Kuan Seng Ti Cin ( Kwan Kong ) demi menjaga kakak ipar sepanjang malam beliau tidak tidur, lalu di bawah sinar lilin beliau membaca kitab Chun Chiu. Kebajikan beliau ini sampai sekarang masih dikenang orang. Pada zaman sekarang umat manusia juga telah mengetahui bahwa mereka harus menjaga moral kebajikan, tetapi dari zaman dahulu hingga zaman sekarang jarang ada yang bisa melakukannya dengan sempurna.
Hanya pada Dinasti Sung ada seorang pelajar yang bernama Lim Tek Yin, dia meneladani kebajikan dari para suci. Sikapnya yang arif mengharuhkan hati Kuan Seng Ti Cin.
Lim Tek Yin berasal dari propinsi Ciang Nan. Ada satu kali dia menempuh perjalanan yang jauh untuk mengikuti ujian kecamatan. Sesamapinya di sungai Wu Sung, dia bermalam di sebuah perahu. Pada saat tengah malam, tiba-tiba terjadi kebakaran di sebuah rumah dan ada seorang nyonya muda yang melompat keluar dari jendela tingkat atas dan secara kebetulan jatuh tepat di atas perahunya. Melihat nyonya muda itu hanya memakai pakaian dalam, dia segera memberikan mantelnya kepada nyonya muda itu untuk menahan hawa dingin dan dia juga berpikir apabila sang nakhoda perahu melihat kehadiran nyonya muda itu tentu akan timbul niat jahat. Maka sepanjang malam dia tidak berani tidur dan di bawah sianar lilin dia membaca buku.
Setelah matahari terbit, Lim Tek Yin mengantar nyonya muda itu sampai ke pinggir sungai dan menyuruhnya kembali ke rumahnya sendiri. Barulah dia berlayar menuju ke kota untuk menngikuti ujian. Sewaktu hasil ujian diumumkan, ternyata namanya tertera disana. Dia lalu bersama dengan teman-temannya yang juga lulus ujian pergi menghadap pengawas ujian.
Pengawas itu lalu berkata kepadanya, " Di saat saat memeriksa kertas ujianmu itu karena karanganmu kurang begitu bagus, maka saya menaruhnya di samping. Tetapi pada malam itu juga saya bermimpi Dewa Kwan Kong menambahi kertas ujianmu dengan tulisan yang berbunyi : " Memberikan mantel untuk nyonya muda, dibawah sinar lilin membaca buku sama seperti diriku. " Esok harinya begitu saya terbangun, kertas ujianmu itu ternyata telah berada di bagian yang lulus ujian. Maka saya berpikir bahwa kali ini kamu bisa lulus ujian, pasti kamu telah memupuk kebajikan yang besar barulah bisa mendapatkan bantuan dari Dewa Kuan Seng Ti Cin. Dapatkah kamu memberitahu kepadaku, perbuatan baik apakah yang telah kamu lakukan ?
Ditanya demikian, Lim Tek Yin menjadi teringat akan kejadian di sungai Wu Sung, dimana dia telah menolong seorang nyonya muda dan kemudian dia menceritakan peristiwa itu kepada pengawas ujian itu.
Begitu selesai bercerita, mendadak salah satu temannya itu berlutut dihadapannya seraya berkata : " Nyonya yang terjatuh dari lantai atas itu adalah istri saya ! Waktu itu karena ada urusan, maka saya tidak berada di rumah. Begitu pulang, ternyata ruamhku sudah habis dilalap api. Seorang dayang-dayang muda serta seorang pelayan tua tewas di lantai bawah dan saya mendengar ada orang yang mengatakan bahwa istri saya pun telah terjatuh dari lantai atas dan tewas terbakar. Saat itu saya benar-benar merasa amat sedih.
Keesokan harinya, istri saya mendadak pulang ke rumah, namun melihat pakaiannya yang sembraut, saya menjadi curiga dan menuduh dia bermain zinah diluar, lalu saya memarahinya. Akhirnya saya memutuskan utnuk menceraikannya. Setelah mendengar ceritamu tadi, saya menjadi sadar bahwa saya telah salah menduga yang bukan-bukan terhadap istri saya. Sungguh tidak disangka, anda bukan hanya menolong jiwanya, malah sekaligus menjaga kesuciannya. Budi besar anda ini selamanya tidak akan kami lupakan !.
Setelah mengikuti perbincangan mereka, pengawas ujian itu amat mengagumi sikap Teng Yin yang tahan terhadap godaan kecantikan serta dapat menjaga kesucian nyonya itu, sehingga dia memperoleh Berkah dari Yang Maha Kuasa yang mana tiada batasnya. Temannya itu dengan segera pergi menjemput kembali istrinya yang telah disalah tuduh olehnya dan akhirnya mereka berdua hidup rukun kembali seperti dulu.
Setahun kemudian Lim Teng Yin dan temannya tepilih menjadi pejabat istana. Karena melihat Lim Teng Yin belum menikah, maka perdana menteri He yang merasa kagum terhadap keperibadiannya menjodohkannya dengan seorang wanita yang baik kepadanya. Tidak lama kemudian Lim Teng Yin berhasil menjabat sebagai wakil perdana menteri.
Sewaktu kedua putranya yang masih berusia muda itu berhasil lulus ujian negara dan menjadi pejabat di istana, Lim Teng Yin telah naik pangkat menjadi perdana menteri. Ini semua terjadi hanya karena satu niatnya yang lurus dan bersih sehingga mendapat Berkah dari perbuatan baiknya.
Sastrawan Po Yin Ci membuat sebuah syair yang berbunyi :
Dibawah sinar lilin menjaga kesucian orang,
Hanya pada Dinasti Sung ada seorang pelajar yang bernama Lim Tek Yin, dia meneladani kebajikan dari para suci. Sikapnya yang arif mengharuhkan hati Kuan Seng Ti Cin.
Lim Tek Yin berasal dari propinsi Ciang Nan. Ada satu kali dia menempuh perjalanan yang jauh untuk mengikuti ujian kecamatan. Sesamapinya di sungai Wu Sung, dia bermalam di sebuah perahu. Pada saat tengah malam, tiba-tiba terjadi kebakaran di sebuah rumah dan ada seorang nyonya muda yang melompat keluar dari jendela tingkat atas dan secara kebetulan jatuh tepat di atas perahunya. Melihat nyonya muda itu hanya memakai pakaian dalam, dia segera memberikan mantelnya kepada nyonya muda itu untuk menahan hawa dingin dan dia juga berpikir apabila sang nakhoda perahu melihat kehadiran nyonya muda itu tentu akan timbul niat jahat. Maka sepanjang malam dia tidak berani tidur dan di bawah sianar lilin dia membaca buku.
Setelah matahari terbit, Lim Tek Yin mengantar nyonya muda itu sampai ke pinggir sungai dan menyuruhnya kembali ke rumahnya sendiri. Barulah dia berlayar menuju ke kota untuk menngikuti ujian. Sewaktu hasil ujian diumumkan, ternyata namanya tertera disana. Dia lalu bersama dengan teman-temannya yang juga lulus ujian pergi menghadap pengawas ujian.
Pengawas itu lalu berkata kepadanya, " Di saat saat memeriksa kertas ujianmu itu karena karanganmu kurang begitu bagus, maka saya menaruhnya di samping. Tetapi pada malam itu juga saya bermimpi Dewa Kwan Kong menambahi kertas ujianmu dengan tulisan yang berbunyi : " Memberikan mantel untuk nyonya muda, dibawah sinar lilin membaca buku sama seperti diriku. " Esok harinya begitu saya terbangun, kertas ujianmu itu ternyata telah berada di bagian yang lulus ujian. Maka saya berpikir bahwa kali ini kamu bisa lulus ujian, pasti kamu telah memupuk kebajikan yang besar barulah bisa mendapatkan bantuan dari Dewa Kuan Seng Ti Cin. Dapatkah kamu memberitahu kepadaku, perbuatan baik apakah yang telah kamu lakukan ?
Ditanya demikian, Lim Tek Yin menjadi teringat akan kejadian di sungai Wu Sung, dimana dia telah menolong seorang nyonya muda dan kemudian dia menceritakan peristiwa itu kepada pengawas ujian itu.
Begitu selesai bercerita, mendadak salah satu temannya itu berlutut dihadapannya seraya berkata : " Nyonya yang terjatuh dari lantai atas itu adalah istri saya ! Waktu itu karena ada urusan, maka saya tidak berada di rumah. Begitu pulang, ternyata ruamhku sudah habis dilalap api. Seorang dayang-dayang muda serta seorang pelayan tua tewas di lantai bawah dan saya mendengar ada orang yang mengatakan bahwa istri saya pun telah terjatuh dari lantai atas dan tewas terbakar. Saat itu saya benar-benar merasa amat sedih.
Keesokan harinya, istri saya mendadak pulang ke rumah, namun melihat pakaiannya yang sembraut, saya menjadi curiga dan menuduh dia bermain zinah diluar, lalu saya memarahinya. Akhirnya saya memutuskan utnuk menceraikannya. Setelah mendengar ceritamu tadi, saya menjadi sadar bahwa saya telah salah menduga yang bukan-bukan terhadap istri saya. Sungguh tidak disangka, anda bukan hanya menolong jiwanya, malah sekaligus menjaga kesuciannya. Budi besar anda ini selamanya tidak akan kami lupakan !.
Setelah mengikuti perbincangan mereka, pengawas ujian itu amat mengagumi sikap Teng Yin yang tahan terhadap godaan kecantikan serta dapat menjaga kesucian nyonya itu, sehingga dia memperoleh Berkah dari Yang Maha Kuasa yang mana tiada batasnya. Temannya itu dengan segera pergi menjemput kembali istrinya yang telah disalah tuduh olehnya dan akhirnya mereka berdua hidup rukun kembali seperti dulu.
Setahun kemudian Lim Teng Yin dan temannya tepilih menjadi pejabat istana. Karena melihat Lim Teng Yin belum menikah, maka perdana menteri He yang merasa kagum terhadap keperibadiannya menjodohkannya dengan seorang wanita yang baik kepadanya. Tidak lama kemudian Lim Teng Yin berhasil menjabat sebagai wakil perdana menteri.
Sewaktu kedua putranya yang masih berusia muda itu berhasil lulus ujian negara dan menjadi pejabat di istana, Lim Teng Yin telah naik pangkat menjadi perdana menteri. Ini semua terjadi hanya karena satu niatnya yang lurus dan bersih sehingga mendapat Berkah dari perbuatan baiknya.
Sastrawan Po Yin Ci membuat sebuah syair yang berbunyi :
Dibawah sinar lilin menjaga kesucian orang,
Kwan Kong memberinya jubah emas ungu,
Mendapat pangkat serta seorang istri bijak,
Menjabat sebagai seorang perdana menteri,
Nama harum dikenang sepanjang masa.
Tidak ada komentar:
Write komentar