Seorang sarjana zaman dahulu pernah berkata, “Saat membentuk sebuah
negara atau mendidik seseorang, mengajar adalah yang utama.”
Budaya Tionghoa sebenarnya didirikan di atas kehidupan luhur. Oleh
karena itu, semua orang termasuk kaisar menganggap kultivasi diri
sebagai dasar dalam menjalani hidup yang sukses.
Mengajar berarti
mendidik orang. Bagian paling penting dari mengajar adalah untuk
menumbuhkan kebajikan yang mulia.
Hal itu, sebagaimana dinyatakan dalam Analect of Confusius
( Lun Yu ), “Belajar pengetahuan bukanlah akar dari pengajaran. Yang utama
adalah untuk mengkultivasi kebajikan, seperti sikap bakti, kasih
persaudaraan, belas kasih, rasa hormat, dan ketulusan. Jika waktu
memungkinkan, orang dapat mempelajari beberapa pengetahuan lain setelah
itu.”
Kitab Ajaran Besar atau Da Xue, yang aslinya adalah satu bab dalam Buku Ritual atau Lǐjė, konon ditulis oleh murid-murid Konfusius. Ajaran Besar, Doktrin Jalan Tengah yang juga termasuk dalam Buku Ritual, The Analects of Confucius, dan The Mencius bersama-sama membentuk Empat Buku pada masa sarjana berikutnya.
Pada zaman Tiongkok kuno, anak-anak mulai bersekolah ketika mereka berusia delapan tahun. Mereka diajarkan aturan perilaku dasar dan keterampilan hidup, termasuk cara menyapa seseorang dan bagaimana melakukan pekerjaan rumah tangga sehari-hari. Mereka juga mempelajari bidang musik, memanah, kaligrafi China, dan matematika.
Ketika mereka berusia 15 tahun, mereka mempelajari bentuk pendidikan yang lebih tinggi, yang mensyaratkan untuk mempelajari cara meluruskan hati, kultivasi diri, mengurus keluarga, dan ilmu pemerintahan. Mereka melakukan ini agar menjadi individu yang terkultivasi-baik dengan karakter yang mulia.
Kitab Ajaran Besar atau Da Xue, yang aslinya adalah satu bab dalam Buku Ritual atau Lǐjė, konon ditulis oleh murid-murid Konfusius. Ajaran Besar, Doktrin Jalan Tengah yang juga termasuk dalam Buku Ritual, The Analects of Confucius, dan The Mencius bersama-sama membentuk Empat Buku pada masa sarjana berikutnya.
Pada zaman Tiongkok kuno, anak-anak mulai bersekolah ketika mereka berusia delapan tahun. Mereka diajarkan aturan perilaku dasar dan keterampilan hidup, termasuk cara menyapa seseorang dan bagaimana melakukan pekerjaan rumah tangga sehari-hari. Mereka juga mempelajari bidang musik, memanah, kaligrafi China, dan matematika.
Ketika mereka berusia 15 tahun, mereka mempelajari bentuk pendidikan yang lebih tinggi, yang mensyaratkan untuk mempelajari cara meluruskan hati, kultivasi diri, mengurus keluarga, dan ilmu pemerintahan. Mereka melakukan ini agar menjadi individu yang terkultivasi-baik dengan karakter yang mulia.
Pendidikan pada zaman kuno, Mereka menekankan kultivasi diri dalam
segala hal yang anak-anak lakukan termasuk hubungan pribadi, masalah
antar negara, dan memerintah negara.
Kalimat pertama dalam Ajaran Besar menyatakan bahwa tujuan pembelajaran adalah, “Untuk menumbuhkan kebajikan besar yang diberkati oleh langit dan mencapai tingkat keadaan jiwa yang penuh belas kasih.” Belas kasih bisa sangat berguna dalam memimpin orang. Untuk memimpin orang dengan sukses, orang harus dekat dengan mereka dan mengasihi mereka.”
“Kaisar harus berbelas kasih; seorang pejabat harus menghormati kaisar; anak harus berbakti kepada orang tuanya; orang tua harus memiliki sifat kasih sayang, dan teman harus tulus satu sama lain. Ketika itu, semua orang berusaha mencapai keadaan jiwa yang penuh belas kasih untuk sesama.”
Dalam Ajaran Besar ada juga dinyatakan bahwa “Mendorong kebajikan muncul setelah memerintah negara, “Memerintah negara muncul setelah mengatur keluarga; dan mengatur keluarga muncul setelah kultivasi diri.”
Kultivasi diri difokuskan kepada kultivasi kebajikan dan nilai etika. Orang kuno mempelajari prinsip materi untuk memperoleh pengetahuan dan mencari Tao (Jalan). Mereka mengkultivasi pikiran mereka, memurnikan hati mereka, dan dengan tulus mengkultivasi diri mereka.
Kalimat pertama dalam Ajaran Besar menyatakan bahwa tujuan pembelajaran adalah, “Untuk menumbuhkan kebajikan besar yang diberkati oleh langit dan mencapai tingkat keadaan jiwa yang penuh belas kasih.” Belas kasih bisa sangat berguna dalam memimpin orang. Untuk memimpin orang dengan sukses, orang harus dekat dengan mereka dan mengasihi mereka.”
“Kaisar harus berbelas kasih; seorang pejabat harus menghormati kaisar; anak harus berbakti kepada orang tuanya; orang tua harus memiliki sifat kasih sayang, dan teman harus tulus satu sama lain. Ketika itu, semua orang berusaha mencapai keadaan jiwa yang penuh belas kasih untuk sesama.”
Dalam Ajaran Besar ada juga dinyatakan bahwa “Mendorong kebajikan muncul setelah memerintah negara, “Memerintah negara muncul setelah mengatur keluarga; dan mengatur keluarga muncul setelah kultivasi diri.”
Kultivasi diri difokuskan kepada kultivasi kebajikan dan nilai etika. Orang kuno mempelajari prinsip materi untuk memperoleh pengetahuan dan mencari Tao (Jalan). Mereka mengkultivasi pikiran mereka, memurnikan hati mereka, dan dengan tulus mengkultivasi diri mereka.
Seseorang dengan kebajikan besar, perilaku lurus, dan pengetahuan akan
secara otomatis memiliki kemampuan untuk mengatur keluarganya,
memerintah negara, dan memimpin dunia dengan cara damai.
Tujuan pendidikan pada zaman itu adalah untuk membesarkan anak agar menjadi mandiri dan menjadi orang dewasa yang bermartabat dengan kebajikan besar dengan cara kultivasi diri yang sejati. Menilai apakah seseorang itu berkemampuan atau tidak, tidak ada hubungannya dengan usia, pengetahuan, kekuatan, kekayaan, atau kebangsawanan.
Tujuan pendidikan pada zaman itu adalah untuk membesarkan anak agar menjadi mandiri dan menjadi orang dewasa yang bermartabat dengan kebajikan besar dengan cara kultivasi diri yang sejati. Menilai apakah seseorang itu berkemampuan atau tidak, tidak ada hubungannya dengan usia, pengetahuan, kekuatan, kekayaan, atau kebangsawanan.
Sebaliknya semuanya berhubungan dengan karakternya. Keunggulan Ajaran
Besar terletak pada aspek mendorong kebajikan, yaitu mensyaratkan orang
untuk menghapus sifat negatif dari pikiran mereka dan terus-menerus
meningkatkan standar moral mereka.
Dengan demikian, orang bijak berdiri di antara langit dan bumi dengan
bermartabat. Dia penuh belas kasih, bijaksana, dan berani. Seberapa
besar tanggung jawab yang bisa diemban seseorang tergantung pada
seberapa luas hatinya, seberapa besar kebajikannya, dan seberapa baik
bakat dasarnya.
Sebuah keluarga, negara, atau dunia, meskipun berbeda cakupannya, mengikuti prinsip yang sama. Dengan demikian, makmur atau merosot, dan berhasil atau gagalnya pengelolaan sebuah keluarga, negara, atau dunia, semua terkait erat dengan kultivasi seseorang.
Sebuah keluarga, negara, atau dunia, meskipun berbeda cakupannya, mengikuti prinsip yang sama. Dengan demikian, makmur atau merosot, dan berhasil atau gagalnya pengelolaan sebuah keluarga, negara, atau dunia, semua terkait erat dengan kultivasi seseorang.
Prinsip ini dapat diperluas dan berlaku untuk memerintah negara dan
memimpin dunia dengan damai. Seseorang yang pengasih, ketika memimpin
orang, haruslah penuh belas kasih. Oleh karena itu, orang yang
berkultivasi dengan baik, orang yang mulia dapat mengelola keluarganya
dengan baik dan juga dapat memerintah negara dengan baik.
Orang itu pasti akan merekrut orang-orang berbakat dengan kebajikan
besar dan memimpin dunia dengan damai. Jika semua orang menekankan
pentingnya kultivasi diri, mengemban tanggung jawab pribadinya, dan dari
diri sendiri melakukan dengan baik, maka dunia akan damai.
Sebaliknya, jika tidak ada yang mengkultivasi dirinya sendiri tapi
selalu memikirkan bagaimana mengontrol orang lain, mereka tidak akan
bisa meningkat. Akibatnya, pejabat di posisi yang lebih tinggi akan
memiliki kebajikan atau kemampuan yang sangat rendah dan secara terus
menerus mengandalkan penindasan dan penyiksaan untuk memerintah orang.
Di Tiongkok kuno, banyak orang menitik-beratkan pada kebajikan. Mereka
merangkul seluruh dunia, memikirkan negara dan rakyat mereka, dan
mencari Jalan Besar untuk hidup mereka.
Tidak ada komentar:
Write komentar