|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Jumat, 03 Maret 2017

Pertengkaran

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Sepasang suami isteri sudah menikah selama lima tahun dan telah dikaruniai seorang puteri imut dan cantik.

Suatu saat mereka terlibat dalam sebuah pertengkaran hebat. Begitu hebatnya pertengkaran mereka, tidak ada yang mau mengalah dan bersikukuh dengan pendapatnya masing-masing. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk bercerai dan mengakhiri kehidupan rumah tangga mereka sesegera mungkin.

Mereka berdua sepakat untuk menjumpai notaris, membicarakan pembagian harta gono-gini yang adil agar di kemudian hari tidak ada lagi yang perlu diperdebatkan. Perundingan berlangsung lancar karena memang akar permasalahan bukan karena masalah harta. Tanah, rumah dan bisnis dapat dibagi dengan sama rata dan kedua belah pihak merasa sangat puas. Hampir semua sudah terselesaikan.

Namun, ada satu masalah yang belum menemukan jalan keluar yaitu mengenai masalah pembagian anak. Keduanya ngotot ingin mengasuh anak semata wayang mereka. Tidak ada yang mau mengalah. Keduanya berusaha untuk mengasuh dan membesarkan sang buah hati.

Akhirnya mereka menemui seorang guru spiritual yang terkenal kebijaksanaannya, Opung Toba, meminta nasehat untuk menyelesaikan polemik mengenai siapa yang berhak mengasuh anak mereka.

Sang isteri : "Sesuai perundang-undangan yang berlaku di negeri ini, anak di bawah umur harus diasuh oleh ibu..."

Sang suami tidak mau kalah : "Nanti dulu... Coba kamu pikirkan... sejak anak kita berumur tiga bulan sampai sekarang, saya yang mengurus segala kebutuhannya. Selama ini kamu hanya sibuk dengan pekerjaanmu. Kamu sudah melupakan kodratmu sebagai seorang ibu. Bagaimana kamu dapat mengurus anak kita, sementara kamu bekerja dari pagi hingga malam...?"

Sang isteri : "Saya bisa mempekerjakan seorang baby sitter untuk mengurus si kecil. Kamu tidak perlu khawatir. Setelah pulang kerja, saya akan bersama anak kita lagi..."

Sang suami : "Saya tidak ingin ada orang lain yang mengurus anak kita sepanjang hari. Saya tidak ingin kejadian perlakuan buruk kepada anak kecil yang sering kita dengar, menimpa anak kita..."

Perdebatan dan perselisihan tidak menemukan titik temu. Opung Toba menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah laku keduanya. Untuk mendinginkan suasana, beliau mempersilahkan keduanya untuk minum teh yang tersaji di atas meja.

Lalu Opung Toba berkata : "Begini saja... saya ada jalan keluar terbaik untuk memecahkan masalah kalian... cuma saya takut kalian akan menolaknya..."

Kedua suami isteri saling menoleh ke arah pasangannya, mengangguk lalu berkata : "Kami sudah sepakat untuk mengikuti nasehat guru..."

Opung Toba : "Baiklah kalau demikian adanya. Saya menginginkan kalian untuk menunda perceraian selama setahun. Kalian harus mampu menambah satu orang anak lagi. Sehingga masing-masing mendapatkan seorang anak untuk diasuh. Setuju...?"

Mimik wajah keduanya terlihat sedikit berkerut seakan sedang memikirkan saran dari Opung Toba. Karena mereka begitu ngotot untuk bercerai, lantas mereka menyetujui saran tersebut.

Mereka berusaha keras untuk mendapatkan seorang anak lagi. Dan ternyata, usaha mereka berhasil. Bulan kedua, sang isteri telah mengandung. Berdasarkan pemeriksaan USG di bulan keenam, anak mereka berjenis kelamin laki-laki.

Setahun kemudian, saat Opung Toba berjalan-jalan di taman bunga, beliau bertemu dengan pasangan suami isteri ini. Keduanya sedang bergandeng tangan dengan begitu mesra. Kelihatan sekali, mereka adalah keluarga kecil yang harmonis dengan sepasang anak yang imut dan lucu.

Opung Toba menegur keduanya : "Akhirnya kalian berhasil menambah seorang anak lagi. Apakah kalian masih berniat untuk bercerai?"

Sang suami merangkul pundak isterinya sambil berkata : "Tidak... kami sudah memutuskan untuk tidak bercerai sejak kelahiran putera kesayangan kami. Terima kasih guru, atas saran yang begitu bijaksana. Anugerah kehadiran seorang anak telah mengingatkan kami untuk saling mengasihi satu sama lain. Bagi kami, keluarga adalah segalanya..."

Opung Toba tersenyum puas mendengarkan penjelasan sang suami. Tangan kanannya menepuk pundak sang suami sambil berkata : "Bertengkar itu jangan lama-lama... Jadilah kepala rumah tangga yang mampu melindungi dan mengayomi seluruh anggota keluarga..."

Sobatku yang budiman...

Keputusan menunda tindakan negatif yang merugikan, terutama saat sedang diamuk emosi, seringkali akan bermanfaat. Lebih baik menunda melakukan apapun saat sedang marah karena dapat membawa dampak yang merugikan semua pihak.

Lihat saja, begitu banyak penghuni penjara, merasa sangat menyesal karena menganiaya hingga menghilangkan nyawa isteri atau darah dagingnya sendiri.

Pertengkaran itu adalah sesuatu yang lumrah dalam kehidupan berumah tangga. Melalui pertengkaran, banyak pasangan yang memperoleh pelajaran tentang keinginan dan sifat pasangan masing-masing.

Orang yang bijaksana akan bertambah lebih dewasa dan mampu mengendalikan suasana pertengkaran, mengeleminir kata-kata makian dan melokalisir pertengkaran tidak sampai menjadi konsumsi publik. Seringkali kehadiran pihak ketiga, menjadi kompor dan kayu bakar yang akan membarakan suasana menjadi tidak terkendali.

Pertengkaran itu seperti bara api. Saat masih kecil, akan banyak bermanfaat. Namun jika tidak dikendalikan dengan baik, maka api itu dapat membesar dan menghanguskan semuanya tanpa ampun.  Salam kebajikan #firmanbossini

Tidak ada komentar:
Write komentar