KEBAJIKAN ( De 德 ) - Seekor anak nyamuk akan memulai tahapan kehidupan berikutnya, yaitu belajar terbang. Setelah merasa mahir, anak nyamuk tersebut mulai berani terbang lebih jauh meninggalkan sarangnya.
Sekembalinya dari petualangan terbang pertama, anak nyamuk yang masih belia tersebut, disodori berbagai pertanyaan oleh ibunya.
Ibu nyamuk : "Anakku, bagaimana pengalaman perdanamu terbang meninggalkan sarang ini? Apakah kamu senang dan bahagia?"
Anak nyamuk : "Ibu... Hari ini aku merasa senang sekali... Ibu patut bangga kepada anakmu yang hebat ini..."
Ibu nyamuk : "Apa gerangan yang terjadi? Cepat ceritakan kepadaku..."
Anak nyamuk : "Saat terbang, aku melihat banyak sekali orang bertepuk tangan... Mereka pasti sedang memuji kehebatan terbangku..."
Ibu nyamuk menggelengkan kepalanya, lalu berkata : "Kamu salah anakku... Orang-orang bertepuk tangan bukan untuk memuji atau membanggakan kehebatannya, namun sebenarnya mereka berniat untuk membunuhmu..."
Anak nyamuk : "Tapi aku mendengar sorak sorai suara mereka di dalam ruangan yang dingin. Mereka berkata, nyamuknya lucu dan imut, pintar terbang lagi. Pandangan mereka semuanya ke arahku dan menunjuk-nunjuk tubuhku..."
Ibu nyamuk : "Lain kali kamu harus berhati-hati. Jangan mudah tertipu oleh tingkah laku dan ucapan orang. Kelihatannya saja baik, namun sebenarnya, mereka ingin mencelakakan dirimu..."
Anak nyamuk terkejut bukan kepalang mendengar penjelasan ibunya. Ternyata dia terlanjur salah sangka.
Sobatku yang budiman...
Dalam kehidupan ini, sering kali kita begitu mudah menilai orang dari kulitnya saja. Menganggap apa yang terlihat oleh mata sebagai sesuatu yang baik. Padahal dibalik semua itu, terselip maksud terselubung, yang mungkin saja dapat mencelakakan diri kita.
Mata kita sering menipu hati kita. Melihat penampilan orang yang baik, menjustifikasi bahwa hati mereka pasti sama baiknya dengan apa yang mereka tampilkan. Berpakaian agamis, berpenampilan rapi berdasi dan senang mengumbar kata-kata manis penuh pujian, dengan tujuan pencitraan dan menarik perhatian orang lain agar dianggap sebagai manusia alim dan bermartabat.
Kita sering terkecoh oleh penampilan mereka. Menutup telinga dari bisikan hati yang mengatakan bahwa sebenarnya mereka bukanlah orang baik. Lebih mempercayai apa yang terlihat daripada apa yang dirasakan.
Lebih parahnya, kita mudah terbuai oleh kata-kata pujian dan menganggap diri kita adalah orang yang layak dipuji. Meninggikan derajat pribadi hanya karena pujian, lalu mulai menyombongkan diri.
Sesungguhnya kata-kata pujian itu adalah mata pedang yang sewaktu-waktu dapat menghujam tubuh dan mencelakakan diri, jika kita terbuai olehnya, tidak hati-hati dan menjadi orang yang tinggi hati.
Jangan gila pujian. Namun kita juga tidak mungkin menolak pujian. Terimalah semua pujian dengan bijaksana dan penuh kerendahan hati, menjadikannya sebagai motivasi untuk berbuat lebih baik lagi. Niscaya hidup kita akan selalu bahagia. Salam kebajikan #firmanbossini
Tidak ada komentar:
Write komentar