Bersama
dengan Festival Musim
Semi
atau Tahun Baru Imlek, Festival Tiongciu
atau Festival Pertengahan Musim Rontok, maka Festival Duan Wu Jie ( 端午节 ) juga merupakan hari
raya tradisional yang
paling
besar di Tiongkok yang disebut juga Hari Raya Duan Wu
yang jatuh pada setiap
tanggal 5
bulan ke-5 Imlek, yang tahun ini jatuh pada tanggal 23 Juni 2012.
Pada hari tersebut biasanya orang Tionghoa mempersembahkan bacang dan ki cang untuk sembahyang. Tentang asal usulnya, penjelasannya
bermacam-macam. Ada yang
menganggap bahwa hari raya ini
berasal dari kebiasaan rakyat
yang merayakan Festival Xiazhi.
Karena pada hari itu, siang hari di belahan utara bumi paling panjang dan malam paling pendek karena sinar matahari pada hari Xiazhi justru tepat di atas garis balik utara.
Ada juga yang menyatakan hari raya Duan Wu berasal dari pemujaan terhadap Dewa Naga, ada yang mengatakan
berasal dari peringatan kisah kesetiaan 伍子胥(Wu Zi Xu), ada pula sumber
yang mengatakan festival Duan Wu Jie untuk mengenang kisah anak berbakti
曹娥 (Cao E), namun diantaranya yang paling terkenal adalah tentang kisah patriotisme 屈原 (Qu Yuan ). Kebiasaan lainnya pada perayaan ini adalah makan bakcang (mandarin : Zongzi,
粽子).Karena pada hari itu, siang hari di belahan utara bumi paling panjang dan malam paling pendek karena sinar matahari pada hari Xiazhi justru tepat di atas garis balik utara.
Bakcang
Konon, sesudah Qu Yuan meninggal, rakyat Negara Chu sangat bersedih. Mereka berduyun-duyun membanjiri tepi Sungai Miluo untuk melayat Qu Yuan. Seorang nelayan mengeluarkan makanan yang berupa kepalan nasi, telur dan lain sebagainya, “plung, plung…” dicemplungkanlah makanan tersebut ke dalam sungai agar ikan di sungai itu tidak menggerogoti jenazah Qu Yuan.
Seorang
sinshe tua membawa satu guci arak dan menuangkannya ke dalam sungai,
dengan harapan memabukkan penghuni sungai yang berupa naga dan
sejenisnya agar tidak mengganggu jenazah Qu Yuan. Kemudian lantaran
khawatir kepalan nasi itu disantap sang naga sungai, maka orang-orang
berpikir dengan membungkusnya menggunakan daun pohon Chinaberry (Melia Azedarach) dan diikat dengan tali/pita berwarna, yang akhirnya berkembang menjadi bakcang yang kita kenal sekarang.
Lama-kelamaan
kegiatan itu menjadi suatu
tradisi dan setiap tanggal 5
bulan ke-5 Imlek penduduk
setempat pasti mengadakan
lomba dayung untuk
memperingati Qu Yuan. Kegiatan
ini sekarang juga diikuti oleh
para peserta dari
negara-negara lain. Pada hari Duan Wu atau
Pehcun pasti disajikan bacang ( Zongzi,
粽子). Selain bacang, pada hari itu disajikan pula telur
bebek asin dan arak. Kedua
makanan itu dianggap rakyat
berperan sebagai penangkal
malapetaka.
Bacang
sudah sejak lama ditemukan dan banyak macamnya. Menurut kitab kuno,
pada masa Chunqiu ada pula yang dimasukkan ke dalam tabung bambu lantas
beras dan campuran lauk tersebut dipanggang sampai matang, dinamakan
bakcang tabung. Hingga sekarang ini, setiap awal bulan Mei (kalender
Imlek) setiap keluarga rakyat China harus merendam beras ketan, mencuci
daun pembungkus bakcang dan membuat beraneka ragam bakcang sesuai ciri
khas kedaerahan masing-masing.
Ditilik dari bahan pengisinya, di daerah utara sekitar wilayah Beijing terkenal dengan bakcang Angco (Jujube merah),
di selatan terkenal dengan jenis isian: pasta kacang manis, daging
segar, ham, kuning telur bebek dan lain sebagainya. Adat kebiasaan makan
bakcang, sudah melewati masa ribuan tahun, di China selalu saja
kebiasaan itu berjaya, bahkan menyebar sampai ke Korea, Jepang dan
beberapa negara Asean.
Dekorasi dan Bungkusan Penangkal
Selain makanan, pada hari Peh Cun rakyat Tiongkok mempunyai kebiasaan untuk mendekorasi rumahnya secara khusus. Misalnya setiap rumah akan memasang rumput Aicao dan rumput Caopu, dua tumbuhan obat yang dipercaya bisa berfungsi menangkal malapetaka, dan juga dapat menghalau gangguan nyamuk dan serangga berbisa lainnya yang banyak muncul pada awal musim panas ketika sering turun hujan.
Selain itu, pada hari Peh Cun biasanya orangtua akan membuat bungkusan bumbu harum yang berbentuk harimau, labu kendi dan sebagainya untuk diberikan kepada anak-anak, dengan harapan anaknya dapat hidup tenteram dan bahagia.
Biasanya anak-anak akan mengenakan kantung mini berisi bahan aroma untuk menolak bala atau menghalau penyakit. Di dalam kantungan aroma tersebut diisi dengan: cinnabar, realgar, pewangi dan lain sebagainya yang dibungkus dengan kain sutera. Aromanya memancar ke segala arah, kemudian di-simpul dengan benang sutera lima warna, dijadikan berbagai macam bentuk dan diuntai jadi satu, sangat beraneka ragam dan menggemaskan.
Selamat Hari Raya Duan Wu Jie.
Selain makanan, pada hari Peh Cun rakyat Tiongkok mempunyai kebiasaan untuk mendekorasi rumahnya secara khusus. Misalnya setiap rumah akan memasang rumput Aicao dan rumput Caopu, dua tumbuhan obat yang dipercaya bisa berfungsi menangkal malapetaka, dan juga dapat menghalau gangguan nyamuk dan serangga berbisa lainnya yang banyak muncul pada awal musim panas ketika sering turun hujan.
Selain itu, pada hari Peh Cun biasanya orangtua akan membuat bungkusan bumbu harum yang berbentuk harimau, labu kendi dan sebagainya untuk diberikan kepada anak-anak, dengan harapan anaknya dapat hidup tenteram dan bahagia.
Biasanya anak-anak akan mengenakan kantung mini berisi bahan aroma untuk menolak bala atau menghalau penyakit. Di dalam kantungan aroma tersebut diisi dengan: cinnabar, realgar, pewangi dan lain sebagainya yang dibungkus dengan kain sutera. Aromanya memancar ke segala arah, kemudian di-simpul dengan benang sutera lima warna, dijadikan berbagai macam bentuk dan diuntai jadi satu, sangat beraneka ragam dan menggemaskan.
Selamat Hari Raya Duan Wu Jie.
Artikelnya mantap!
BalasHapusJadi saya bisa tahu sejarahnya dengan lengkap.
Thanks ya.