Terkadang kita sering merasa malu untuk
mengakui kekurangan dan kesalahan kita. Dengan congkak dan angkuh kita tetap
kukuh bertahan, sehingga yang terlihat sebenarnya adalah kebodohan kita.
Hal ini tentunya akan membuat banyak orang yang akan memanfaatkan kelemahan itu. Berani jujur kepada diri sendiri adalah sifat paling pemberani.
Pada zaman dahulu kala ada seorang raja, dia sangat suka mengenakan busana yang baru yang indah. Dia, demi untuk berbusana indah, menghabiskan semua uangnya pada pakaian, sedikitpun ia tidak memikirkan pasukannya, ia tidak suka nonton sandiwara.
Hal ini tentunya akan membuat banyak orang yang akan memanfaatkan kelemahan itu. Berani jujur kepada diri sendiri adalah sifat paling pemberani.
Pada zaman dahulu kala ada seorang raja, dia sangat suka mengenakan busana yang baru yang indah. Dia, demi untuk berbusana indah, menghabiskan semua uangnya pada pakaian, sedikitpun ia tidak memikirkan pasukannya, ia tidak suka nonton sandiwara.
Kecuali untuk memamerkan sejenak busana barunya, ia
juga tidak suka berjalan-jalan ke taman dengan kereta kudanya. Setiap
hari setiap jam ia selau mengganti busana baru. Begitu membicarakan raja
orang-orang selalu berkata, “raja di ruang ganti pakaian.”
Di
kota besar tempat tinggalnya, ia hidup dengan santai dan ceria. Setiap
hari banyak tamu asing ke istana. Suatu hari, datanglah dua orang penipu.
Mereka mengaku sebagai tukang tenun. Mereka mengatakan, bahwa mereka
bisa memintal kain terindah yang tidak terbayangkan oleh siapapun. Corak
dan motif kain ini bukan saja sangat indah, bahkan busana yang terbuat
dari kain itu memiliki efek yang unik. Setiap orang yang tidak
pantas duduk sebagai pejabat pemerintah atau orang tolol, tidak dapat
melihat pakaian ini.
“Itulah adalah pakaian yang
paling ku suka!” begitu yang terlintas dalam benak raja. “dengan
mengenakan busana itu, aku bisa mengetahui siapa-siapa saja yang tolol
dalam kerajaanku, aku bisa mengetahui siapa-siapa saja yang bodoh dan
pintar. Ya, aku akan menyuruh mereka untuk segera memintal kain
demikian!” ia banyak menghabiskan uang tunai untuk kedua penipu ini,
menyuruh mereka segera bekerja.
Kedua penipu ini
memasang dua unit mesin tenun, lalu beraksi bagaikan sedang bekerja,
tapi, di atas mesin tenun mereka tidak tampak sesuatu apapun. Mereka
berulang kali meminta raja mengambil beberapa sutera mentah dan emas
untuk mereka. mereka memasukkan semua ini ke kantung mereka sendiri,
lalu berpura-pura sibuk bekerja hingga larut malam. Di atas kedua mesin
tenun yang kosong melompong itu.
“Aku penasaran
bagaimana hasil tenunan kain mereka,” demikian raja berpikir. Lalu ia
berpikir untuk mengutus menteri, “Aku akan mengutus menteri senior yang
jujur ke untuk melihat-lihat sejenak pekerjaan tukang tenun itu,”
demikian raja berpikir. “Hanya dia yang mengetahui bagaimana rupa kain
itu, sebab dia sangat cerdas.”
Demikianlah menteri
senior yang jujur itu lalu berangkat ke lokasi kerja kedua penipu itu.
kedua penipu itu terus sibuk bekerja di di atas mesin tenun yang kosong. “Apa-apaan ini?” menteri senior itu merenung, memelototkan matanya.
“Saya tidak melihat apapun disini!” tapi dia tidak berani mengutarakannya. Kedua
penipu itu memintanya mendekat, sambil bertanya padanya, indah bukan,
warna dan motif kainnya. Mereka menunjuk kedua mesin tenun yang kosong.
Sang
menteri senior itu membuka matanya lebar-lebar, tapi dia tidak melihat
apapun, sebab memang tidak ada sesuatu apapun disana. Tapi dia tidak
akan membiarkan orang lain tahu kalau dia buta dengan kain ini.” Lalu ia
kembali ke istana dan melaporkan hal itu kepada raja.
Kedua
penipu tersebut kembali meminta uang, sutera dan emas lebih banyak
lagi. Alasan mereka untuk keperluan menenun kain. Mereka memasukkan
semua itu ke dalam kantung mereka, tidak ada seuatas benangpun dipasang
di atas mesin tenun. Tapi mereka terus saja sibuk di rak mesin yang
kosong.
Tidak lama kemudian, raja mengutus
pejabat yang jujur lainnya untuk melihat pekerjaan tukang tenun itu,
apakah kainnya sudah bisa segera diselesaikan. Nasibnya tidak jauh lebih
baik dari menteri senior sebelumnya, ia mengamati dengan cermat, namun
di atas ke dua mesin tenun itu kosong, ia tidak melihat sesuatu apapun. Semua orang membicarakan tentang kain yang indah itu.
Ketika
kain itu masih dalam proses penenunan, raja lantas bermaksud melihatnya
sendiri. Ia memilih serombongan pengiring dari kalangan khusus,
diantaranya termasuk menteri yang jujur yang pernah melihat pekerjaan
kedua penipu tersebut. Demikianlah, raja beserta pengiringnya berangkat
ke tempat tinggal kedua penipu yang licik itu. Kedua penipu tersebut
sedang menenun dengan lagak serius, tapi tidak tampak setitik
bayanganpun di atas mesin tenun mereka.
“Coba
anda lihat, indah bukan?” kata kedua menteri yang jujur itu. “Silahkan
paduka, corak dan motif yang begitu indah!” mereka menunjuk pada mesin
tenun yang kosong itu, sebab mereka mengira orang lain pasti dapat
melihat kainnya.
“Apa-apaan ini?” pikir raja
dalam hati. “saya tidak melihat apapun! Ini benar-benar kurang ajar! Apa
benar saya orang yang tolol ? dan apa saya tidak pantas menjadi raja?
ini adalah hal paling menakutkan yang belum pernah saya temui. “Wah,
sungguh indah kain ini !” ujar raja. “Saya menyatakan sangat puas !”
Lantas raja mengangguk-anggukan kepalanya menyatakan puas. Ia pura-pura
serius mengamati dengan cermat kain itu, sebab ia tidak mau mengatakan
bahwa ia tidak melihat apapun.
Seluruh rombongan yang mengiringnya mengamati dengan seksama, tapi, mereka juga tidak melihat sesuatu apapun. Namun, mereka juga mengikuti kata-kata raja : “Wah, sungguh indah sekali!” mereka menyarankan raja agar memakai kain yang indah dan unik ini untuk dibuat menjadi busana, dan mengenakan busana ini mengikuti upacara perjalanan yang akan segera di selenggarakan.
Seluruh rombongan yang mengiringnya mengamati dengan seksama, tapi, mereka juga tidak melihat sesuatu apapun. Namun, mereka juga mengikuti kata-kata raja : “Wah, sungguh indah sekali!” mereka menyarankan raja agar memakai kain yang indah dan unik ini untuk dibuat menjadi busana, dan mengenakan busana ini mengikuti upacara perjalanan yang akan segera di selenggarakan.
Dan
raja menganugerahkan sebuah gelar dan satyalencana yang dapat digantung
di lubang kancing pada setiap orang, bahkan menganugerahi mereka
sebagai “Master tenun kerajaan”.
Pagi keesokannya
upacara perjalanan akan segera berlangsung. Malam di hari pertama, kedua
penipu tersebut sepanjang malam tidak tidur, mereka menyalakan 16
batang lilin. Anda bisa melihat mereka sedang kerja lembur, hendak
menyelesaikan busana baru sang raja, mereka pura-pura mengambil kain
dari mesin tenun. Mereka menggunting sesaat dengan dua gunting besar,
lalu menjahit sebentar dengan jarum tanpa benang. Terakhir, mereka
berkata serentak : “silahkan lihat! busana baru sudah selesai!”
Raja
membawa serombongan prajurit-prajurit yang paling elite ke tempat kedua
penipu tersebut. Kedua penipu mengangkat tangan mereka, seperti
memegang sesuatu. “lihatlah, celana ini, ini mantel! ini jas!”. Baju ini
halusnya seperti jaring laba-laba, orang yang mengenakannya akan merasa
seolah-olah tidak memakai apapun? inilah keunikan busana ini.”
“Benar,” ujar para prajurit. Tapi, mereka tidak melihat apapun, sebab memang tidak tampak sesuatu apapun.
“Sekarang,
mohon paduka melepaskan pakaian,” ujar kedua penipu itu, “kami akan
mengganti pakaian untuk paduka di depan cermin ini. Raja melepaskan
semua pakaiannya. kedua penipu ini lalu pura-pura memberikan satu demi
satu pakaian baru yang baru mereka jahit kepada raja. Mereka melakukan
sesuatu sesaat di lingkar pinggang raja, seperti menambatkan sesuatu,
ini adalah Slaebet, yaitu sepotong kain panjang yang ditarik kebelakang
pakaian, ia (kain) itu adalah suatu dandanan bangsawan Eropa zaman
feodal. Raja berputar-putar di depan cermin.
“Ya,
Tuhan, pakaian ini begitu pas! pola jahitan yang begitu indah!” ujar
semua orang memuji. “Semua orang sudah menyiapkan kubah (atap berbentuk
payung) di luar, tinggal menungu sang raja, setelah itu bisa di buka dan
berparade!” ujar petugas perayaan. “Ya, saya sudah siap,” tandas Raja,
apa pakaian ini pas di badan saya?” lalu raja berputar-putar sebentar di
depan cermin, sebab ia ingin semua orang memandang dirinya yang
sungguh-sungguh menikmati pakaiannya yang indah.
Para
menteri yang harus menyangga slaebet raja, meraba kesana-kemari kain
slaebetnya, bagaikan benar-benar memungut slaebet raja. Mereka tidak
berani sampai diketahui orang lain kalau mereka benar-benar memang tidak
melihat sesuatu apapun.
Begitulah, raja
berparade di bawah kubah yang megah itu. Orang-orang yang berdiri di
jalan raya dan jendela berkata, “Astaga, busana baru raja benar-benar
indah! betapa indahnya slaebet bawah di pakaian atasnya ! pakaiannya
begitu pas !” siapapun tidak mau sampai diketahui kalau diri sendiri
tidak melihat apapun.
“Tapi, ia kan tidak memakai pakaian apapun !” seorang bocah akhirnya berkata. Lalu, semua orang menyebarkan secara diam-diam ucapan bocah polos ini. “Ia tidak memakai pakaian apapun, kan ada seorang bocah yang mengatakan bahwa dia tidak berpakaian apapun!”
“Memang
ia tidak memakai pakaian apapun !” akhirnya semua rakyat jelata pada
berkata begitu. Raja sedikit gemetar, ia merasa malu tapi karena
congkaknya ia tetap tidak mau mengakui.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar