Seperti
yang dikutip dari kitab kuno, Tradisi perlombaan perahu naga sudah ada sejak
zaman Zhan Guo (Periode Negara Berperang, 475 SM - 221 SM). Sebenarnya
asal usul festival perahu naga ini yang disebut juga Festival Duanwu ( 端午节) dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 5 bulan 5 dari kalender Imlek.
Festival Duan Wu yang disebut juga festival perahu naga merupakan salah satu festival tradisional tertua di China yang juga disebut Duan Wu Jie atau Duan Yang Jie. Selain itu, ada nama lain, seperti : Double 5 Festival, Festival Bath, Festival Putri, Festival Penyair dan sebagainya. Jadi, tidak hanya bagian yang berbeda, tetapi juga adat istiadat yang berbeda. Tahun ini jatuh pada tanggal 23 Juni 2012 bermula dari sekitar 2500 tahun yang lalu ketika para penganut kepercayaan yang ada mempercayai bahwa pertandingan perahu dapat membawa kemakmuran dan kesuburan tanaman.
Perayaan perahu naga selalu menjadi simbol dalam semangat dan kebudayaan bangsa China. Ini merupakan salah satu dari perayaan besar yang diadakan setiap tahun, dan saat ini bisa disaksikan dari seluruh penjuru dunia. Berpartisipasi dalam perayaan perahu naga, baik sebagai peserta ataupun penonton, merupakan sesuatu yang menyenangkan dan dapat dinikmati oleh setiap orang.
Festival Duan Wu yang disebut juga festival perahu naga merupakan salah satu festival tradisional tertua di China yang juga disebut Duan Wu Jie atau Duan Yang Jie. Selain itu, ada nama lain, seperti : Double 5 Festival, Festival Bath, Festival Putri, Festival Penyair dan sebagainya. Jadi, tidak hanya bagian yang berbeda, tetapi juga adat istiadat yang berbeda. Tahun ini jatuh pada tanggal 23 Juni 2012 bermula dari sekitar 2500 tahun yang lalu ketika para penganut kepercayaan yang ada mempercayai bahwa pertandingan perahu dapat membawa kemakmuran dan kesuburan tanaman.
Perayaan perahu naga selalu menjadi simbol dalam semangat dan kebudayaan bangsa China. Ini merupakan salah satu dari perayaan besar yang diadakan setiap tahun, dan saat ini bisa disaksikan dari seluruh penjuru dunia. Berpartisipasi dalam perayaan perahu naga, baik sebagai peserta ataupun penonton, merupakan sesuatu yang menyenangkan dan dapat dinikmati oleh setiap orang.
Warga dapat menyaksikan perahu-perahu yang beraneka warna, dengan
dihiasi kepala naga, ekor naga dan lukisan sepanjang badan perahu. Juga
dapat menyaksikan para peserta yang berusaha sekuat tenaga untuk menjadi
yang pertama sampai pada garis akhir.
Penonton yang berteriak dan memberi semangat bagi perahu pilihan
mereka, sementara itu pemukul gendang memukul gendangnya dan berteriak
untuk memberikan semangat dan menyelaraskan irama dayung bagi setiap
peserta dalam perahunya. Perayaan ini jangan diharapkan sebagai suatu
perayaan yang tenang, namun sebuah perayaan yang ceria dan menyenangkan,
sebuah pesta besar.
Perahu naga memiliki aneka warna, dengan dihiasi kepala naga, ekor naga dan lukisan sepanjang badan perahu. Dengan diiringi tabuh genderang mereka berlomba mendayung sampan tunggal kayu yang terbentuk bagaikan naga, acara penghibur tersebut merupakan salah satu acara di dalam ritual penghormatan kepada Dewata. Kemudian, perlombaan perahu naga menyebar dan digemari di berbagai negara, termasuk Indonesia, Jepang, Vietnam, Inggris dan lain-lain.
Asal usul Festival Duanwu diyakini berasal dari tradisi rakyat dan mitos yang terhubung dengan ketaatan yang memiliki banyak ucapan seperti : untuk
memperingati Qu Yuan, untuk memperingati Wu Zixu, untuk memperingati
Cao'e dan sebagainya. Konon setelah Qu Yuan seorang penyair dan negarawan dari kerajaan Chu selama periode Negara Perang di 278 SM bunuh diri, masyarakat Negara Chu saling berebut
mendayung perahu untuk berusaha memberikan pertolongan dan mengejar hingga ke
Danau Dong Ting.
Selain itu massa yang berperahu juga hendak mengusir ikan-ikan di sungai tersebut agar jazad Qu Yuan tidak sampai dimakan oleh mereka. Kelak, setiap hari kematian Qu Yuan, perlombaan perahu naga menjadi salah satu acara kegiatan perayaan. Lomba tersebut selain marak di Negara Chu juga di Negara Wu dan Yue serta menjadi adat istiadat utama Hari Raya Duan Wu.
Beberapa ritual asli masih dilakukan
sampai saat ini, seperti “membangunkan sang naga” dengan memberikan
tanda titik pada kepala naga disetiap perahu. Perayaan ini dilakukan
untuk memberikan berkah kepada daerah sekitar, para perahu yang
bertanding, dan para pesertanya. Juga memberikan para perahu dan
pesertanya kekuatan dari sang Naga dan berkah dari Dewi Laut.Selain itu massa yang berperahu juga hendak mengusir ikan-ikan di sungai tersebut agar jazad Qu Yuan tidak sampai dimakan oleh mereka. Kelak, setiap hari kematian Qu Yuan, perlombaan perahu naga menjadi salah satu acara kegiatan perayaan. Lomba tersebut selain marak di Negara Chu juga di Negara Wu dan Yue serta menjadi adat istiadat utama Hari Raya Duan Wu.
Perayaan mengambil waktu pada saat musim panas, waktu dimana banyak terjadi bencana dan kematian, dan dimana manusia merasa tidak berdaya atas kekuasaan alam. Pertandingan itu menjadi simbol atas perlawanan manusia menghadapi alam dan pertarungannya melawan musuh-musuh.
Perayaan perahu naga dirayakan pada saat “lima dari lima”, yaitu hari ke-lima dari bulan ke-lima penanggalan China. Merah mendominasi warna dari perahu yang bertanding, karena merah adalah warna dari angka lima dan merupakan simbol dari panas, musim panas, dan api. Panjang dari perahu naga antara 30 sampai 100 kaki, dan cukup lebar untuk menampung dua orang secara sejajar.
Cendekiawan patriot terkenal, Tuan Wen Yiduo di dalam tesisnya “Kajian Duan Wu”
berpendapat: Suku bangsa kuno Yue menjadikan naga sebagai totem mereka, kala
itu karena orang-orang merasa terancam kekuatan alam, beranggapan suatu makhluk
memiliki kekuatan alami supranatural, oleh karena itu menganggap
makhluk-makhluk tersebut adalah leluhur dan dewa pelindung seluruh suku mereka,
yang di zaman kini disebut se bagai “Totem Naga”.
Maka mereka menato makhluk berupa naga pada tubuhnya
dan di atas peralatan sehari-harinya, agar memperoleh perlindungan dari Totem
Naga, demi menunjukkan bahwasanya mereka berstatus “anak naga”, mengokohkan hak
dilindungi bagi dirinya sendiri. Mereka tidak saja bertradisi memotong rambut
dan menato tubuh, bahkan pada setiap tanggal 5 bulan 5 kalender Imlek,
mengadakan sebuah persembahan besar Totem Naga. Di antaranya terdapat
permainan yang mirip dengan perlombaan pada dewasa ini, itulah asal usul tradisi
lomba naga ketika dimulai.
Namun lomba perahu naga bukan hanya adat istiadat orang Yue, tapi suku bangsa lainnya juga memiliki kebiasaan itu, di dalam penemuan benda-benda kuno zaman Zhan Guo dapat terlihat sedikit kecenderungan tersebut, waktu terselenggaranya lomba perahu naga juga sama. Saat ini, Dragon Boat Festival dirayakan di China, Taiwan, Singapura, Malaysia, Indonesia dan beberapa negara lain.
Namun lomba perahu naga bukan hanya adat istiadat orang Yue, tapi suku bangsa lainnya juga memiliki kebiasaan itu, di dalam penemuan benda-benda kuno zaman Zhan Guo dapat terlihat sedikit kecenderungan tersebut, waktu terselenggaranya lomba perahu naga juga sama. Saat ini, Dragon Boat Festival dirayakan di China, Taiwan, Singapura, Malaysia, Indonesia dan beberapa negara lain.
Sekalipun demikian, banyak yang sudah berubah dalam perayaan itu.
Seperti para penonton tidak lagi melemparkan batu kepada perahu
saingannya, dan tidak lagi menenggelamkan satu orang, yang mengejutkan
adalah pengorbanan itu dahulu dianggap sebagai pengorbanan terhadap dewa
dan sebagai tanda keberuntungan.
Perayaan perahu naga saat ini lebih banyak berfungsi sebagai hiburan. Tidak lagi diperuntukkan bagi mengusir kejahatan dan mendatangkan tahun yang baik, tetapi bagi memberikan sedikit hiburan dan pendidikan kepada rakyat tentang sejarah dan kebudayaan bangsa Tionghoa. Sekarang tidak lagi seperti dahulu, yang mana sangat ketakhayulan, namun tetap terdapat kegembiraan dalam perayaan tersebut.
Perayaan perahu naga saat ini lebih banyak berfungsi sebagai hiburan. Tidak lagi diperuntukkan bagi mengusir kejahatan dan mendatangkan tahun yang baik, tetapi bagi memberikan sedikit hiburan dan pendidikan kepada rakyat tentang sejarah dan kebudayaan bangsa Tionghoa. Sekarang tidak lagi seperti dahulu, yang mana sangat ketakhayulan, namun tetap terdapat kegembiraan dalam perayaan tersebut.
Tidak ada komentar:
Write komentar