|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Jumat, 22 Juni 2012

Hari Raya Duan Wu

 

Bersama dengan Festival Musim Semi atau Tahun Baru Imlek, Festival Tiongciu  atau Festival Pertengahan Musim Rontok, maka Festival Duan Wu Jie ( 端午节 ) juga merupakan hari raya tradisional yang paling besar di Tiongkok yang disebut juga Hari Raya Duan Wu yang jatuh pada setiap tanggal 5 bulan ke-5 Imlek, yang tahun ini jatuh pada tanggal 23 Juni 2012. 
 
Pada hari tersebut biasanya orang Tionghoa mempersembahkan bacang dan ki cang untuk sembahyang. Tentang asal usulnya, penjelasannya bermacam-macam. Ada yang menganggap bahwa hari raya ini berasal dari kebiasaan rakyat yang merayakan Festival Xiazhi.
Karena pada hari itu, siang hari di belahan utara bumi paling panjang dan malam paling pendek karena sinar matahari pada hari Xiazhi justru tepat di atas garis balik utara.

Ada juga yang menyatakan hari raya Duan Wu berasal dari pemujaan terhadap Dewa Naga, ada yang mengatakan berasal dari peringatan kisah kesetiaan 伍子胥(Wu Zi Xu), ada pula sumber yang mengatakan festival Duan Wu Jie untuk mengenang kisah anak berbakti 曹娥 (Cao E), namun diantaranya yang paling terkenal adalah tentang kisah patriotisme 屈原 (Qu Yuan ). Kebiasaan lainnya pada perayaan ini adalah makan bakcang (mandarin : Zongzi, 粽子).

Bakcang 

Konon, sesudah Qu Yuan meninggal, rakyat Negara Chu sangat bersedih. Mereka berduyun-duyun membanjiri tepi Sungai Miluo untuk melayat Qu Yuan. Seorang nelayan mengeluarkan makanan yang berupa kepalan nasi, telur dan lain sebagainya, “plung, plung…” dicemplungkanlah makanan tersebut ke dalam sungai agar ikan di sungai itu tidak menggerogoti jenazah Qu Yuan. 

Seorang sinshe tua membawa satu guci arak dan menuangkannya ke dalam sungai, dengan harapan memabukkan penghuni sungai yang berupa naga dan sejenisnya agar tidak mengganggu jenazah Qu Yuan. Kemudian lantaran khawatir kepalan nasi itu disantap sang naga sungai, maka orang-orang berpikir dengan membungkusnya menggunakan daun pohon Chinaberry (Melia Azedarach) dan diikat dengan tali/pita berwarna, yang akhirnya berkembang menjadi bakcang yang kita kenal sekarang. 

Lama-kelamaan kegiatan itu menjadi suatu tradisi dan setiap tanggal 5 bulan ke-5 Imlek penduduk setempat pasti mengadakan lomba dayung untuk memperingati Qu Yuan. Kegiatan ini sekarang juga diikuti oleh para peserta dari negara-negara lain. Pada hari Duan Wu atau Pehcun pasti disajikan bacang ( Zongzi, 粽子). Selain bacang, pada hari itu disajikan pula telur bebek asin dan arak. Kedua makanan itu dianggap rakyat berperan sebagai penangkal malapetaka.
 
Bacang sudah sejak lama ditemukan dan banyak macamnya. Menurut kitab kuno, pada masa Chunqiu ada pula yang dimasukkan ke dalam tabung bambu lantas beras dan campuran lauk tersebut dipanggang sampai matang, dinamakan bakcang tabung. Hingga sekarang ini, setiap awal bulan Mei (kalender Imlek) setiap keluarga rakyat China harus merendam beras ketan, mencuci daun pembungkus bakcang dan membuat beraneka ragam bakcang sesuai ciri khas kedaerahan masing-masing. 

Ditilik dari bahan pengisinya, di daerah utara sekitar wilayah Beijing terkenal dengan bakcang Angco (Jujube merah), di selatan terkenal dengan jenis isian: pasta kacang manis, daging segar, ham, kuning telur bebek dan lain sebagainya. Adat kebiasaan makan bakcang, sudah melewati masa ribuan tahun, di China selalu saja kebiasaan itu berjaya, bahkan menyebar sampai ke Korea, Jepang dan beberapa negara Asean.  

Dekorasi dan Bungkusan Penangkal 

Selain makanan, pada hari Peh Cun rakyat Tiongkok mempunyai kebiasaan untuk mendekorasi rumahnya secara khusus. Misalnya setiap rumah akan memasang rumput Aicao dan rumput Caopu, dua tumbuhan obat yang dipercaya bisa berfungsi menangkal malapetaka, dan juga dapat menghalau gangguan nyamuk dan serangga berbisa lainnya yang banyak muncul pada awal musim panas ketika sering turun hujan. 


Selain itu, pada hari Peh Cun biasanya orangtua akan membuat bungkusan bumbu harum yang berbentuk harimau, labu kendi dan sebagainya untuk diberikan kepada anak-anak, dengan harapan anaknya dapat hidup tenteram dan bahagia.


Biasanya anak-anak akan mengenakan kantung mini berisi bahan aroma untuk menolak bala atau menghalau penyakit. Di dalam kantungan aroma tersebut diisi dengan: cinnabar, realgar, pewangi dan lain sebagainya yang dibungkus dengan kain sutera. Aromanya memancar ke segala arah, kemudian  di-simpul dengan benang sutera lima warna, dijadikan berbagai macam bentuk dan diuntai jadi satu, sangat beraneka ragam dan menggemaskan.

Selamat Hari Raya Duan Wu Jie.

1 komentar:
Write komentar
  1. Artikelnya mantap!
    Jadi saya bisa tahu sejarahnya dengan lengkap.
    Thanks ya.

    BalasHapus