|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Selasa, 17 April 2012

Pendidikan Etika Moral Di Zaman Tiongkok Kuno

 

Seorang sarjana zaman dahulu pernah berkata, “Saat membentuk sebuah negara atau mendidik seseorang, mengajar adalah yang utama.” 

Budaya Tionghoa sebenarnya didirikan di atas kehidupan luhur. Oleh karena itu, semua orang termasuk kaisar menganggap kultivasi diri sebagai dasar dalam menjalani hidup yang sukses.

Mengajar berarti mendidik orang. Bagian paling penting dari mengajar adalah untuk menumbuhkan kebajikan yang mulia. 

Hal itu, sebagaimana dinyatakan dalam Analect of Confusius ( Lun Yu ), “Belajar pengetahuan bukanlah akar dari pengajaran. Yang utama adalah untuk mengkultivasi kebajikan, seperti sikap bakti, kasih persaudaraan, belas kasih, rasa hormat, dan ketulusan. Jika waktu memungkinkan, orang dapat mempelajari beberapa pengetahuan lain setelah itu.”

Kitab Ajaran Besar atau Da Xue, yang aslinya adalah satu bab dalam Buku Ritual atau Lǐjė, konon ditulis oleh murid-murid Konfusius. Ajaran Besar, Doktrin Jalan Tengah yang juga termasuk dalam Buku Ritual, The Analects of Confucius, dan The Mencius bersama-sama membentuk Empat Buku pada masa sarjana berikutnya.

Pada zaman Tiongkok kuno, anak-anak mulai bersekolah ketika mereka berusia delapan tahun. Mereka diajarkan aturan perilaku dasar dan keterampilan hidup, termasuk cara menyapa seseorang dan bagaimana melakukan pekerjaan rumah tangga sehari-hari. Mereka juga mempelajari bidang musik, memanah, kaligrafi China, dan matematika.

Ketika mereka berusia 15 tahun, mereka mempelajari bentuk pendidikan yang lebih tinggi, yang mensyaratkan untuk mempelajari cara meluruskan hati, kultivasi diri, mengurus keluarga, dan ilmu pemerintahan. Mereka melakukan ini agar menjadi individu yang terkultivasi-baik dengan karakter yang mulia.

Pendidikan pada zaman kuno, Mereka menekankan kultivasi diri dalam segala hal yang anak-anak lakukan termasuk hubungan pribadi, masalah antar negara, dan memerintah negara.

Kalimat pertama dalam Ajaran Besar menyatakan bahwa tujuan pembelajaran adalah, “Untuk menumbuhkan kebajikan besar yang diberkati oleh langit dan mencapai tingkat keadaan jiwa yang penuh belas kasih.” Belas kasih bisa sangat berguna dalam memimpin orang. Untuk memimpin orang dengan sukses, orang harus dekat dengan mereka dan mengasihi mereka.”

“Kaisar harus berbelas kasih; seorang pejabat harus menghormati kaisar; anak harus berbakti kepada orang tuanya; orang tua harus memiliki sifat kasih sayang, dan teman harus tulus satu sama lain. Ketika itu, semua orang berusaha mencapai keadaan jiwa yang penuh belas kasih untuk sesama.”

Dalam Ajaran Besar ada juga dinyatakan bahwa “Mendorong kebajikan muncul setelah memerintah negara, “Memerintah negara muncul setelah mengatur keluarga; dan mengatur keluarga muncul setelah kultivasi diri.”

Kultivasi diri difokuskan kepada kultivasi kebajikan dan nilai etika. Orang kuno mempelajari prinsip materi untuk memperoleh pengetahuan dan mencari Tao (Jalan). Mereka mengkultivasi pikiran mereka, memurnikan hati mereka, dan dengan tulus mengkultivasi diri mereka.

Seseorang dengan kebajikan besar, perilaku lurus, dan pengetahuan akan secara otomatis memiliki kemampuan untuk mengatur keluarganya, memerintah negara, dan memimpin dunia dengan cara damai.

Tujuan pendidikan pada zaman itu adalah untuk membesarkan anak agar menjadi mandiri dan menjadi orang dewasa yang bermartabat dengan kebajikan besar dengan cara kultivasi diri yang sejati. Menilai apakah seseorang itu berkemampuan atau tidak, tidak ada hubungannya dengan usia, pengetahuan, kekuatan, kekayaan, atau kebangsawanan.

Sebaliknya semuanya berhubungan dengan karakternya. Keunggulan Ajaran Besar terletak pada aspek mendorong kebajikan, yaitu mensyaratkan orang untuk menghapus sifat negatif dari pikiran mereka dan terus-menerus meningkatkan standar moral mereka.

Dengan demikian, orang bijak berdiri di antara langit dan bumi dengan bermartabat. Dia penuh belas kasih, bijaksana, dan berani. Seberapa besar tanggung jawab yang bisa diemban seseorang tergantung pada seberapa luas hatinya, seberapa besar kebajikannya, dan seberapa baik bakat dasarnya.

Sebuah keluarga, negara, atau dunia, meskipun berbeda cakupannya, mengikuti prinsip yang sama. Dengan demikian, makmur atau merosot, dan berhasil atau gagalnya pengelolaan sebuah keluarga, negara, atau dunia, semua terkait erat dengan kultivasi seseorang.

Prinsip ini dapat diperluas dan berlaku untuk memerintah negara dan memimpin dunia dengan damai. Seseorang yang pengasih, ketika memimpin orang, haruslah penuh belas kasih. Oleh karena itu, orang yang berkultivasi dengan baik, orang yang mulia dapat mengelola keluarganya dengan baik dan juga dapat memerintah negara dengan baik.

Orang itu pasti akan merekrut orang-orang berbakat dengan kebajikan besar dan memimpin dunia dengan damai. Jika semua orang menekankan pentingnya kultivasi diri, mengemban tanggung jawab pribadinya, dan dari diri sendiri melakukan dengan baik, maka dunia akan damai.

Sebaliknya, jika tidak ada yang mengkultivasi dirinya sendiri tapi selalu memikirkan bagaimana mengontrol orang lain, mereka tidak akan bisa meningkat. Akibatnya, pejabat di posisi yang lebih tinggi akan memiliki kebajikan atau kemampuan yang sangat rendah dan secara terus menerus mengandalkan penindasan dan penyiksaan untuk memerintah orang.

Di Tiongkok kuno, banyak orang menitik-beratkan pada kebajikan. Mereka merangkul seluruh dunia, memikirkan negara dan rakyat mereka, dan mencari Jalan Besar untuk hidup mereka.

Tidak ada komentar:
Write komentar