Seseorang yang bijak, akan selalu memanfaatkan setiap kesempatan yang datang kepadanya, karena dia tahu persis betapa berharganya kesempatan itu dan berpikir bahwa kesempatan itu belum tentu akan datang berulang kali.
Maka dengan segala resikonya kita tetap harus bisa dengan bijak untuk mengambil suatu keputusan. Apakah keputusan itu nantinya dirasakan tepat atau malah sebaliknya.
Kelompok Weiyang adalah kelompok 10 orang kaya yang memiliki banyak tanah. Mereka tidak tertarik akan kekuasaan (jabatan dalam pemerintahan) dan tidak serakah terhadap uang.
Mereka gemar berkumpul bersama dan membahas mengenai metafisik dan Tao. Mereka seperti saudara dan kerap berkumpul dalam jamuan makan malam.
Maka dengan segala resikonya kita tetap harus bisa dengan bijak untuk mengambil suatu keputusan. Apakah keputusan itu nantinya dirasakan tepat atau malah sebaliknya.
Kelompok Weiyang adalah kelompok 10 orang kaya yang memiliki banyak tanah. Mereka tidak tertarik akan kekuasaan (jabatan dalam pemerintahan) dan tidak serakah terhadap uang.
Mereka gemar berkumpul bersama dan membahas mengenai metafisik dan Tao. Mereka seperti saudara dan kerap berkumpul dalam jamuan makan malam.
Suatu hari seorang kakek tua yang tidak diundang
muncul dalam jamuan makan malam tersebut. Bajunya lusuh dan tubuhnya
sangat kurus. Kesepuluh orang kaya itu jatuh kasihan kepada kakek itu,
dan mempersilakannya duduk makan bersama. Setelah menghabiskan makan
malamnya, kakek itu mengucapkan terima kasih dan pulang.
Beberapa
hari kemudian, kakek itu kembali muncul. Dia berkata kepada 10 orang
kaya itu, “Saya orang miskin. Saya merasa terhormat karena Anda sekalian
mengajak saya bergabung dalam jamuan makan malam kalian, dan tidak ada
yang memandang rendah pada saya atau bersikap kasar pada saya. Terima
kasih telah menjamu saya waktu itu, kini ijinkan saya menjamu kalian
makan malam dengan segala rasa hormat. Mari tentukan tanggal kapan
kalian bisa hadir.”
Ke-10 orang itu setuju untuk
hadir menghadiri makan malam dengan kakek tersebut. Pada hari yang
telah disepakati, kakek miskin itu datang di tempat orang-orang kaya
tersebut. Dia mengantar mereka ke daerah selatan kota dengan berjalan
kaki. Saat sampai disana, mereka melihat 3 gubuk miring yang
kelihatannya sudah hampir roboh. Beberapa pengemis compang-camping yang
rambutnya awut-awutan keluar dari gubuk tersebut. Kakek itu lalu
memerintahkan mereka untuk membersihkan gubuk, menyalakan perapian dan
menggelar tikar, sementara yang lain masuk ke dapur menyiapkan hidangan.
Hari
semakin gelap dan ke-10 orang kaya itu semakin lapar. Setelah menunggu
beberapa waktu, beberapa pengemis dari dapur keluar membawa cuka, garam
dan sumpit bambu. Kemudian datanglah beberapa orang membawa sebuah
kotak besar berukuran sekitar 6 kaki dan diletakkan diatas tikar. Kotak
itu ditutup dengan kertas minyak.
Ke-10 orang kaya itu saling memandang
satu sama lain dan mengira bahwa mereka akan makan enak. Kakek itu
mengambil penutup kotak. Isi kotak mengeluarkan uap. Ke-10 orang itu
kaget melihat makanan yang disajikan berbentuk akar tanaman. Kakek
itu kemudian mempersilakan mereka bersantap. Ke-10 orang itu merasa jijik. Beberapa
orang berpura-pura mengatakan bahwa mereka tidak lapar, beberapa orang lagi langsung
pergi sambil marah-marah. Tidak ada yang mau makan makanan si Kakek.
Akhirnya sang kakek
memakan makanan itu. Ketika sudah kenyang, dia memberikan sisa makanan
kepada pengemis-pengemis yang lain dan mereka menghabiskannya. Setelah
itu, kakek itu berkata kepada orang-orang kaya yang masih tinggal,
“Makanan barusan adalah ginseng yang berumur 10.000 tahun yang sangat
langka. Manusia yang memakan ginseng ini akan menjadi dewa. Kalian tidak
memakannya, mungkin itulah takdir kalian.”
Orang-orang kaya itu terkejut dan merasa sangat menyesal. Namun nasi telah menjadi bubur. Para pengemis yang tadi makan ginseng bersama kakek itu kemudian berubah menjadi Dewa emas dan giok, dan terbang bersama si kakek menuju angkasa.
Orang-orang kaya itu terkejut dan merasa sangat menyesal. Namun nasi telah menjadi bubur. Para pengemis yang tadi makan ginseng bersama kakek itu kemudian berubah menjadi Dewa emas dan giok, dan terbang bersama si kakek menuju angkasa.
Tidak ada komentar:
Write komentar