Pribahasa Tiongkok kuno mengatakan “Jika ada dalam nasib pasti ada, jika tidak ada jangan memaksa.”
Manusia acapkali terikat akan segala nafsu keinginan yang sulit
terpuaskan serta mengejar dengan berbagai cara, oleh karena itu muncul
kerisauan dan kesengsaraan dan penderitaan yang tiada habisnya.
Jika kita bisa menyadari dengan
mendalam makna perkataan diatas, maka segala sesuatunya berada dalam nasib,
kekayaan dan kemuliaan serta kebahagiaan.
Semuanya itu lahir dari De (moral kebajikan), dengan kehilangan De maka semua kekayaan dan kemuliaan serta kebahagiaan akan sirna.
Semuanya itu lahir dari De (moral kebajikan), dengan kehilangan De maka semua kekayaan dan kemuliaan serta kebahagiaan akan sirna.
Jika
manusia mengerti prinsip tersebut, dia pasti tidak akan demi keuntungan
di dunia fana ini dengan bodoh melukai orang lain dengan melakukan segala cara demi untuk mendapatkan keuntungan, sedangkan untuk mendapatkan keuntungan itu dia harus
menukarkan dengan De dirinya sendiri yang sangat berharga itu.
Nilai keagungan dari sebuah kehidupan seharusnya terletak pada proses usaha kerasnya, dan bukan terletak pada hasil. Seperti Chun Li dan Xing Yun mereka memiliki semangat yang pantang mundur, walaupun akhirnya mereka tidak bisa mencapai prestasi yang lebih baik dari rekan mereka, tetapi mereka telah mendapat perhatian dan persahabatan yang lebih banyak.
Nilai keagungan dari sebuah kehidupan seharusnya terletak pada proses usaha kerasnya, dan bukan terletak pada hasil. Seperti Chun Li dan Xing Yun mereka memiliki semangat yang pantang mundur, walaupun akhirnya mereka tidak bisa mencapai prestasi yang lebih baik dari rekan mereka, tetapi mereka telah mendapat perhatian dan persahabatan yang lebih banyak.
Di zaman sekarang banyak orang yang mengeluhkan
persaingan dalam masyarakat yang kian hari kian meruncing, banyak
sekali perusahaan tidak lagi menjamin memperkerjakan karyawan seumur
hidup, perbedaan antara yang kaya dan miskin kian hari kian melebar,
reaksi psikologis nyata, bersorak menyemangati kepada yang selalu kalah
dan simpati kepada kaum lemah, seperti juga sebuah proyeksi psikologis
diri kita mencari penghiburan dan semangat bagi diri kita yang mengalami
kegagalan dalam persaingan yang ketat ini.
Di arena pekerjaan, banyak orang akan menggunakan segala cara, halal
maupun tidak untuk meraih keberhasilan, bahkan telah berkembang menjadi
teori yang disebut “tebal dan hitam”, yang diturunkan dalam teori
tersebut adalah cara bagaimana manusia mendapatkan keuntungan yang
paling maksimal dalam persaingan.
Tetapi berbagai macam muslihat ini, acapkali harus melukai orang lain baru bisa mencapai tujuan, karena itu demi keuntungan saling berebut dan bersaing, selanjutnya saling menjaga, dipermukaan walaupun pergaulan antar manusia masih bisa mempertahankan tampang yang damai, pada hakekatnya seperti musuh yang bertemu diarena pertempuran.
Tetapi berbagai macam muslihat ini, acapkali harus melukai orang lain baru bisa mencapai tujuan, karena itu demi keuntungan saling berebut dan bersaing, selanjutnya saling menjaga, dipermukaan walaupun pergaulan antar manusia masih bisa mempertahankan tampang yang damai, pada hakekatnya seperti musuh yang bertemu diarena pertempuran.
Lambat laun
tidak peduli siapa yang telah mendapatkan keuntungan, akan merusak dasar
hubungan antar manusia yang jujur tulus dan saling mempercayai,
menyebabkan fenomena hubungan tersebut umumnya menjadi renggang, juga
akan mencelakai anak cucu kita.
Jika dalam dunia ini hanya ada pemenang dan pecundang, coba bayangkan, akan terjadi berapa banyak orang yang murung dan bersedih karena kegagalan dalam persaingan? Dibelakang satu per satu lingkaran sinar keberhasilan, akan melahirkan berapa banyak tulang yang menjadi layu karena keberhasilan seorang jenderal?
Dalam kehidupan yang 90% permasalahan tidak sesuai dengan kehendak hati, ada berapa orang kehilangan semangat setelah mengalami kegagalan, bahkan menyebabkan masalah keluarga dan masyarakat yang sangat serius, mungkin kita membutuhkan pandangan yang lebih inovatif dan optimis. Hanya dengan semangat yang pantang mundur, yang bisa mengharukan manusia yang mempunyai sebutan sebagai makhluk yang paling tinggi di dunia.
Jika dalam dunia ini hanya ada pemenang dan pecundang, coba bayangkan, akan terjadi berapa banyak orang yang murung dan bersedih karena kegagalan dalam persaingan? Dibelakang satu per satu lingkaran sinar keberhasilan, akan melahirkan berapa banyak tulang yang menjadi layu karena keberhasilan seorang jenderal?
Dalam kehidupan yang 90% permasalahan tidak sesuai dengan kehendak hati, ada berapa orang kehilangan semangat setelah mengalami kegagalan, bahkan menyebabkan masalah keluarga dan masyarakat yang sangat serius, mungkin kita membutuhkan pandangan yang lebih inovatif dan optimis. Hanya dengan semangat yang pantang mundur, yang bisa mengharukan manusia yang mempunyai sebutan sebagai makhluk yang paling tinggi di dunia.
Tuhan
Yang Maha Kuasa, akan memberikan belas kasih dan dorongan yang lebih
banyak, kepada orang lugu yang tidak bersaing dan perhitungan dengan
orang lain, serta hidup dengan sungguh-sungguh dan mantap.
Tidak ada komentar:
Write komentar