Setiap orang memiliki sudut pandang dan opini. Setiap orang punya konsep
nilai yang berbeda. Anak kita saja belum tentu bisa memahami rencana
yang kita buat untuknya. Anak kembar yang lahir dalam bulan, hari dan
waktu yang sama saja bisa beda karakter bagai langit dan bumi.
Dengan menjadikan orang lain sebagai orang lain membuat kita lebih bisa menghargai perbedaan dan keberagaman. Tidak memaksakan kehendak. Lebih bertoleransi, luwes dan proaktif. Lebih bisa bekerja sama. Sehingga banyak perselisihan dan pertentangan dapat dihindari.
Dengan merefleksi diri menjadi orang lain membantu kita keluar dari bingkai perasaan dan pikiran kita yang egois, sombong dan tak tahu bersyukur.
Ketika Anda melihat pengemis kurus dan lapar yang merintih meminta minta di pinggir jalan, bagaimana perasaan Anda kalau Anda menjadi pengemis itu? Mampukah Anda menerima hidup yang malang, hina dan kesepian ini dengan tabah dan sabar?
Ketika Anda melihat penderita gagal ginjal yang harus cuci darah tiga kali seminggu, atau mereka yang karena stroke lumpuh total, atau penderita kanker stadium ketiga yang pucat dan rontok rambut karena kemo, bagaimana hati Anda kalau Anda menjadi mereka? Kuatkah Anda menerima hidup yang penuh deraan kesakitan ini?
Ketika Anda melihat korban bencana, yang menangis histeris karena kehilangan anak-isteri tercinta dan semua harta benda, bagaimana perasaan Anda kalau Anda menjadi mereka? Kuatkah Anda menerima goncangan dan pukulan yang begitu dasyat ini?
Ketika Anda melihat orang-orang buta, yang buntung kedua kaki atau tangan, atau yang idiot, bagaimana jiwa Anda kalau Anda menjadi mereka?
Sang Buddha mengajar kita untuk merefleksi diri ke dalam berbagai bentuk kehidupan yang kita temui. Merefleksilah ketika Anda melihat sapi dan kerbau yang bekerja keras menarik kereta berat sambil menahan sakit karena cambuk.
Merefleksilah kala Anda melihat anjing dekil yang dilempar batu disana sini, atau babi yang segenap hidup dikerangkeng dalam kandang yang sempit dan kotor.
Merefleksilah ke dalam diri, Jadilah orang lain atau kehidupan mahluk lain maka runtuhlah kesombongan dan kegoisan diri! Barulah sadar kalau kita harus bersyukur!
Orang cenderung merasa diri paling benar sebab orang tak bisa melihat diri sendiri dengan jelas, terutama tak bisa melihat diri sendiri dari semua arah. Anda tak bisa melihat punggung atau tengkuk Anda.
Kita merasa tubuh kita tegap tapi dimata orang badan kita bungkuk, bahu kita miring, jalannya kita sempoyongan tapi kita tidak menyadarinya!
Apa yang menurut Anda benar boleh jadi adalah sebuah kesalahan fatal! Anda baru bisa mengetahuinya kalau Anda mau menjadi orang lain untuk melihat diri Anda!
Seorang suami yang bijak harus melihat dirinya dari kaca mata Isterinya.
Seorang majikan yang baik akan menilai dirinya dari mata karyawannya. Kalau karyawan yang dengan gaji pas-pasan bisa memuji, itu majikan luar biasa!
Seorang guru yang baik akan mengajar dengan mengacu pada kebutuhan muridnya bukan kebutuhan dirinya sendiri.
Seorang raja yang bijak akan memimpin dengan mendengar suara rakyatnya bukan bertindak sewenang wenang dengan kuasanya.
Begitulah hukumnya, penonton melihat lebih jelas dari si pemain.
Melihat diri sendiri dari posisi sendiri itu biasa.
Melihat diri sendiri dari posisi orang lain itu luar biasa!
Jadikanlah dirimu sebagai orang lain…
Dengan menjadikan orang lain sebagai orang lain membuat kita lebih bisa menghargai perbedaan dan keberagaman. Tidak memaksakan kehendak. Lebih bertoleransi, luwes dan proaktif. Lebih bisa bekerja sama. Sehingga banyak perselisihan dan pertentangan dapat dihindari.
Dengan merefleksi diri menjadi orang lain membantu kita keluar dari bingkai perasaan dan pikiran kita yang egois, sombong dan tak tahu bersyukur.
Ketika Anda melihat pengemis kurus dan lapar yang merintih meminta minta di pinggir jalan, bagaimana perasaan Anda kalau Anda menjadi pengemis itu? Mampukah Anda menerima hidup yang malang, hina dan kesepian ini dengan tabah dan sabar?
Ketika Anda melihat penderita gagal ginjal yang harus cuci darah tiga kali seminggu, atau mereka yang karena stroke lumpuh total, atau penderita kanker stadium ketiga yang pucat dan rontok rambut karena kemo, bagaimana hati Anda kalau Anda menjadi mereka? Kuatkah Anda menerima hidup yang penuh deraan kesakitan ini?
Ketika Anda melihat korban bencana, yang menangis histeris karena kehilangan anak-isteri tercinta dan semua harta benda, bagaimana perasaan Anda kalau Anda menjadi mereka? Kuatkah Anda menerima goncangan dan pukulan yang begitu dasyat ini?
Ketika Anda melihat orang-orang buta, yang buntung kedua kaki atau tangan, atau yang idiot, bagaimana jiwa Anda kalau Anda menjadi mereka?
Sang Buddha mengajar kita untuk merefleksi diri ke dalam berbagai bentuk kehidupan yang kita temui. Merefleksilah ketika Anda melihat sapi dan kerbau yang bekerja keras menarik kereta berat sambil menahan sakit karena cambuk.
Merefleksilah kala Anda melihat anjing dekil yang dilempar batu disana sini, atau babi yang segenap hidup dikerangkeng dalam kandang yang sempit dan kotor.
Merefleksilah ke dalam diri, Jadilah orang lain atau kehidupan mahluk lain maka runtuhlah kesombongan dan kegoisan diri! Barulah sadar kalau kita harus bersyukur!
Orang cenderung merasa diri paling benar sebab orang tak bisa melihat diri sendiri dengan jelas, terutama tak bisa melihat diri sendiri dari semua arah. Anda tak bisa melihat punggung atau tengkuk Anda.
Kita merasa tubuh kita tegap tapi dimata orang badan kita bungkuk, bahu kita miring, jalannya kita sempoyongan tapi kita tidak menyadarinya!
Apa yang menurut Anda benar boleh jadi adalah sebuah kesalahan fatal! Anda baru bisa mengetahuinya kalau Anda mau menjadi orang lain untuk melihat diri Anda!
Seorang suami yang bijak harus melihat dirinya dari kaca mata Isterinya.
Seorang majikan yang baik akan menilai dirinya dari mata karyawannya. Kalau karyawan yang dengan gaji pas-pasan bisa memuji, itu majikan luar biasa!
Seorang guru yang baik akan mengajar dengan mengacu pada kebutuhan muridnya bukan kebutuhan dirinya sendiri.
Seorang raja yang bijak akan memimpin dengan mendengar suara rakyatnya bukan bertindak sewenang wenang dengan kuasanya.
Begitulah hukumnya, penonton melihat lebih jelas dari si pemain.
Melihat diri sendiri dari posisi sendiri itu biasa.
Melihat diri sendiri dari posisi orang lain itu luar biasa!
Jadikanlah dirimu sebagai orang lain…
Tidak ada komentar:
Write komentar