|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Minggu, 13 Mei 2012

Etika Pemakaman Tradisional China Bag. 1

 


Penguburan orang mati selalu menjadi masalah yang sangat serius di masyarakat China. Pemakaman yang tidak benar diyakini menyebabkan nasib buruk untuk keluarga yang ditinggalkan. Upacara pemakaman China dan adat penguburan ditentukan oleh usia, cara kematian, status dan posisi dalam masyarakat dan status perkawinan almarhum.

Menurut adat China, orang yang lebih tua tidak harus menunjukkan rasa hormat pada yang lebih muda. Jadi, jika yang meninggal adalah bujangan muda, maka tubuhnya tidak dapat dibawa pulang namun disemayamkan di rumah duka.

Orang tuanya tidak dapat memberikan doa untuk anak mereka, karena ia belum menikah dan ia tidak memiliki anak untuk melakukan ritual ini. Jika bayi atau anak meninggal maka tidak dilakukan upacara pemakaman, karena penghormatan tidak dapat diberikan kepada orang muda, maka anak-anak  dimakamkan secara diam-diam.

Persiapan pemakaman sering dimulai sebelum terjadi kematian. Ketika terjadi suatu kematian, maka di dalam keluarga semua patung dewa yang ada di rumah akan ditutup dengan kertas merah dan cermin disembunyikan dari pandangan.

Tindakan itu dilakukan karena diyakini bahwa seseorang yang melihat refleksi dari peti mati di cermin akan segera mendapat kematian dalam keluarga mereka sendiri. Sebuah kain putih akan digantung di ambang pintu rumah dan sebuah gong diletakkan di pintu masuk sebelah kiri, jika yang meninggal adalah laki-laki dan diletakkan di pintu sebelah kanan jika yang meninggal adalah wanita.

Sebelum ditempatkan dalam peti mati, maka mayat tersebut dibersihkan dengan handuk lembab, ditaburi bedak dan mengenakan pakaian terbaik mereka. Badan berpakaian lengkap, termasuk sepatu, dan kosmetik jika perempuan, tetapi tidak mengenakan pakaian merah ( karena hal ini akan menyebabkan mayat menjadi hantu ).

Sedangkan pakaian lazimnya adalah pakaian berwarna putih, hitam, coklat atau biru.  Warna-warna itu yang biasa dikenakan pada pakaian orang yang meninggal. Sebelum ditempatkan dalam peti mati, wajah mayat itu ditutupi dengan kain kuning dan tubuh dengan kain yang biru muda.

Persemayaman

Peti mati ditempatkan dalam rumah sendiri, jika orang yang telah meninggal di rumah, atau di halaman luar rumah jika orang yang meninggal itu jauh dari rumah. Peti mati ditempatkan dengan kepala almarhum dihadapkan kedalam rumah peristirahatan sekitar satu kaki dari tanah pada dua bangku, dan karangan bunga, hadiah dan potret atau foto dari almarhum ditempatkan di kepala peti mati.

Peti mati tidak tertutup rapat selama persemayaman. Makanan ditempatkan di depan peti mati sebagai persembahan kepada almarhum. Sisir almarhum akan dipotong menjadi dua bagian, satu bagian ditempatkan dalam peti mati, satu bagian disimpan oleh keluarga.

Selama persemayaman, keluarga tidak boleh memakai perhiasan atau pakaian merah karena merah adalah warna kebahagiaan. Secara tradisional, anak dan cucu dari almarhum tidak boleh memotong rambut mereka selama empat puluh sembilan hari setelah tanggal kematian, tetapi kebiasaan ini biasanya hanya ditemukan pada generasi tua Tionghoa.

Ini adalah adat kerabat sedarah dan menantu untuk meratap dan menangis selama berkabung sebagai tanda hormat dan kesetiaan kepada almarhum.

Pada persemayaman, keluarga almarhum berkumpul di sekitar peti, diposisikan sesuai dengan peran mereka dalam keluarga. Pakaian khusus dipakai: anak-anak dan menantu perempuan memakai hitam ( menandakan bahwa mereka paling berduka ), cucu biru dan cucu keluarga besar warna biru muda.

Menantu laki memakai pakaian warna-warna cerah seperti putih, karena mereka dianggap keluarga luar. Anak-anak dan menantu perempuan juga memakai kerudung kain di kepala. Anak sulung duduk di bahu kiri orang tuanya dan pasangan almarhum di sebelah kanan. Kemudian saudara harus merangkak di lutut mereka terhadap peti mati.

Sebuah altar, ditaruh untuk tempat pembakaran dupa dan lilin putih yang menyala, di kaki peti mati. Kertas harum dan uang doa diberikan kepada almarhum sebagai bekal yang cukup di akhirat dan dibakar terus-menerus sepanjang persemayaman. Tamu diminta menyalakan dupa dan membungkuk kepada almarhum sebagai tanda hormat kepada keluarga.

Juga akan ada kotak sumbangan, karena uang selalu ditawarkan sebagai tanda menghormati keluarga almarhum.  Disamping juga dapat membantu keluarga membiayai biaya pemakaman. Lama persemayaman tergantung pada sumber daya keuangan keluarga, setidaknya sehari untuk memberikan waktu bagi doa-doa yang akan disampaikan.

Saat peti mati berada di rumah, seorang biksu akan melantunkan ayat-ayat suci Buddha atau Tao di malam hari. Hal ini diyakini bahwa jiwa-jiwa orang mati banyak menemui hambatan dan bahkan siksaan dan kesengsaraan, atas dosa-dosa yang mereka lakukan dalam hidup. Sebelum mereka diizinkan untuk mengambil tempat mereka di akhirat maka doa, nyanyian dan ritual yang ditawarkan oleh para biarawan akan bisa membantu untuk memperlancar roh almarhum ke surga. Doa-doa ini disertai dengan iringan musik seruling, gong dan terompet.

Bersambung ke : Bagian 2

Tidak ada komentar:
Write komentar