Mengangkat anak atau meminta anak
kita untuk diangkat anak oleh orang lain, dalam khasanah bahasa
Tionghoa amat banyak penyebutannya, beberapa diantaranya adalah
guofang 過房, jibai 寄拜,guoji 過繼,baiqie 拜契, shouyang 收養, qiyang 乞養,
jifang 寄房, baoyang 抱養, jisi 繼嗣.
Guofang atau Kwee pang merupakan salah satu tradisi yang ada dikalangan Tionghoa dan dikenal oleh banyak, tapi tentunya tidak hanya dikalangan Tionghoa saja yang mengenal kwee pang ini.
Tradisi Guofang banyak dikenal oleh budaya lain, karena prinsipnya guofang adalah merawat anak orang lain dan diperlakukan bagaikan anak kandung.
Tradisi ini juga mengandung system control sosial dan juga termasuk jaminan sosial masyarakat yang dilindungi oleh undang-undang kerajaan yang dari dinasti ke dinasti semakin memperkuat posisi anak angkat setara dengan anak kandung.
Di Era Kaisar Kuning menjelaskan tentang aturan matahari, langit dan menjalankan bulan, ada sekitar enam dekade, Akar Langit dan Cabang Bumi bersatu dalam kalender.
Manusia memiliki tanda-tanda zodiak yang mewakili dua belas Cabang Bumi. Dimasa dinasti Tang ada peramal yang mengatakan bahwa antara yin dan yang, hidup dan mati akan menempel pada nasib alelopati manusia, sehingga kehidupan anak yang keras akan menghambat orangtuanya.
Sejak itu, meramal takhayul sangat populer. Sehingga setelah kelahiran anak, maka akan diminta pada peramal untuk memproyeksi karakter nasibnya apakah cocok dengan orang tuanya atau mau di guofang dengan orang lain agar anak dapat disingkirkan dari nasib buruk dan kematian.
Tradisi mengangkat anak atau menyerahkan anak untuk dipelihara orang lain memiliki beberapa sebab :
1. Mengharapkan agar anak yang dipelihara oleh orang lain, terutama oleh mereka yang mampu, berkharisma atau terpelajar. Berharap agar anak tersebut bisa mewarisi kemampuan orangtua angkatnya.
2. Meneruskan marga atau melanjutkan abu leluhur.
3. Membantu mereka yang kesulitan terutama secara ekonomi.
4. Menuntut ilmu.
5. Terlalu banyak anak.
6. Anak sakit-sakitan, susah diajar.
7. Tidak harmonisnya anak sebagai microcosmos dengan keluarga sebagai macrocosmos.
Pada umumnya anak yang diangkat itu, jika diangkat oleh marga yang berbeda ada yang berganti marga dan tidak berganti marga.
Guofang, guoji tidak berganti marga, tapi jibai,baiqie, shouyang, qiyang bisa berganti marga atau tetap tidak berganti marga.
Guofang 過房 sebenarnya memiliki arti : Meninggalkan orangtua kandung dan tinggal dikeluarga lain sebagai anak. Tapi keluarga yang ditinggali ini masih memiliki kekerabatan dari leluhur garis ayah. Biasanya mereka yang menikah tapi tidak memiliki anak, atau juga sudah berusia dewasa tapi belum menikah.
Karena itu anak yang dipelihara oleh keluarga baru itu memanggil ayah ibu kandungnya menjadi sebutan kekerabatan keluarga, bisa memanggil paman atau bibi 伯伯叔叔 舅舅,伯母叔母舅母阿姨 kepada orangtua kandungnya. Anak yang diangkat ini memiliki hak yang sama seperti anak kandung lainnya ( jika ada ) dan juga dikukuhkan melalui surat pernyataan yang disaksikan oleh keluarga besar atau pemuka desa.
Di jaman lampau, di kota yang memiliki administrasi kenegaraan yang penuh, biasanya dicatatkan di kantor pejabat setingkat bupati atau walikota. Tindakan ini untuk menjamin hak anak tersebut.
Dan saat orangtua angkatnya meninggal, anak tersebut juga memakai baju berkabung sebagai anak dan melakukan upacara perkabungan selayaknya seperti anak kandung. Umur anak yang diangkat ini tidak ada batasan umur, tapi pada umumnya diangkat pada usia dibawah 10 tahun. Anak ini disebut guofangzi 過房子 atau juga sizi 嗣子.
Pengertian yang sama juga berlaku untuk guoji 過繼, menurut Zang Jian 藏健, sebutan guofang ini baru muncul pada masa Song Selatan dan dinasti Yuan, sedangkan istilah guoji baru muncul di masa Song Utara.Tujuannya adalah melanjutkan keturunan dari pihak keluarga yang tidak memiliki anak.
Shouyang 收養 (Arti harafiahnya menerima dan merawat, istilah ini sudah timbul pada catatan Shiji 史記, karangan Sima Qian, yang memiliki arti dibuang dan dirawat kembali. Biasanya anak yang dianggap membawa bencana,lahir tidak sesuai dengan waktunya, kemudian dibuang kemudian untuk dirawat kembali oleh ibunya.
Pada catatan sejarah dinasti Han sudah menyebutkan kasus-kasus di atas, kemudian makna shouyang menjadi luas, menjadi mengangkat para yatim piatu terutama yang masih satu marga, memiliki kekerabatan atau juga satu wilayah.Anak-anak itu disebut yangzi 養子.
Pada masa Jin, terjadi permasalahan, apakah anak angkat memiliki hak yang sama dengan anak kandung, permasalahan ini tercatat dalam Tongdian 通典 yang menceritakan istri He Qiao 賀喬 yang bermarga Yu 于, karena tidak memiliki keturunan, mertuanya dan iparnya yang bernama HeQun 賀群 kasihan pada kondisinya, kemudian memberikan anak He Qun untuk dirawat sebagai anaknya sendiri.
Kemudian ternyata selir dari suaminya memberikan keturunan. Karena itu anak angkatnya diminta untuk dikembalikan kepada ibu kandungnya, Yu kemudian mengadukan masalah ini dan menjadi polemic hukum.
Salah satu alasan Yu adalah, memberikan anak kepada suami istri itu adalah sebagai penerus keturunan dan merawat 20 tahun adalah memiliki ikatan batin yang kuat dan perasaannya sebagai ibu yang merawat anak itu bagaikan anak kandungnya.
Pada masa dinasti Tang, posisi anak angkat ( pungut ) yang berbeda marga diperbolehkan sebagai penerus marga dengan syarat dibawah umur tiga tahun dan dibuang oleh orangtuanya,yang mana pada masa itu hanya para bangsawan dan pejabat saja yang sanggup dan boleh melakukan hal itu.
Tapi perlahan-lahan, jaman Song, rakyat jelata boleh shouyang untuk meneruskan marga dan disebut jisi 繼嗣, anaknya disebut sizi嗣子. Inilah yang menjadi cikal bakal apa yang kita kenal sekarang dengan sebutan guoji 過繼atau guofang 過房.
Kebiasaan membuat anak angkat menjadi budak lebih dipengaruhi oleh tradisi orang Mongol dan Nvzhen 女貞 pada masa itu yang menganggap anak angkat ( pungut ) setara budak.
Guofang Kepada "Dewa"
Jika anak itu jiwanya pengecut, maka akan diguofang sama Dewa Kwan Kong biar memiliki sifat keberanian dan sifat tanggungjawab.
Jika anak sakit-sakitan, maka orang tua angkatnya adalah "Dewa" panjang umur atau shou xing. Kalau mau anaknya pintar lantas mencari Wenchang Dijun dan seterusnya.
Memang ada yang menghitung, satu anak ada masalah dimasa depannya, dicari orang tua angkatnya ,"Dewa" untuk melindungi anaknya. Ada yang mengangkat Yuhuang Dadi hanya karena masalah bunyi "jiujiu" atau 99 yang artinya panjang umur.
Upacara Pengangkatan Anak
Secara umum, upacara pengangkatan anak dilakukan dengan menaruh satu meja yang disebut ganpanzi, diatasnya ada teko arak, cangkir, hiolo, lilin.
Anak yang mau diangkat anak dibimbing untuk kowtow kepada orangtua angkatnya dengan memberi arak serta makanan, kemudian mengucapkan kepada "ayah angkat" nya untuk minum dan makan.
Orang yang mengangkat anak kemudian memberi nama kepada anak angkatnya. Orangtua anak itu akan memberi celana, ikat pinggang kepada orangtua angkat anaknya. Orangtua angkat itu memberi baju untuk anak angkatnya, dibajunya ditaruh satu jarum yang artinya secara tulus hati mengangkat anak dan juga terkadang dikasih bawang yang bunyinya "chong", senada dengan "chongming" yang artinya pintar. Berharap anak angkatnya menjadi pintar.
Jadi tujuan guofang yang sebenarnya adalah suatu pengharapan agar anaknya bisa menjadi orang yang baik dan sehat. Bukan urusan hoki-berhoki, kecuali diangkat anak sama konglomerat.
Setelah itu masih ada lagi serangkaian kegiatan untuk anak angkat dan orangtua angkat yang intinya pengharapan agar anak itu panjang umur, sehat dan berhasil menjadi orang.
Dengan perkembangan zaman, diakui bahwa nominal pengangkatan anak secara bertahap mulai menjadi memudar. Sebenarnya kebiasaan ini adalah untuk menunjukkan rasa hormat dan mendorong orang untuk memiliki anak angkat sebagai bagian insiatif dari berbuat amal kebajikan sehingga anak yatim atau janda ada yang merawat mereka.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Guofang atau Kwee pang merupakan salah satu tradisi yang ada dikalangan Tionghoa dan dikenal oleh banyak, tapi tentunya tidak hanya dikalangan Tionghoa saja yang mengenal kwee pang ini.
Tradisi Guofang banyak dikenal oleh budaya lain, karena prinsipnya guofang adalah merawat anak orang lain dan diperlakukan bagaikan anak kandung.
Tradisi ini juga mengandung system control sosial dan juga termasuk jaminan sosial masyarakat yang dilindungi oleh undang-undang kerajaan yang dari dinasti ke dinasti semakin memperkuat posisi anak angkat setara dengan anak kandung.
Di Era Kaisar Kuning menjelaskan tentang aturan matahari, langit dan menjalankan bulan, ada sekitar enam dekade, Akar Langit dan Cabang Bumi bersatu dalam kalender.
Manusia memiliki tanda-tanda zodiak yang mewakili dua belas Cabang Bumi. Dimasa dinasti Tang ada peramal yang mengatakan bahwa antara yin dan yang, hidup dan mati akan menempel pada nasib alelopati manusia, sehingga kehidupan anak yang keras akan menghambat orangtuanya.
Sejak itu, meramal takhayul sangat populer. Sehingga setelah kelahiran anak, maka akan diminta pada peramal untuk memproyeksi karakter nasibnya apakah cocok dengan orang tuanya atau mau di guofang dengan orang lain agar anak dapat disingkirkan dari nasib buruk dan kematian.
1. Mengharapkan agar anak yang dipelihara oleh orang lain, terutama oleh mereka yang mampu, berkharisma atau terpelajar. Berharap agar anak tersebut bisa mewarisi kemampuan orangtua angkatnya.
2. Meneruskan marga atau melanjutkan abu leluhur.
3. Membantu mereka yang kesulitan terutama secara ekonomi.
4. Menuntut ilmu.
5. Terlalu banyak anak.
6. Anak sakit-sakitan, susah diajar.
7. Tidak harmonisnya anak sebagai microcosmos dengan keluarga sebagai macrocosmos.
Pada umumnya anak yang diangkat itu, jika diangkat oleh marga yang berbeda ada yang berganti marga dan tidak berganti marga.
Guofang, guoji tidak berganti marga, tapi jibai,baiqie, shouyang, qiyang bisa berganti marga atau tetap tidak berganti marga.
Guofang 過房 sebenarnya memiliki arti : Meninggalkan orangtua kandung dan tinggal dikeluarga lain sebagai anak. Tapi keluarga yang ditinggali ini masih memiliki kekerabatan dari leluhur garis ayah. Biasanya mereka yang menikah tapi tidak memiliki anak, atau juga sudah berusia dewasa tapi belum menikah.
Karena itu anak yang dipelihara oleh keluarga baru itu memanggil ayah ibu kandungnya menjadi sebutan kekerabatan keluarga, bisa memanggil paman atau bibi 伯伯叔叔 舅舅,伯母叔母舅母阿姨 kepada orangtua kandungnya. Anak yang diangkat ini memiliki hak yang sama seperti anak kandung lainnya ( jika ada ) dan juga dikukuhkan melalui surat pernyataan yang disaksikan oleh keluarga besar atau pemuka desa.
Di jaman lampau, di kota yang memiliki administrasi kenegaraan yang penuh, biasanya dicatatkan di kantor pejabat setingkat bupati atau walikota. Tindakan ini untuk menjamin hak anak tersebut.
Dan saat orangtua angkatnya meninggal, anak tersebut juga memakai baju berkabung sebagai anak dan melakukan upacara perkabungan selayaknya seperti anak kandung. Umur anak yang diangkat ini tidak ada batasan umur, tapi pada umumnya diangkat pada usia dibawah 10 tahun. Anak ini disebut guofangzi 過房子 atau juga sizi 嗣子.
Pengertian yang sama juga berlaku untuk guoji 過繼, menurut Zang Jian 藏健, sebutan guofang ini baru muncul pada masa Song Selatan dan dinasti Yuan, sedangkan istilah guoji baru muncul di masa Song Utara.Tujuannya adalah melanjutkan keturunan dari pihak keluarga yang tidak memiliki anak.
Shouyang 收養 (Arti harafiahnya menerima dan merawat, istilah ini sudah timbul pada catatan Shiji 史記, karangan Sima Qian, yang memiliki arti dibuang dan dirawat kembali. Biasanya anak yang dianggap membawa bencana,lahir tidak sesuai dengan waktunya, kemudian dibuang kemudian untuk dirawat kembali oleh ibunya.
Pada catatan sejarah dinasti Han sudah menyebutkan kasus-kasus di atas, kemudian makna shouyang menjadi luas, menjadi mengangkat para yatim piatu terutama yang masih satu marga, memiliki kekerabatan atau juga satu wilayah.Anak-anak itu disebut yangzi 養子.
Pada masa Jin, terjadi permasalahan, apakah anak angkat memiliki hak yang sama dengan anak kandung, permasalahan ini tercatat dalam Tongdian 通典 yang menceritakan istri He Qiao 賀喬 yang bermarga Yu 于, karena tidak memiliki keturunan, mertuanya dan iparnya yang bernama HeQun 賀群 kasihan pada kondisinya, kemudian memberikan anak He Qun untuk dirawat sebagai anaknya sendiri.
Kemudian ternyata selir dari suaminya memberikan keturunan. Karena itu anak angkatnya diminta untuk dikembalikan kepada ibu kandungnya, Yu kemudian mengadukan masalah ini dan menjadi polemic hukum.
Salah satu alasan Yu adalah, memberikan anak kepada suami istri itu adalah sebagai penerus keturunan dan merawat 20 tahun adalah memiliki ikatan batin yang kuat dan perasaannya sebagai ibu yang merawat anak itu bagaikan anak kandungnya.
Pada masa dinasti Tang, posisi anak angkat ( pungut ) yang berbeda marga diperbolehkan sebagai penerus marga dengan syarat dibawah umur tiga tahun dan dibuang oleh orangtuanya,yang mana pada masa itu hanya para bangsawan dan pejabat saja yang sanggup dan boleh melakukan hal itu.
Tapi perlahan-lahan, jaman Song, rakyat jelata boleh shouyang untuk meneruskan marga dan disebut jisi 繼嗣, anaknya disebut sizi嗣子. Inilah yang menjadi cikal bakal apa yang kita kenal sekarang dengan sebutan guoji 過繼atau guofang 過房.
Kebiasaan membuat anak angkat menjadi budak lebih dipengaruhi oleh tradisi orang Mongol dan Nvzhen 女貞 pada masa itu yang menganggap anak angkat ( pungut ) setara budak.
Guofang Kepada "Dewa"
Jika anak itu jiwanya pengecut, maka akan diguofang sama Dewa Kwan Kong biar memiliki sifat keberanian dan sifat tanggungjawab.
Jika anak sakit-sakitan, maka orang tua angkatnya adalah "Dewa" panjang umur atau shou xing. Kalau mau anaknya pintar lantas mencari Wenchang Dijun dan seterusnya.
Memang ada yang menghitung, satu anak ada masalah dimasa depannya, dicari orang tua angkatnya ,"Dewa" untuk melindungi anaknya. Ada yang mengangkat Yuhuang Dadi hanya karena masalah bunyi "jiujiu" atau 99 yang artinya panjang umur.
Upacara Pengangkatan Anak
Secara umum, upacara pengangkatan anak dilakukan dengan menaruh satu meja yang disebut ganpanzi, diatasnya ada teko arak, cangkir, hiolo, lilin.
Anak yang mau diangkat anak dibimbing untuk kowtow kepada orangtua angkatnya dengan memberi arak serta makanan, kemudian mengucapkan kepada "ayah angkat" nya untuk minum dan makan.
Orang yang mengangkat anak kemudian memberi nama kepada anak angkatnya. Orangtua anak itu akan memberi celana, ikat pinggang kepada orangtua angkat anaknya. Orangtua angkat itu memberi baju untuk anak angkatnya, dibajunya ditaruh satu jarum yang artinya secara tulus hati mengangkat anak dan juga terkadang dikasih bawang yang bunyinya "chong", senada dengan "chongming" yang artinya pintar. Berharap anak angkatnya menjadi pintar.
Jadi tujuan guofang yang sebenarnya adalah suatu pengharapan agar anaknya bisa menjadi orang yang baik dan sehat. Bukan urusan hoki-berhoki, kecuali diangkat anak sama konglomerat.
Setelah itu masih ada lagi serangkaian kegiatan untuk anak angkat dan orangtua angkat yang intinya pengharapan agar anak itu panjang umur, sehat dan berhasil menjadi orang.
Dengan perkembangan zaman, diakui bahwa nominal pengangkatan anak secara bertahap mulai menjadi memudar. Sebenarnya kebiasaan ini adalah untuk menunjukkan rasa hormat dan mendorong orang untuk memiliki anak angkat sebagai bagian insiatif dari berbuat amal kebajikan sehingga anak yatim atau janda ada yang merawat mereka.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar