|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Minggu, 05 Mei 2013

Terong Emas

 

Pada zaman dahulu kala, terdapat sepasangan suami istri yang selalu memasang dupa dan berdoa kepada Buddha setiap hari dalam hidup mereka.  

Ketika mereka menginjak usia senja, pasutri itu mengumpulkan semua abu sisa dupa yang mereka bakar dan dimasukkan ke dalam karung besar.

Mereka memutuskan untuk menemui Buddha dengan membawa karung abu tersebut dan berkata, ”Dengan ketulusan hati kami, kita tentu dapat bertemu dengan Buddha dengan membawa karung abu ini.” Mereka kemudian berkemas dan berangkat.


Dalam perjalanan mereka ke Barat, mereka bertemu dengan seorang tukang daging yang pekerjaannya adalah memotong babi. Mereka berkata kepada tukang daging tersebut bahwa tidak baik untuk menyembelih binatang, karena akan menghasilkan karma buruk. 

Tukang daging tersebut bertanya,”Siapakah kalian, dan kemana kalian akan pergi dengan membawa karung abu besar itu?.”

Pasangan tua tersebut menjawab,”Kami adalah pengikut Buddha, dan kami telah membakar dupa untuk Buddha sepanjang hidup kami. Sekarang kami ingin pergi bertemu dengan Buddha dengan membawa abu sisa dupa yang kami bakar untukNya.”


Tukang daging tersebut sangat tersentuh oleh apa yang didengarnya dan kemudian dia segera membuang pisau potong yang dia bawa dan menghormat kepada pasangan tua tersebut dan berkata, ”Oh, Anda sangatlah beruntung dapat pergi bertemu dengan Buddha, tolong bawalah saya bersama dengan anda. Saya juga ingin bertemu dengan Buddha.”

Pasangan tua tersebut menjawab,”Anda mungkin ingin sekali bertemu dengan Buddha, tetapi Buddha tidak akan bertemu dengan anda, karena anda adalah tukang jagal.”


Tukang daging tersebut memohon,”Saya tidak akan menyembelih lagi. Saya hanya ingin bertemu dengan Buddha. Saya sangat kuat dan mampu bertahan menghadapi kesulitan. Saya dapat membantu anda membawa karung abu tersebut. Saya dapat melakukan apapun yang anda minta saya lakukan, sepanjang anda membawa saya bersama dengan Anda.”

Pasangan tua tersebut menjawab,”Baiklah, Anda dapat bantu membawakan karung abu ini dan pergi bersama dengan kami, tetapi jangan menyalahkan kami jika Buddha tidak ingin bertemu dengan Anda.” Tukang daging tersebut menjawab,”Sekarang saya ingin menjadi baik. Anda adalah orang baik dan telah melayani Buddha sepanjang hidup Anda, jadi saya sangat yakin jika saya berjalan bersama dengan Anda, Buddha pasti akan bertemu dengan saya ketika Beliau melihat Anda.”


Dengan demikian, ketiga orang tersebut menempuh perjalanan ke Barat. Ketika mereka telah sampai ke akhir perjalanan, sebuah sungai besar menghadang mereka. Dikatakan bahwa sisi lain dari sungai tersebut adalah surga, dan mereka akan dapat bertemu dengan Buddha dan Bodhisattva ketika mereka menyeberangi sungat tersebut. Tetapi sungai tersebut sangatlah lebar mereka tidak tahu bagaimana dapat menyeberanginya.

Mereka bertiga kemudian bersujud dan mulai berdoa kepada Buddha dan Bodhisattva untuk membawa mereka menyebrangi sungai. Setelah waktu yang lama, Bodhisattva kemudian muncul diiringi dengan awan yang bercahaya dan berwarna warni. Beliau berkata.”Buddha tahu bahwa anda telah melayani Buddha dengan sepenuh hati.”


Beliau kemudian melambaikan tangannya, dan tanaman terong emas muncul di depan mereka. Bodhisattva kemudian berkata,”Saya akan membawa orang yang dapat memasak terong ini ke surga, dan orang tersebut akan tinggal di surga selamanya.”


Bodhisattva kemudian menghilang, tetapi pasangan tua tersebut sangatlah kecewa. Ketika mereka melihat terong emas tersebut, mereka berkata,”Terong ini adalah terong emas, bagaimana kami dapat memasaknya? Meskipun emas sangatlah berharga, tetapi bagaimana cara memasaknya?.”


“Dan jika kita tidak dapat memasaknya, maka kita tidak dapat bertemu dengan Buddha? Kami adalah orang orang yang sangat taat, selalu berbuat baik dan membakar dupa kepada Buddha, tetapi hidup kami sangatlah tidak beruntung. Kami telah berjalan sedemikian jauh untuk sampai ke sini dan kami cuma diberikan terong emas?,” keluh suami istri itu.  


Tukang daging tersebut berusaha untuk menenangkan mereka dan berkata,”Jangan menangis, jangan menangis, karena ini adalah perintah Bodhisattva yang meminta kita untuk memasak terong emas, pastilah kita dapat memasaknya. Mari kita siapkan kayu bakar untuk memasak terong.”


Setelah tukang daging mengatakan itu kepada sepasang suami istri itu, mereka berdua menjadi tenang dan mulai mencari kayu bakar. Tiga hari setelah itu, terong tersebut tidak berubah sama sekali. Pasangan tua tersebut menjadi sangat kecewa dan berkata.”Kami telah begitu lama percaya kepada Buddha. Jika Buddha tidak ingin bertemu dengan kami, Beliau harus mengirimkan kami pulang. Mengapa mempermainkan kami? Bagaimana kita dapat memasak terong emas ini?.”


Kemudian mereka berkata kepada tukang daging yang menyertai mereka,”Kami berpikir terong emas ini tidak dapat dimasak, dan kami sangat lelah untuk mencobanya. Kami akan beristirahat sebentar dan kemudian kembali ke rumah.” Tukang daging terus menambahkan kayu bakar dan berkata,”Terong emas ini bisa dimasak, akan termasak jika kita terus berusaha.”


Pasangan tua tersebut menyeringai,”Kalau begitu, anda masak saja sendiri. Sepanjang hidup kami, kami belum pernah melihat terong emas bisa dimasak. Jika anda berhasil memasaknya, maka anda bisa bertemu dengan Buddha.”

“Tetapi kami tidak dapat. Jika anda mengira kami, orang-orang baik, yang membakar dupa setiap hari kepada Buddha, tidak sebaik anda yang seorang tukang jagal? Apakah anda mengira jika kami tidak dapat memasaknya, maka anda akan dapat memasaknya?.”

Tukang daging tersebut tidak bergeming dan berkata,”Bodhisattva berkata terong emas dapat dimasak, maka terong emas pasti dapat dimasak. Saya akan menambahkan kayu bakar untuk tetap memasaknya.”

Pasangan tua tersebut pergi beristirahat dan tukang daging tetap bekerja menambahkan kayu bakar. Waktu senja, suara riang gembira dari tukang daging tersebut membangunkan pasangan tua tersebut.  “Lihatlah, lihatlah, terong emas termasak! Sekarang kita dapat bertemu dengan Buddha,” kata tukang daging itu.

Kenapa bisa terjadi demikian? Rupanya karena sepasang suami istri ini ketika memasak terong emas tidak yakin dan tidak sabar.  Perbuatan mereka yang tidak tulus ini, dapat terlihat jelas oleh Sang Budha. 

Pasangan tua tersebut menjadi sangat iri melihat terong emas tersebut telah menjadi lembek dan termasak dengan baik. Mereka kemudian mengambil terong tersebut dan dengan marah melemparnya ke sungai.

Sembari membuang ke sungai, pasutri itu berkata, ”Bagaimana mungkin kami tidak dapat bertemu dengan Buddha dengan membawa sekarung abu, tetapi anda seorang tukang jagal yang telah menyembelih banyak sekali hewan, dapat bertemu dengan Buddha? Sekarang terong telah masuk ke air, apakah anda masih dapat bertemu dengan Buddha?.”

Melihat terong itu telah tenggelam, tukang daging tersebut berteriak, ”Saya akan mengambil terong itu,” dan kemudian tukang jagal itu melompat masuk dalam sungai. Pasangan tua tersebut sangat terkejut melihat bahwa tukang daging tersebut, karena ia bersedia mengorbankan hidupnya untuk terong emas tersebut. Mereka sangat yakin bahwa tukang daging tersebut telah tenggelam karena tidak dapat melihat keberadaannya lagi.

Tiba tiba, mereka mendengar suara surgawi, yang muncul bersamaan dengan Bodhisattva, Bodhisattva menunjuk ke sungai, yang segera menjadi terbelah. Tukang daging, dengan sekejap mata, berubah menjadi Arhat yang besar dan suci. Dia mengikuti Bodhisattva dan dibawa ke langit menuju ke sisi lain dari sungai. 



Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.

Tidak ada komentar:
Write komentar