan Ajaran Agama

 


KEBAJIKAN ( De 德 )Belajar tentang agama bukan sekadar mampu menghafal ayat-ayat suci atau tidak pernah absen beribadah saat waktunya tiba. Bukan juga dengan seringnya mendengarkan khotbah atau ceramah keagamaan yang disampaikan para pemuka agama terkenal.

Lebih dari itu, kita harus mengimplementasikan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang terlihat alim dan rajin beribadah, ternyata terseret dalam perbuatan yang melanggar hukum, melakukan korupsi, gemar menghujat dan menghina orang lain serta menyimpan rasa permusuhan kepada mereka yang tidak sealiran atau sekeyakinan dengannya.

Seringkali, saat mendengarkan khotbah atau ceramah keagamaan, hati kita menjadi lembut, terbuka dan berkemanusiaan, penuh sukacita, kegembiraan dan kedamaian, mendapatkan kebebasan dan kepuasan batin, yang akhirnya berjanji pada diri sendiri akan berbuat hal-hal yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, ketika khotbah telah berakhir, maka kita akan larut kembali ke masalah hidup sehari-hari, hanyut dalam kehidupan duniawi yang kadang menyesatkan. Dengan mudah, kita akan kehilangan rasa sukacita dan kedamaian. Begitu mudah kita menjadi emosi dan gampang mengumbar amarah meledak-ledak saat berhubungan dengan orang lain, berhadapan dengan masalah dan rintangan yang menghadang kelancaran langkah kita. Ujung-ujungnya, hati menjadi galau, ketakutan dan berakhir dengan kegelisahan.

Semua orang pasti pernah mengalami hal demikian. Saat mendengarkan khotbah yang menyejukkan, hati menjadi tenang dan damai, namun saat kembali ke kehidupan sehari-hari, kita seperti melupakan semua khotbah yang berisikan tentang kebaikan dan kesantunan.

Apa sebenarnya yang terjadi dengan diri kita? Mengapa begitu mudah berubah seperti seekor bunglon?

Ada alasan logis untuk menjawab pertanyaan di atas. Saat mendengarkan khotbah keagamaan, pikiran kita telah bersatu dan melebur dalam ajaran agama, ajaran yang menuntun kita menuju kehidupan yang lebih baik dalam suasana penuh kedamaian. Dengan demikian kita menjadi lebih dekat untuk mengamalkan ajaran agama yang disampaikan para juru khotbah.

Namun, saat kembali ke kehidupan sehari-hari, pikiran kita juga kembali ke pola kebiasaan, cara pandang dan pola berpikir seperti biasanya. Itulah sebabnya kegelisahan dengan mudah muncul kembali ke permukaan.

Sobatku yang budiman...

Amalkanlah kesucian dan keagungan ajaran agama yang kita yakini, yang mampu membawa hidup kita menjadi lebih baik. Jangan hanya merasa bangga atau hebat karena rajin beribadah, mampu menghafal ayat-ayat kitab suci tanpa mau menerapkan ajaran agama ke dalam kehidupan sehari-hari.

Meskipun sudah berulangkali mendengarkan ceramah keagamaan yang membawa kita kepada kebahagiaan rohani, namun perasaan sukacita ini akan bersifat sementara jika kita gagal mengatasi berbagai tabiat buruk dan kegalauan hati dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa mengatasi hal ini, hati dan pikiran kita akan dengan mudah tergelincir kembali kepada sifat keduniawiannya.

Yang perlu kita lakukan adalah meresapkan ajaran agama ke dalam hati dan benar-benar mempraktekkannya. Jika kita sudah bersekutu dengan ajaran agama, maka perasaan senang dan bahagia yang muncul saat mendengarkan khotbah, akan tetap dirasakan walau kita sudah berkecimpung dalam pekerjaan dan pergaulan sehari-hari.

Dengan mengimplentasikan ajaran agama secara sungguh-sungguh, seperti yang disampaikan dalam khotbah atau ceramah keagamaan, maka kita dapat menyentuh hakikat ajaran agama yang sebenarnya. Sesuatu yang mampu menghapus segala kegelisahan, kegalauan dan perilaku buruk kita.  Salam kebajikan #firmanbossini

Tidak ada komentar:
Write komentar