|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Senin, 23 Juli 2012

Dalam Kekaburan, Terdapat Ketidakpastian

 

Nasib manusia secara tidak terlihat sudah diatur oleh Tuhan dengan sangat teliti, jika bukan demikian maka siapa pun tidak akan bisa meramal nasib.

Tetapi nasib manusia jelas bukan tidak ada perubahan sama sekali, tepatnya dapat dikatakan di dalam kekaburan terdapat kepastian, di dalam kekaburan juga terdapat perubahan.

Pada saat manusia memilih demi kebaikan ataupun demi kejahatan, hal ini dapat menyebabkan nasib kita terjadi perubahan yang sepadan terutama pada saat memilih untuk berkultivasi maka nasib akan mengalami perubahan total. Pada Dinasti Ching ada seorang yang bernama Li Heng, alias Yuen Wen, berasal dari negara Qiao ( Kabupaten Bo, Provinsi An Hui ).

Pada waktu muda, ada seorang biksu datang ke rumahnya dan bicara padanya, “Anda memiliki keberuntungan dan musuh yang datang bersamaan, setelah menerima keberuntungan, musuh dan musibah juga ikut datang. Kalau Anda rela miskin dan konsentrasi belajar darma Buddha, tidak menuju ke jalur menjadi pejabat negara, maka keberuntungan Anda akan bertambah, musibah Anda akan musnah dengan sendirinya. Anda harus melakukan apa yang terbaik!” Sifat Li Heng sangat terburu nafsu, ditambah lagi ia dilahirkan dari keluarga yang miskin, hanya memperhatikan menjadi pejabat negara bisa mencapai kedudukan seberapa tinggi, sama sekali tidak tertarik untuk belajar Dharma Buddha.

Biksu itu menghadiahinya sebuah kitab suci, Li Heng tidak bersedia menerimanya. Ia tetap ingin bertanya apakah dengan menjadi pejabat ia bisa mendapatkan jabatan yang lebih tinggi. Biksu berkata, “Bisa menjadi pejabat tinggi, paling tinggi bisa menjabat kepala daerah tiga kabupaten. Kalau sudah menjadi bupati lalu berhenti, maka ini masih boleh dilakukan.” Li Heng berujar, “Asalkan saat ini saya bisa kaya dan berkedudukan tinggi, siapa yang masih mengkhawatirkan bencana di kemudian hari?”

Malam itu biksu tinggal di rumahnya. Saat Li Heng bangun di malam hari, ia melihat seorang biksu seorang diri tidur memenuhi seluruh ranjangnya, pada saat ia masuk ke dalam mengajak keluarganya melihat, biksu itu berubah menjadi burung besar berada di balok atap, saat pagi hari ia kembali ke wujud semula. Li Heng baru mengantarnya keluar pintu, dalam sekejap ia sudah tidak terlihat lagi, sampai di sini Li Heng baru menyadari bahwa dia adalah seorang Dewa.

Setelah itu Li Heng menyembah Buddha dan membaca kitab suci, tetapi tidak bisa mencurahkan segenap perhatiannya untuk menjalankan Dharma. Kemudian ia menjadi kepala daerah tiga kabupaten yaitu Xi Yang, Jiang Xia, Lu Jiang, juga menjadi jenderal di Long Xiang. Pada tahun Tai Xing karena ia terlibat dalam peristiwa Qian Feng, ia dibunuh.

Takdir kesempatan kultivasi Li Heng sebenarnya sudah tiba, tetapi ia menyia-nyiakan kesempatan itu, sungguh sayang sekali. Pada saat Falun Dafa disebarkan di dunia, diharapkan semua orang yang memiliki takdir pertemuan berkultivasi jangan lagi mengalami penyesalan yang serupa.

Tidak ada komentar:
Write komentar