Sejak dahulu kala,
kejahatan tidak dapat menundukkan kebaikan. Jika
pikiran
seseorang telah mencapai tingkat yang tinggi, maka ia akan memiliki
pikiran
yang lurus sehingga memandang ringan kehidupan ini. Ketika itu maka dia
tidak akan merasa takut apa pun lagi walaupun harus menghadapi suatu
Kematian.
Seorang pejabat jika tidak bisa lurus, jujur dan bermartabat, maka
dia hanya bisa disebut sebagai seorang pejabat penjilat yang
berkepribadian rendah dan buruk.
Menjadi seorang panglima perang jika tidak bisa lurus jujur dan bermartabat maka dia pasti akan menjadi seorang pengecut yang takut mati. Manusia yang lurus jujur dan bermartabat, meski secara material dia sangat miskin hingga tak memiliki apa-apa, namun dirinya juga bisa membuat orang lain bertambah hormat, salut dan kagum kepadanya.
Sepanjang kehidupan manusia di dunia, hampir setiap manusia yang lahir memiliki perasaan takut, disamping siklus yang tak terelakkan seperti lahir, tua, sakit dan mati. Terkadang hal-hal seperti lingkungan hidup yang tidak stabil, ketidakpuasan dalam pengembangan karir dan bahkan binatang-binatang yang tidak menyenangkan dapat menghasilkan ketakutan bagi manusia.
Menjadi seorang panglima perang jika tidak bisa lurus jujur dan bermartabat maka dia pasti akan menjadi seorang pengecut yang takut mati. Manusia yang lurus jujur dan bermartabat, meski secara material dia sangat miskin hingga tak memiliki apa-apa, namun dirinya juga bisa membuat orang lain bertambah hormat, salut dan kagum kepadanya.
Sepanjang kehidupan manusia di dunia, hampir setiap manusia yang lahir memiliki perasaan takut, disamping siklus yang tak terelakkan seperti lahir, tua, sakit dan mati. Terkadang hal-hal seperti lingkungan hidup yang tidak stabil, ketidakpuasan dalam pengembangan karir dan bahkan binatang-binatang yang tidak menyenangkan dapat menghasilkan ketakutan bagi manusia.
Seorang panglima perang pantang mundur di bawah hujanan tombak dan hujan panah, bahkan mata pun tidak berkedip, tidak bisa kita pungkiri dia seorang pahlawan. Meski panglima tersebut ada kalanya kalah berperang dan ditangkap musuh, ketika dia dibawa masuk ke markas musuh, sepasang matanya masih menyorot dengan garang, sedikit pun tidak ada rasa takut!
Seperti ketika Jendral Guan Yu kalah dalam pertempuran dan tertangkap musuhnya, dia tenang menghadapi intimidasi dan godaan-godaan, hatinya teguh bagaikan besi dan batu dan ia tidak pernah mengkhianati rajanya.
Pada akhir Dinasti Song, Wen Tianxiang (1.236 – 1.283 Setelah Masehi)
memimpin pasukan Song untuk mempertahankan negaranya terhadap Mongol. Ia
tertangkap dan menulis sajak yang sangat terkenal di penjara, " Lagu dari
jiwa yang lurus”.
Jiwa yang lurus menembus surga dan bumi,
meskipun ia
dapat kasat mata.
Pada tingkat paling bawah,
sungai-sungai dan
gunung-gunung berada.
Pada tingkat paling atas,
matahari dan
bintang-bintang berada.
Ketika ia menetap di dalam hati manusia,
ia
menjadikannya orang yang berbudi.
Ketika jiwa seseorang lurus dan kuat,
ia dapat
mencapai alam semesta.
Di hadapan intimidasi dan tawaran yang
menggiurkan, Wen Tianxiang memberitahu Khubilai Khan (1.215 – 1.294 SM),
pencetus dan kaisar pertama dari Dinasi Yuan, ”Kecuali untuk mati, saya
tidak dapat berbuat apapun untuk anda.” Dua baris sajaknya yang paling
terkenal yang berjudul ”Menyeberangi Laut yang Sepi”:
Sejak dahulu
kala,
Siapa yang dapat diampuni oleh kematian?
Saya akan meninggalkan
nama harum dalam sejarah!
Sajaknya telah membangkitkan kekaguman di hati
orang-orang terhormat. Di zaman modern sekarang ini, kenapa kita tidak memiliki hati nurani dengan hati yang penuh ketulusan untuk membela orang-orang yang orang lain tidak berani
membelanya.
Manusia hidup dalam dunia, tidak mungkin tidak pernah mengalami
kesengsaraan atau penderitaan. Jika seseorang ingin dalam hidupnya
tidak merasa bersalah atau berdosa, maka orang tersebut harus hidup
dengan lurus jujur dan bermartabat, tidak boleh demi materi di luar
tubuh kita lalu membuat tulang kita yang asalnya keras menjadi lunak.
Tidak ada komentar:
Write komentar