|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Selasa, 06 September 2011

Dewa Arsitektur Lu Ban ( 魯班 ) Bag. 2

 

Sang dewa teknik bangunan dari masa periode Chun Qiu (suatu masa dari abad 11 - 3 SM), yang dimuliakan selama ribuan tahun oleh generasi penerus; para tukang kayu, tukang genting, tukang batu, tukang cat, para pengusaha bangunan dan pebisnis furnitur semuanya menyembahyangi dan menganggap Lu Ban sebagai guru leluhur.


Selain menyayangi adik perempuan dan hormat terhadap sang ayah, Lu Ban juga berbakti dan taat kepada ibunda serta penuh perhatian terhadap istri. Didasari kepedulian terhadap keluarganya, ia juga mencipta banyak peralatan baru.
Pada mulanya sewaktu menggunakan sipatan (alat pertukangan guna membuat garis lurus) untuk pekerjaan membentangkan benang-penggaris, Lu Ban terpaksa minta tolong ibunya memegangi ujung lain dari benang.

Tetapi Lu Ban tidak tega merepotkan dan melelahkan ibunya, maka ia menambah sebuah pengait pada ujung benang untuk menggantikan pekerjaan sang ibu.

Generasi kemudian demi mengenang rasa berbakti Lu Ban, menamakan pengait yang diciptakannya itu sebagai "Ibu Ban" atau "Hook Ibunda". Tatkala Lu Ban sedang menyerut kayu, pada awalnya juga meminta sang istri memegangi kayu, tetapi Lu Ban merasa mengganggu pekerjaan rumah tangga sang istri, maka ia mengubah cara kerjanya.

Setiap kali menyerut kayu, di atas bangku kayu ia memaku kayu-pengganjal, yang menangkal bahan serutan tersebut, sejak saat itu sang istri tidak dibutuhkan lagi membantu memegangi dan para tukang kayu sejak saat itu pula menyebut kayu-pengganjal itu sebagai "Istri Ban". 

Lu Ban juga mewariskan kepada masyarakat banyak sekali peralatan tukang kayu, seperti pengebor, tatah batu, gergaji sekop, jangka penggaris siku, sipatan, penggaris ala Lu Ban dan lain sebagainya. Lu Ban terinspirasi ketika kulitnya terluka iris oleh rumput ilalang untuk atap gubuk, ia lantas mencipta gergaji berdasarkan geligi kecil dari daun rumput itu.

Peralatan tukang kayu dan batu tersebut membuat level kesenian bangunan China kuno meningkat dengan tajam. Juga kunci dan gembok, penggiling batu dan lain-lain peralatan kehidupan sehari-hari, sang Dewa Arsitektur Lu Ban menggunakan kecerdasan yang melampaui manusia pada umumnya betul-betul telah berbuat kebaikan bagi rakyat.

Selain itu Lu Ban juga mencipta yang disebut Tangga Awan untuk menyerbu tembok kota yang tinggi dan 9 macam peralatan perang untuk menghantam benteng/tembok kota musuh dan masih banyak lagi peralatan canggih lainnya, serta "Gambar Pulau Jiu Zhou" sebuah atlas geografi 3 dimensi terbuat dari batu dan lain sebagainya, yang sangat dikagumi oleh para penguasa dalam sejarah.

Menggunakan pencapaiannya mencerahkan manusia agar menyadari tujuan hidup di alam semesta

Kelebihan Dewa Arsitektur Lu Ban tidak hanya sebatas pewarisannya tentang penggunaan peralatan, seni ketrampilan dan peralatan mekanik yang penuh misteri hasil ciptaannya, melainkan lebih terletak pada pencapaian kesadarannya di dalam profesi dan pembabaran ajaran spiritual kepada para muridnya dan manusia di dunia.

Ia seringkali mengatakan kepada orang-orang, "Tidak melalui pengaturan tapi bulat, tidak melalui momentum tapi persegi, itulah gambaran alam semesta raya."

Dengan lain kata alam semesta dan bumi serta langit tidak membutuhkan jangka dan mistar, tapi dengan sendirinya sudah terbentuk bulatan dan persegi, akan tetapi sesampainya di tingkatan dunia manusia ini, maka harus menggunakan jangka, baru bisa menggambar lingkaran dan menggunakan mistar, baru bisa membuat persegi.

Prinsip materi seluruh jagad sebetulnya sudah ada di dalam alam sedangkan alam yang selaras dengan Tao (arti kata dari jalan spiritual menuju kesempurnaan), maka bulatan dan persegi dapat terbentuk dengan sendirinya.

Namun oleh karena manusia telah menjauh dari Tao, itulah mengapa dibutuhkan penyelarasan dengan hukum, baru dapat menjadi bulatan dan persegi. Dari sini terlihat tatkala Lu Ban membuatkan manusia segala macam peralatan juga lantaran ketidakberdayaan, karena manusia telah menjauh dari "Tao", baru membutuhkan alat, tetapi peralatan yang ia wariskan kepada manusia bermanfaat bagi manusia untuk meregulasi diri sendiri dan memperbaiki hal-hal yang membuat manusia menjauhi Tao.  

Selain itu sang dewa arsitektur ini juga sempat mengeluh, bahwa apabila tidak terdapat benda-benda tersebut, maka jika generasi yang akan datang tidak memiliki kebijakan laiknya sang master Lu Ban yang terhubung secara alami dengan alam, ilmunya akan hilang tak terwariskan, maka itu ia mau tak mau mencipta peralatan pertukangan tersebut sebagai pembantu manusia di dalam berkarya!

Dewa Arsitektur naik ke surga, dikagumi generasi penerus

Sewaktu Lu Ban berusia 40 tahun, ia kembali naik (menyepi di) gunung dan berjumpa dengan seorang cerdik pandai dari dunia lain yang mewariskan aji kesaktiannya, setelah itu ia berkelana ke seluruh penjuru. Ketika berusia 70, konon ia "terbang membubung di siang hari bolong (moksa)" dari Cadas Dewa Rusa Putih.

Dikisahkan pada suatu hari yang cerah, ia melambung dari atas gunung cadas dan terbang ke langit biru tinggi dan pada akhirnya lenyap dari pandangan orang-orang. Ia meninggalkan peralatan tenteng berupa gergaji, kapak dan lain  sebagainya yang ditaruhnya di atas cadas Rusa Putih. Sesuai catatan dari dalam kitab Lu Ban Jing itu hingga saat ini situs tersebut masih eksis.

Kitab Lu Ban Jing yang ditinggalkannya adalah hasil karya satu-satunya yang memuat catatan tentang seni dan teknik membuat hunian rakyat, perabot rumah tangga, pertanian dan peralatan industri ringan dan lain-lain.

Buku tersebut pada awalnya tersiar dari mulut ke mulut di kalangan para tukang, lampiran cetakan papan ukirnya berasal dari zaman pertengahan dan akhir Dinasti Ming.

Lantaran bangunan kuno kebanyakan berkerangka kayu, maka di dalam buku itu juga terdapat banyak perihal teknik pembuatan konstruksi kayu, juga tentang fengshui dan semacam mantera yang maknanya berkaitan dengan bangunan, telah merangkai pemikiran daya cipta unik Yin-Yang dan Lima Unsur dari zaman kuno yang mempersatukan antara munusia dan sang Pencipta. 

Para tukang bangunan segala zaman melanjutkan pengarahan dari Dewa Arsitektur Lu Ban, dalam tahapan belajar bagi seorang praktisi yang paling penting bukannya mempelajari bagaimana menggunakan peralatan tersebut, melainkan diawali dengan bagaimana seharusnya menjadi manusia, baik sebagai manusia maupun dalam bekerja harus mengikuti aturan, sikap terhadap orang lain harus dengan kebijakan ke luar luwes dan ke dalam teguh, yang disebut dengan bersikap toleran, serius mendisiplinkan diri, mentaati kode etik dan prinsip moral, jangan mengabaikan hukum/aturan yang sudah ditetapkan.

Selain itu juga harus dimulai dengan mengultivasi hati (kultivasi = memperbaiki kualitas jiwa secara terus menerus), dituntut pula melakukan "Penyatuan diri dengan Tuhan", "bermeditasi", "Materi dan saya menyatu", tuntutan tentang "jiwa" dan "sang Pencipta", serta sesudah penguasaan ilmu dan sewaktu berkarya tetap mempertahankan sebuah sikap yang "murni dan natural".

Kadangkala di saat bekerja dengan konsentrasi penuh bisa melupakan diri sendiri, asalkan bisa selaras dengan Tao, dengan sendirinya akan tercerahkan oleh "keilmuan dewata", selama beberapa dinasti telah tertempa banyak sekali tukang-tukang ternama dan jempolan.

Setiap kaisar dari dinasti pasti pernah menganugerahi Dewa Arsitektur Lu Ban, banyak sekali julukannya.

Setiap kali ada proyek besar dan ketika para tukang kayu terhadang oleh kesulitan, dewa arsitektur selalu sebagai maskotnya dan juga sering kali mewujudkan kesaktiannya untuk memberi petunjuk kepada orang-orang, bahkan menyelesaikan "sendiri" permasalahan yang muncul.

Sewaktu pemerintahan Kaisar Yong Le-Dinasti Ming, pada saat mendirikan aula Naga Suci-Beijing, setelah ada intervensi dari si dewa arsitektur, baru bisa berhasil, maka demi membalas budi, Kaisar Zhuli Ming Chengzu memerintahkan anak buah mendirikan kuil persembahan kepada sang dewa arsitektur dan di atas pintu masuknya tertera kaligrafi: Gerbang Lu Ban.

Setiap tahun pada musim semi dan gugur perlu dilakukan 2 kali persembahan di mana sesajinya menggunakan daging sapi, kambing dan babi. Perlu diketahui, persembahan yang diberikan kepada Konghucu juga sama, ini menandakan ritual persembahyangan yang paling bergengsi. Dari situ menandakan persembahan di kuil tersebut sangatlah berbobot. Kelak  di kemudian hari agar para seniman tukang kayu setiap kali berdoa dapat terkabulkan.

Lu Ban membuat kita semua dapat tinggal di rumah dengan betah dan nyaman, serta masih senantiasa dengan menggunakan keadaan kediaman manusia tanpa disadari ia telah mempengaruhi orang China untuk hidup dengan prinsip menjadi manusia yang berkepribadian. "Kriteria" dan "norma" yang ia wariskan sejak semula telah menjadi kata ganti bagi level moralitas di dalam kebudayaan China.

Seni dan teknik pertukangan yang diwariskan si dewa arsitektur dan prinsip yang terkandung di dalamnya bermanfaat dalam pemeliharaan akhlak lima ribu tahun bangsa China. Hari ini, ketika para petinggi Partai Komunis China (PKC) pada tergila-gila dengan bangunan dan perencanaan yang aneh-aneh, sekaligus telah merefleksikan berbagai kekalutan masyarakat China moderen.

Berkreasi tidak seharusnya membuang prinsip, hanya dengan melalui prinsip penciptaan benda yang diwariskan kepada kita oleh para leluhur, negara dan masyarakat baru bisa memperoleh ketentraman, kedamaian dan kemakmuran.

Tidak ada komentar:
Write komentar