Seorang
cendekiawan yang bernama Cheufat hidup pada zaman Dinasti Beng di Kabupaten
Pingyang. Kepintarannya sudah sangat mahir ketika masih kanak-kanak.
Pada usia tujuh tahun, dia sudah mampu mengubah sajak dan syair dengan baik. Saat berusia 16 (enam belas) tahun, keahlian dalam kesusasteraannya, sehingga ia mendapat julukan 'sastrawan Pingyang' dan sangat dikagumi serta disegani.
Namun suatu hal yang sangat disayangkan adalah sifatnya yang amat angkuh dan mudah tersinggung, hal mana mungkin disebabkan terlalu dimanjakan oleh sanak keluarganya semenjak kecil. Barangkali mereka tidak mengira; bahwa kesombongan itu dapat menghancurkan seluruh hidupnya.
Pada usia tujuh tahun, dia sudah mampu mengubah sajak dan syair dengan baik. Saat berusia 16 (enam belas) tahun, keahlian dalam kesusasteraannya, sehingga ia mendapat julukan 'sastrawan Pingyang' dan sangat dikagumi serta disegani.
Namun suatu hal yang sangat disayangkan adalah sifatnya yang amat angkuh dan mudah tersinggung, hal mana mungkin disebabkan terlalu dimanjakan oleh sanak keluarganya semenjak kecil. Barangkali mereka tidak mengira; bahwa kesombongan itu dapat menghancurkan seluruh hidupnya.
Pada
suatu hari ketika Cheufat akan berangkat ke ibukota untuk mengikuti
ujian negara, kedua orang tuanya membanting tulang berusaha meminjam
uang ke sana kemari untuk membekali biaya perjalanan dan biaya ujian
anaknya. Tetapi Cheufat sama sekali tidak menghargainya, ia merasa
masih serba kekurangan. Kalau bukan baju barunya yang kelonggaran,
topinya yang ketinggalan zaman, warna sepatunya yang sudah terlalu
tua ataupun yang lainnya.
Ada saja ketidakberesan yang dirasakan olehnya. Melihat keserakahan anaknya yang sudah kelewatan, ayahnya menasihati, "Anakku sayang, janganlah merasa serba kekurangan, kami sudah banyak menguras otak dan tenaga untuk keberangkatanmu, kalau masih saja tidak puas, kami sudah benar-benar tidak sanggup lagi...."
Ada saja ketidakberesan yang dirasakan olehnya. Melihat keserakahan anaknya yang sudah kelewatan, ayahnya menasihati, "Anakku sayang, janganlah merasa serba kekurangan, kami sudah banyak menguras otak dan tenaga untuk keberangkatanmu, kalau masih saja tidak puas, kami sudah benar-benar tidak sanggup lagi...."
Mendengar kata-kata ayahnya, bukan hatinya yang tergerak bahkan dengan lantang dia mengatakan, "Aku adalah jelmaan dewa, orang yang berezeki, orang semiskin seperti Anda mana pantas menjadi ayahku!"
Bukan
main tersinggungnya perasaan ayahnya mendengar kata-kata terakhir
keluar dari mulut putranya sendiri, sehingga pingsan tak sadarkan diri.
Setelah mendapat pertolongan dokter, barulah ayahnya sadar kembali.
Pada
malam itu juga Cheufat bermimpi. Dia diseret ke alam neraka untuk
menghadap raja penguasa neraka. Dengan tegas raja neraka mengatakan, "Sekalipun
kini Anda berbadan manusia, tetapi dengan durhakanya Anda terhadap
orang tua, dalam dimensi alaya (batin) telah tumbuh bibit-bibit
kebinatangan. Bila bibit-bibit kebinatangan itu sudah masak kelak, Anda
akan kehilangan badan manusia dan menjadi hewan."
Cheufat tertawa terbahak-bahak, lalu dengan tenang dia membantah, "Saya
berkata kepada ayah itu sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya,
kapankah saya menghinanya? Kapankah saya durhaka pada orang tua?!" Setelah berhenti sejenak, lalu disambungnya kembali pembicaraannya, "Apalagi
saya seorang yang cerdik dan pandai, dari segi mana pun tidak mungkin
bahwa saya akan berubah menjadi binatang. Hai! Raja neraka kata-katamu
itu tidak bisa saya terima."
Raja neraka tidak marah, bahkan dia menjelaskannya dengan penuh kesedihan, "Memang,
pada masa kehidupan sekarang Anda tergolong orang yang pintar, itu
sesuai dengan karma yang Anda tanam pada kehidupan yang lalu. Tetapi
pada kehidupan ini, Anda tidak menanam kembali bibit-bibit karma yang
baik, malahan bertindak sembrono, sombong dan congkak, suka emosi dan
durhaka.
Ini berarti Anda telah menanamkan bibit-bibit kebinatangan; Anda sombong dan congkak, dalam pandangan Anda tiada orang lain, maka pada kehidupan yang akan datang Anda akan terlahir kembali menjadi seekor keledai, ditutupi mata oleh manusia dan dipaksa untuk bekerja keras." Seketika Cheufat lalu menjadi takut dan cemas sekali sehingga dia terjaga dari mimpinya.
Ini berarti Anda telah menanamkan bibit-bibit kebinatangan; Anda sombong dan congkak, dalam pandangan Anda tiada orang lain, maka pada kehidupan yang akan datang Anda akan terlahir kembali menjadi seekor keledai, ditutupi mata oleh manusia dan dipaksa untuk bekerja keras." Seketika Cheufat lalu menjadi takut dan cemas sekali sehingga dia terjaga dari mimpinya.
Keesokan
harinya, Cheufat jatuh sakit, mulutnya terkatup rapat, dari
tenggorokannya keluar suara aneh yang mirip dengan suara jeritan seekor
keledai. Segala macam usaha pengobatan dilakukan, tetapi sia-sia saja,
para dokter tidak berhasil mendiagnosa penyakit apa yang diderita
pasiennya itu.
Demikianlah balasan karma untuk
orang yang durhaka, Cheufat menjerit-jerit dengan suara yang mirip
jeritan seekor keledai hingga meninggal dunia dalam waktu yang hanya
dua hari saja.
Tidak ada komentar:
Write komentar