|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Senin, 27 Agustus 2012

Kehilangan Kesempatan Yang Berharga

 

Seseorang yang bijak, akan selalu memanfaatkan setiap kesempatan yang datang kepadanya, karena dia tahu persis betapa berharganya kesempatan itu dan berpikir bahwa kesempatan itu belum tentu akan datang berulang kali.

Maka dengan segala resikonya kita tetap harus bisa dengan bijak untuk mengambil suatu keputusan. Apakah keputusan itu nantinya dirasakan tepat atau malah sebaliknya.

Kelompok Weiyang adalah kelompok 10 orang kaya yang memiliki banyak tanah. Mereka tidak tertarik akan kekuasaan (jabatan dalam pemerintahan) dan tidak serakah terhadap uang.

Mereka gemar berkumpul bersama dan membahas mengenai metafisik dan Tao. Mereka seperti saudara dan kerap berkumpul dalam jamuan makan malam.

Suatu hari seorang kakek tua yang tidak diundang muncul dalam jamuan makan malam tersebut. Bajunya lusuh dan tubuhnya sangat kurus. Kesepuluh orang kaya itu jatuh kasihan kepada kakek itu, dan mempersilakannya duduk makan bersama. Setelah menghabiskan makan malamnya, kakek itu mengucapkan terima kasih dan pulang.

Beberapa hari kemudian, kakek itu kembali muncul. Dia berkata kepada 10 orang kaya itu, “Saya orang miskin. Saya merasa terhormat karena Anda sekalian mengajak saya bergabung dalam jamuan makan malam kalian, dan tidak ada yang memandang rendah pada saya atau bersikap kasar pada saya. Terima kasih telah menjamu saya waktu itu, kini ijinkan saya menjamu kalian makan malam dengan segala rasa hormat. Mari tentukan tanggal kapan kalian bisa hadir.”

Ke-10 orang itu setuju untuk hadir menghadiri makan malam dengan kakek tersebut.  Pada hari yang telah disepakati, kakek miskin itu datang di tempat orang-orang kaya tersebut. Dia mengantar mereka ke daerah selatan kota dengan berjalan kaki. Saat sampai disana, mereka melihat 3 gubuk miring yang kelihatannya sudah hampir roboh. Beberapa pengemis compang-camping yang rambutnya awut-awutan keluar dari gubuk tersebut. Kakek itu lalu memerintahkan mereka untuk membersihkan gubuk, menyalakan perapian dan menggelar tikar, sementara yang lain masuk ke dapur menyiapkan hidangan.

Hari semakin gelap dan ke-10 orang kaya itu semakin lapar. Setelah menunggu beberapa waktu, beberapa pengemis dari  dapur keluar membawa cuka, garam dan sumpit bambu. Kemudian datanglah beberapa orang membawa sebuah kotak besar berukuran sekitar 6 kaki dan diletakkan diatas tikar. Kotak itu ditutup dengan kertas minyak. 

Ke-10 orang kaya itu saling memandang satu sama lain dan mengira bahwa mereka akan makan enak. Kakek itu mengambil penutup kotak. Isi kotak mengeluarkan uap. Ke-10 orang itu kaget melihat makanan yang disajikan berbentuk akar tanaman. Kakek itu kemudian mempersilakan mereka bersantap. Ke-10 orang itu merasa jijik. Beberapa orang berpura-pura mengatakan bahwa mereka tidak lapar, beberapa orang lagi langsung pergi sambil marah-marah. Tidak ada yang mau makan makanan si Kakek.

Akhirnya sang kakek memakan makanan itu. Ketika sudah kenyang, dia memberikan sisa makanan kepada pengemis-pengemis yang lain dan mereka menghabiskannya. Setelah itu, kakek itu berkata kepada orang-orang kaya yang masih tinggal, “Makanan barusan adalah ginseng yang berumur 10.000 tahun yang sangat langka. Manusia yang memakan ginseng ini akan menjadi dewa. Kalian tidak memakannya, mungkin itulah takdir kalian.”

Orang-orang kaya itu terkejut dan merasa sangat menyesal. Namun nasi telah menjadi bubur. Para pengemis yang tadi makan ginseng bersama kakek itu kemudian berubah menjadi Dewa emas dan giok, dan terbang bersama si kakek menuju angkasa.

Tidak ada komentar:
Write komentar