|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Rabu, 15 Agustus 2012

Berhati - Hati Dalam Bicara

 

Budaya tradisional Tiongkok mempertimbangkan sifat kehati-hatian dalam berbicara. Lingkaran kultivasi juga menekankan pada kultivasi mulut. 

Karena mulut dapat menyakiti hati dan perasaan seseorang lebih dari senapan atau pisau tajam. 

Saat seseorang mengucapkan sesuatu, perkataannya tidak dapat ditarik kembali sehingga dapat menimbulkan kebencian dan karma.

Seorang yang bijak dan terpelajar menekankan kultivasi pada mulut. Mereka tidak akan membicarakan kelemahan dan kekurangan seseorang secara diam-diam. Mereka hanya memberi saran dan mengoreksi kesalahan seseorang dengan sangat hati-hati dan melihat kembali ke dalam diri sendiri apakah mereka juga memiliki cacat yang sama.

Ny. Xie, ibu dari seorang sastrawan masa Dinasti Song, Wu He, adalah seorang ibu yang benar-benar ketat dalam mendidik anak-anaknya.

Saat Wu He berbicara kepada seorang tamu, sang ibu akan mendengarkan diam-diam untuk memastikan bahwa putranya tidak mengatakan sesuatu yang mungkin dapat merusak kebijakannya.

Suatu hari, Wu He berbicara kepada seorang tamu mengenai kekurangan seseorang. Ibunya sangat marah. 

Setelah tamu itu pergi, sang ibu memukul Wu dengan sebuah tongkat sebanyak seratus kali. Kerabat yang melihat segera memohon pada ibu Wu, "Mengritik seseorang bukanlah hal yang tidak biasa di antara para pelajar. Itu bukanlah suatu kesalahan besar. Namun Anda memukulnya keras-keras."

Ibunya mendesah, "Saya pernah mendengar bahwa orang tua yang menyayangi putri mereka selalu berharap menikahkan putrinya dengan pelajar yang berhati-hati dalam berbicara. Saya hanya memiliki seorang putra dan saya ingin dia mengerti moralitas dan keadilan. Bila ia berbicara asal-asalan, maka ia pasti sudah melupakan ibunya. Beginikah seseorang menjaga kelakuannya?" Ia menangis dan menolak untuk makan apapun.

Di bawah bimbingan keras sang ibu, Wu He tetap menjaga tingkah lakunya dan sangat memperhatikan kebajikan serta menjadi seorang yang unggul di   masanya.

Tidak ada komentar:
Write komentar