Semua berkah
dalam kehidupan manusia berasal dari keluhuran budi. Dengan memiliki
hati yang baik, melakukan amal kebajikan, maka kita akan mendapatkan balasan
atas kebaikannya. Sebaliknya, jika niat dan perilaku kita jahat penuh egois,
maka akhirnya kita hnaya akan memperoleh balasan atas kejahatannya.
Sesungguhnya prasyarat kesuksesan sejati apapun yang dilakukan adalah memiliki kasih dan kemurahan hati serta berbudi luhur.
Sehingga orang yang memiliki kemauan dan keluhuran budi pekerti, merupakan orang yang didambakan masyarakat. Hanya orang yang berbudi luhur baru dapat menunaikan tugas besar dari Tuhan.Segala sesuatu dalam masyarakat manusia dioperasikan dan dikendalikan oleh Tuhan. Tuhan tidak memandang keterampilan ataupun kemampuan Anda dan tidak melihat sebesar apa ambisi Anda.
Sesungguhnya prasyarat kesuksesan sejati apapun yang dilakukan adalah memiliki kasih dan kemurahan hati serta berbudi luhur.
Sehingga orang yang memiliki kemauan dan keluhuran budi pekerti, merupakan orang yang didambakan masyarakat. Hanya orang yang berbudi luhur baru dapat menunaikan tugas besar dari Tuhan.Segala sesuatu dalam masyarakat manusia dioperasikan dan dikendalikan oleh Tuhan. Tuhan tidak memandang keterampilan ataupun kemampuan Anda dan tidak melihat sebesar apa ambisi Anda.
Tuhan hanya melihat apakah Anda memiliki
keluhuran budi pekerti. Jadi jika kita ingin menjadi orang yang berguna,
hendaknya memperhatikan keluhuran budi pekerti. Yang mampu meyakinkan
masyarakat adalah keluhuran budi.
Seorang pemimpin yang memerintah dengan keluhuran budi,
hormat pada Tuhan dan mengasihi rakyatnya, maka negaranya akan makmur,
sejahtera dan kuat. Sebaliknya jika seorang pemimpin memerintah dengan kelaliman,
tirani, kalau bukan akan digulingkan manusia maka Tuhan akan memusnahkannya dan
tidak akan membiarkannya selalu mencelakai rakyat jelata. Hal ini
merupakan perwujudan balasan atas kebaikan ataupun kejahatan suatu
dinasti maupun pemimpin.
Begitu pula sebuah keluarga, jika turun-temurun
mereka sangat mementingkan keluhuran budi pekerti, maka anak-cucu mereka
akan dilindungi dan diberkati dan keluarga besar tersebut akan makmur dan
generasinya akan berlanjut. Tetapi jika keluarga tersebut secara bertahap
menyimpang dari tradisi dan bertentangan dengan moralitas, melakukan
kedurhakaan besar, maka keluarga besar tersebut akan mulai merosot. Hal ini
benar-benar merupakan perwujudan balasan atas suatu kebaikan maupun kejahatan.
Suatu keluarga sejahtera bukanlah
ditentukan oleh nasib melainkan ditetapkan oleh keluhuran budi pekerti
dirinya sendiri. Jika orang tersebut mengamalkan perbuatan baik, baik
terhadap orang lain, bermurah hati, maka Tuhan tidak akan menamatkan
keturunannya bahkan akan menerima berkah yang berkelimpahan bagi
anak-cucunya, menerima berkah kebaikan.
Nasib
ditentukan oleh diri kita sendiri yang merupakan imbalan atas karma yang telah
diperbuat, apa yang ditanam akan dituai. Ingin mengubah takdir,
hendaknya mulai dari mengubah diri sendiri, bertobat memperbaiki diri,
memperbaiki hati barulah dapat memperbaiki nasib.
Rencana
manusia yang terbaik pun tidak akan dapat mengungguli rencana Tuhan,
nasib yang ditentukan Tuhan tidak akan dapat dihindari, namun
sesungguhnya tidak ada sesuatu yang mutlak. Nasib manusia tidak stabil,
manusia memiliki sifat baik dan buruk, terserah apa yang dipilih
olehnya.
Memilih kebajikan akan mendapatkan
akibat baik, memilih yang jahat akhirnya akan mendapatkan balasannya.
Hanya saja pada umumnya manusia semata-mata melihat untung rugi yang di
depan mata, tidak menghiraukan akibatnya di kemudian hari. Apa yang
ditanam adalah apa yang akan dituai, jika menanam bibit kejahatan
bagaimana bisa menuai buah kebajikan?
“Tuhan
mengetahui dengan jelas sekilas pikiran yang muncul dalam hati manusia”
dan “keluarga yang mengamalkan kebajikan, akan menabung suka cita;
keluarga yang menumpuk kejahatan maka akan menabung bencana.”
Tuhan adalah tanpa pamrih, kebaikan dan kejahatan mempunyai akibat, kebajikan maupun kejahatan tidak dapat menipu Tuhan!
Sesungguhnya
seseorang yang melakukan kejahatan, kelihatannya sedang mencelakai
orang lain, namun pada hakekatnya adalah sedang mencelakai diri sendiri.
Ketika orang tersebut melepas kendali melampiaskan hasrat egoisnya, dia
sedang menghancurkan dirinya sendiri.
Manusia
pada umumnya menunggu kedatangan akibat perilaku buruknya untuk kemudian
menyesali ketidakadilan Tuhan pada dirinya, sesungguhnya apakah memang
tidak diketahui bahwa segala akibat buruk tersebut adalah hasil dari apa
yang ditanamnya sendiri?
Seseorang yang ingin
menghasilkan karya besar dalam masyarakat, hendaknya memperhatikan
perilaku dan keluhuran budi pekerti diri sendiri. Hanya bila seseorang
telah memiliki kemauan dan keluhuran budi pekerti, menyesuaikan diri
dengan peluang yang diberikan oleh Tuhan barulah akan memperoleh
perlindungan dan berkah-Nya.
Tidak ada komentar:
Write komentar