Kebaikan adalah sifat hati yang alami yang dianugrahkan kepada manusia
oleh langit, dan ia merupakan unsur paling indah dalam esensi kehidupan
manusia. Maka hal yang paling penting untuk seorang manusia adalah untuk
mengembangkan kebaikan dan meningkatkan moralitasnya. Seorang manusia
yang baik senang membaca buku yang baik dan melakukan perbuatan baik
sehingga menjadi teladan bagi masyarakat umum untuk melakukan hal yang
sama, hidup dengan damai sejahtera berdasarkan pada prinsip langit yang
lurus.
Setiap orang yang telah melakukan kebajikan memang akan menambah De ( Pahala ), namun jika hati tidak ikhlas maka kebajikan yang kita lakukan itu akan menjadi sia-sia. Sebenarnya banyak orang yang belum memahami, bahwa semua kebajikan itu tidak ada yang sia-sia. Seperti yang diajarkan di setiap agama bahwa semua kebajikan itu pasti akan membuahkan pahala tapi berapa orang yang benar-benar memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan hati yang tulus dan ikhlas? Sebagian orang melakukan kebajikan, hanya cuma sebagai formalitas atau sekedar ingin mendapat pujian dan mencari nama.
Dalam kehidupan sehari-hari hampir setiap orang menghitung setiap hal yang telah dia lakukan dalam menolong orang atau dalam hal kehilangan materi karena orang lain, seolah-olah ingin menunjukkan betapa dia baik hati atau betapa dia kaya materi karena telah mengeluarkan sekian-sekian rupiah. Betapa sering kita mendengar orang berkata, “Saya barusan menolong si-A, katanya anaknya sakit, maka saya terpaksa meminjaminya uang, padahal sebenarnya saya juga butuh uang itu”
Sebagian lagi mengatakan,”Yang rugi saya ini, sudah harus bayari, masih harus ngasih uang pula!”. Bahkan masih ada lagi yang berkata lebih kasar,”Rugi amat baikin dia, kenal aja sebenarnya males, boro-boro ngasih uang, diutang aja saya keberatan, Dasar orang miskin tidak tahu malu! Mendingan kenal sama orang yang bisa bikin kita ikutan kaya!”
Bukankah dengan demikian sia-sia seluruh kebaikan yang telah kita lakukan sepanjang kehidupan kita ini? Lalu akan kemanakah setelah kematian kita, jika kita tidak mempunyai bekal pahala apapun di kehidupan yang akan datang? Dan yang lebih parah lagi, kita belum melakukan kebaikan apapun pada seseorang tapi setiap hari sudah menggunjing tak kunjung hentinya, seolah lidah ini gatal kalau tidak menyebut namanya, atau hati ini belum terpuaskan kalau belum mempermalukan dia ke semua orang. Lalu akan berapa banyak De yang akan kita berikan kepadanya? Dan akan berapa banyak De yang tersisa yang akan kita tukarkan dengan berkah dari Tuhan?
Semoga kita dapat memahami dan benar-benar menyadari bahwa untuk
mengumpulkan De atau pahala adalah sangat sulit jika tanpa keikhlasan,
dan yang lebih sulit lagi adalah saat kita harus meredam sifat-sifat
buruk serta nafsu duniawi kita. Tanpa bisa meredam itu semua, maka
setiap saat kita akan mengalami kebocoran / kehilangan pahala yang telah
kita kumpulkan dengan susah payah, karena De atau pahala ini hanya akan
kita peroleh setelah kita berbuat kebaikan dan menahan penderitaan.
Dengan banyak sedikitnya De ini pula Tuhan akan menentukan di mana
tempat kita kelak.
Setiap orang yang telah melakukan kebajikan memang akan menambah De ( Pahala ), namun jika hati tidak ikhlas maka kebajikan yang kita lakukan itu akan menjadi sia-sia. Sebenarnya banyak orang yang belum memahami, bahwa semua kebajikan itu tidak ada yang sia-sia. Seperti yang diajarkan di setiap agama bahwa semua kebajikan itu pasti akan membuahkan pahala tapi berapa orang yang benar-benar memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan hati yang tulus dan ikhlas? Sebagian orang melakukan kebajikan, hanya cuma sebagai formalitas atau sekedar ingin mendapat pujian dan mencari nama.
Dalam kehidupan sehari-hari hampir setiap orang menghitung setiap hal yang telah dia lakukan dalam menolong orang atau dalam hal kehilangan materi karena orang lain, seolah-olah ingin menunjukkan betapa dia baik hati atau betapa dia kaya materi karena telah mengeluarkan sekian-sekian rupiah. Betapa sering kita mendengar orang berkata, “Saya barusan menolong si-A, katanya anaknya sakit, maka saya terpaksa meminjaminya uang, padahal sebenarnya saya juga butuh uang itu”
Sebagian lagi mengatakan,”Yang rugi saya ini, sudah harus bayari, masih harus ngasih uang pula!”. Bahkan masih ada lagi yang berkata lebih kasar,”Rugi amat baikin dia, kenal aja sebenarnya males, boro-boro ngasih uang, diutang aja saya keberatan, Dasar orang miskin tidak tahu malu! Mendingan kenal sama orang yang bisa bikin kita ikutan kaya!”
Bukankah dengan demikian sia-sia seluruh kebaikan yang telah kita lakukan sepanjang kehidupan kita ini? Lalu akan kemanakah setelah kematian kita, jika kita tidak mempunyai bekal pahala apapun di kehidupan yang akan datang? Dan yang lebih parah lagi, kita belum melakukan kebaikan apapun pada seseorang tapi setiap hari sudah menggunjing tak kunjung hentinya, seolah lidah ini gatal kalau tidak menyebut namanya, atau hati ini belum terpuaskan kalau belum mempermalukan dia ke semua orang. Lalu akan berapa banyak De yang akan kita berikan kepadanya? Dan akan berapa banyak De yang tersisa yang akan kita tukarkan dengan berkah dari Tuhan?
Saat seseorang mengeluarkan kata-kata yang
menyakitkan hati, maka segumpal De akan keluar dari tubuhnya kemudian masuk
dan melekat ke tubuh orang yang telah tersakiti hatinya. Dengan demikian
De yang kita kumpulkan dari kebaikan yang telah kita lakukan akan
menjadi sia-sia karena setiap saat bisa berkurang hanya karena kita
tidak pernah bisa menahan diri untuk tidak merugikan orang lain,baik
dengan kata-kata maupun perbuatan. Sekalipun untuk sekedar ingin pamer,
mencari nama atau minta diakui dan dihormati, maka tanpa sadar kita
telah mengeluarkan kata-kata yang merendahkan seseorang.
Tidak ada komentar:
Write komentar